TOKYO, KOMPAS.com - Kurang dari 100 hari perhelatan Olimpiade Tokyo, Jepang, mengalami peningkatan penyebaran virus Covid-19.
Lantaran hal itu, beberapa program berkait dengan pesta akbar olahraga multicabang terbesar dunia itu mengalami penundaan.
Salah satu yang terkena dampaknya adalah estafet atau kirab obor Olimpiade dan Paralimpik Tokyo.
Rencana semula, sejak peluncuran estafet di Fukushima, perjalanan obor itu bakal menyambangi seluruh 47 prefektur di Jepang.
Kendati demikian, pandemi Covid-19 membuat perjalanan obor itu tersendat, bahkan mengalami pembatalan.
Terkini, pada Jumat (23/4/2021), Pemerintah Prefektur Okinawa resmi membatalkan kirab obor Olimpiade dan Paralimpik Tokyo.
"Kami tengah berjuang untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19," kata pernyataan resmi pemerintah prefektur tersebut.
Jadwal estafet obor di Okinawa akan berlangsung pada Minggu (2/5/2021).
Kegiatan itu dipusatkan di ibu kota prefektur kepulauan itu, Miyakojima.
"Pembatalan itu berarti juga kami meniadakan seluruh acara yang awalnya akan digelar," kata pemerintah prefektur Okinawa.
Sebelumnya, masih tingginya kasus Covid-19 di Tokyo membuat pemerintah setempat memberlakukan kembali kebijakan pengendalian pandemi sejak Senin (12/4/2021).
Olimpiade Tokyo akan berlangsung mulai 23 Juli 2021 hingga 8 Agustus 2021.
"Angka kematian mencapai 10.000 orang," kata pernyataan terkini Kementerian Kesehatan Jepang, Rabu (14/4/2021).
Angka kematian itu, bila dibandingkan dengan berbagai negara di dunia, mungkin lebih kecil.
Namun, angka itu menjadi salah satu yang tertinggi di kawasan Asia.
Pada saat yang sama, angka pandemi Covid-19 mencatatkan pertumbuhan hingga 1.000 kasus di Osaka.
"Ini peningkatan jumlah yang tinggi kali pertama di Osaka," kata pernyataan pemerintah Kota Osaka.
Pada pertengahan Februari 2021, Jepang melakukan vaksinasi untuk para tenaga medis.
Namun begitu, program vaksinasi melambat lantaran pasokan dari Pfizer yang terkendala distribusinya.
Sementara itu, vaksinasi untuk kelompok lanjut usia, di atas 60 tahun, berlangsung mulai 12 April 2021.
Jika para atlet jadi mendapat vaksinasi, mereka mesti menanti urutan setelah vaksinasi para lansia.
Pindah
Di sektor cabang olahraga, gara-gara pandemi pula, Jepang batal menjadi tuan rumah kualifikasi Olimpiade dan Paralimpik renang indah atau artistik.
Awalnya, kualifikasi akan berlangsung pada Maret 2021 di Pusat Akuatik Tokyo, arena laga-laga cabang renang.
"Kualifikasi ini juga menjadi tes pertandingan persiapan Olimpiade dan Paralimpik," kata penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020, beberapa waktu silam.
Pandemi Covid-19 membuat kualifikasi itu bergeser jadwalnya ke 1-4 Mei 2021.
Kemudian, informasi terkini dari Federasi Renang Internasional (FINA) menunjukkan bahwa jadwal pada Mei itu tak bisa terpenuhi.
Lagi-lagi, alasannya adalah masih tingginya angka pandemi di Jepang.
Info termutakhir menunjukkan bahwa kualifikasi oleh FINA dipindah ke Barcelona, Spanyol.
"Jadwalnya adalah 10-13 Juni 2021," kata pernyataan resmi FINA.
Menghadapi kondisi ini, dalam informasi terkininya, Tokyo 2021 kembali mengingatkan semangat solidaritas sebagai kampanye mewujudkan berlangsungnya Olimpiade dan Paralimpik Tokyo.
"Kami bekerja keras melawan pandemi ini dalam semangat solidaritas agar Olimpiade dan Paralimpik Tokyo tetap terlaksana," kata Presiden Tokyo 2021 Seiko Hashimoto, kemarin.
Saat ini, selain Tokyo, ada tiga prefektur yang berada dalam status darurat pandemi Covid-19.
Ketiganya adalah Osaka, Hyogo, dan Kyoto.
Pada prefektur-prefektur berstatus darurat tersebut, ada kebijakan protokol kesehatan sangat ketat dari Pemerintah Jepang.
Kebijakan itu akan usai pada Selasa (11/5/2021).
"Kami akan melakukan evaluasi kebijakan itu untuk pengambilan keputusan pencegahan meluasnya pandemi," kata pernyataan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga baru-baru ini.
Pesan solidaritas seperti terjadi di Jepang mengemuka juga di Tanah Air.
Dalam pernyataan tertulisnya, kemarin, Marketing Communication Manager Kintakun Zulviana Oriza Nucifera mengatakan, pihaknya membangun kerja sama solidaritas dengan komunitas relawan Sumba Volunteer.
Zulviana menjelaskan, Kintakun adalah merek perlengkapan tempat tidur atau bedding set asal Indonesia.
"Kami mengirimkan bantuan bagi korban korban terdampak bencana Siklon Topan Seroja," ujar Zulviana.
Zulviana mengatakan bahwa bantuan yang diberikan bagi para korban adalah 1.000 lembar selimut Kintakun.
"Selimut adalah kebutuhan yang sangat vital untuk bertahan dalam cuaca yang kurang baik, terlebih di lokasi pengungsian," kata Zulviana.
Bersama para relawan Sumba Volunteer, kata Zulviana, bantuan selimut disalurkan ke Desa Lumbu Manggit, Kecamatan Wulla Waijelu, bantaran Sungai Kambaniru yang terletak di Kota Waingapu, hingga Kabupaten Lembata serta Kabupaten Rote Ndao.
Zulviana menerangkan, ketepatan sasaran lokasi serta kecepatan dalam pendistribusian sangatlah penting.
Pasalnya, kondisi cuaca masih rawan bagi kesehatan para pengungsi, terutama wanita dan anak–anak.
"Sulitnya akses menuju pengungsian juga menjadi tantangan tersendiri," ucap Zulviana.
“Kami berterima kasih atas bantuan serta dukungan rekan–rekan komunitas relawan yang bersedia menjadi perpanjangan tangan kami, menempuh medan yang tidak mudah, sehingga bantuan kami dapat segera dapat dimanfaatkan oleh para warga yang terdampak bencana," pungkas Zulviana Oriza Nucifera.
https://www.kompas.com/sports/read/2021/04/24/15175958/olimpiade-tokyo-di-tengah-pandemi-covid-19-jepang-ingatkan-kembali-pesan