KOMPAS.com - Atlet muslim berhijab di ajang internasional kerap menjadi sorotan dan menuai pro kontra, termasuk di dunia bola voli.
Beberapa kejadian membuat seseorang atlet muslim yang berhijab terpaksa mengundurkan diri atau didiskualifikasi karena pakaian yang ia kenakan.
Salah satu yang terjadi adalah seorang siswi sekolah menengah di Amerika Serikat, Najah Aqeel, harus didiskualifikasi karena mengenakan hijab yang dianggap tidak sesuai peraturan.
Kala itu, wasit memberikan pilihan kepada Aqeel untuk membuka hijab atau mundur mengingat peraturan Federasi Nasional Asosiasi Sekolah Menengah (NFHS).
Adapun aturan tersebut mengatakan aksesori di bagian rambut yang dilegalkan adalah berbahan lembut dan memiliki lebar kurang dari tiga inci.
Sementara jilbab yang dikenakan Aqeel saat itu lebih lebar.
Namun, awal tahun 2021 menjadi sejarah di dunia bola voli Amerika Serikat, yakni penggunaan hijab untuk level sekolah menengah di sana diperbolehkan.
Pro dan kontra soal hijab di dunia voli ini juga sempat menjadi perbincangan pada ajang Olimpiade 2016 Rio de Janeiro.
Saat itu, atlet voli pantai asal Mesir, Doaa Elghobashy, unjuk gigi di atas lapangan dengan kostum tertutup dan berhijab.
Seperti diketahui, kostum voli pantai kebanyakan mengenakan bikini atau jersey yang lebih terbuka dibanding voli indoor.
Doaa Elghobashy berpasangan dengan Nada Meead yang tidak berhijab.
"Semua orang menatap kami dan mengambil foto, seolah kami ini aneh," kata Nada seperti dikutip Bleacher Report.
Penampilan Doaa Elghobashy tentu sangat kontras dengan lawannya saat itu, yakni Kira Walkenhorst dan Laura Ludwig (Jerman) yang mengenakan kostum bikini.
Melansir situs resmi Federasi Bola Voli Internasional (FIVB) untuk aturan Olimpiade 2020 Tokyo, tidak disebutkan secara spesifik soal penggunaan hijab.
Keterangan FIVB hanya menjelaskan soal kaus atau jersey yang memperbolehkan lengan pendek atau tanpa lengan.
Jersey lengan panjang melebihi siku tidak dilegalkan.
Kostum lengan pendek atau tanpa lengan juga harus ideal dengan tubuh, artinya tidak boleh terlalu besar dibanding fisik.
Sementara soal hijab dan penutup aurat untuk atlet muslim masuk ke dalam ranah aksesoris.
Seorang atlet boleh menutupi area lengan dan kaki dalam kategori compression pads atau pelindung. Kemudian area kepala atau rambut tidak disebutkan secara rinci. Namun, penggunaan head band diizinkan oleh FIVB.
Penggunaan aksesori ini perlu ditekankan soal warna. Warna netral seperti hitam dan putih diperbolehkan. Begitu juga dengan warna yang seirama dengan warna kostum.
Ketentuan compression pads dan head band tersebut yang membuat seorang atlet muslim tetap dilegalkan bermain di ajang internasional.
Beberapa ajang internasional juga sudah menggunakan aturan ini. Kompetisi dalam negeri, Proliga, juga sudah lama mengizinkan hijab untuk atlet muslim.
Timnas Indonesia Putri juga kerap diisi oleh atlet muslim yang mengenakan hijab. Mereka juga tetap bisa tampil maksimal dengan memberikan medali perunggu pada SEA Games 2019 Filipina lalu.
https://www.kompas.com/sports/read/2021/03/15/09200078/aturan-berhijab-di-bola-voli