Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wawancara Eksklusif dengan Priska Madelyn Nugroho, Target ke Level Pro hingga Regenerasi Petenis Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Harapan publik Indonesia untuk kembali memiliki seorang petenis dengan prestasi internasional kini mulai tumbuh seiring kemunculan Priska Madelyn Nugroho.

Priska Madelyn Nugroho adalah petenis putri Indonesia kelahiran Jakarta 29 Mei 2003.

Nama Priska Madelyn Nugroho mulai populer di Tanah Air setelah berhasil meraih gelar juara ganda putri Australia Open Junior 2020.

Priska Madelyn Nugroho saat itu berpasangan dengan petenis Filipina, Alexandra Eala.

Priska/Alexandra sukses meraih gelar juara ganda putri Australia Open Junior 2020 seusai mengalahkan Ziva Falkner (Slovenia)/Matida Mutavdzic (Inggris), pada laga final.

Prestasi itu membuat Priska menjadi petenis putri ketiga Indonesia yang berhasil meraih gelar juara turnamen Grand Slam level junior setelah Angelique Widjaja dan Tami Grende.

Tidak lama setelah meraih gelar juara Australia Open Junior 2020, Priska Madelyn Nugroho kembali mengharumkan nama Indonesia saat berhasil masuk nominasi Fed Cup Heart Award 2020.

Meski gagal menjadi pemenang, Priska Madelyn Nugroho tetap membanggakan karena menjadi petenis Indonesia pertama yang berhasil masuk nominasi Fed Cup Heart Award.

Sebelum meraih gelar juara Australia Open Junior 2020, Priska Madelyn Nugroho sebenarnya sudah melahirkan banyak prestasi.

Gelar juara Australia Open 2020 dan nominasi Fed Cup Heart Award seolah menjadi pembuktian Priska Madelyn Nugroho setelah tampil impresif sepanjang 2019.

Pada 2019, Priska Madelyn Nugroho tercatat mengikuti empat turnamen Grand Slam junior, yakni Wimbledon, US Open, Perancis Terbuka atau Roland Garros, dan juga Australia Terbuka.

Dari empat turnamen itu, Priska Madelyn Nugroho sukses menembus perempat final Wimbledon dan US Open serta 32 besar Roland Garros.

Priska Madelyn Nugroho juga tercatat menjadi bagian dari timnas tenis Indonesia untuk SEA Games 2019 Filipina.

Meski saat itu masih berusia 16 tahun dan baru debut di SEA Games, Priska Madelyn Nugroho berhasil membuktikan diri dengan raihan medali perunggu tunggal putri.

Dalam perjalanannya hingga meraih medali perungu, Priska Madelyn Nugroho sempat mengalahkan unggulan pertama asal Thailand, Peangtarn Plipuech.

Ambisi dan mimpi Priska Madelyn Nugroho untuk menjadi petenis profesional berprestasi sudah mulai tumbuh sejak kecil.

Priska Madelyn Nugroho mulai mengenal tenis dan mencoba memegang raket sejak berusia empat tahun karena melihat kakaknya bermain.

Kecintaan Priska Madelyn Nugroho terhadap dunia tenis kemudian terus tumbuh hingga akhirnya mulai mengikuti turnamen internasional pada 2014 atau ketika masih berusia 11 tahun.

Berbagai prestasi internasional kemudian mengangtar Priska Madelyn Nugroho masuk ke dalam program WTA Future Stars.

Priska Madelyn Nugroho juga terpilih masuk ke dalam program Grand Slam Develpoment Fund (GSDF) Touring Team yang disponsori ITF pada 2019.

ITF GSDF Touring Team adalah program pendanaan untuk membantu dan mendukung petenis berbakat dari negara berkembang mengikuti turnamen internasional level tinggi.

Perkembangan pesat karier Priska Madelyn Nugroho bisa dilihat dari peringkat International Tennis Federation (ITF) junior.

Pada akhir 2016, Priska Madelyn Nugroho masih menempati peringkat 435 ITF.

Peringkat Priska Madelyn Nugroho kemudian terus meningkat setiap tahunnya hingga kini duduk di urutan sembilan ITF.

Pada Kamis (21/1/2021), KOMPAS.com berkesempatan mewawancarai Priska Madelyn Nugroho.

Priska Madelyn Nugroho kali ini bercerita banyak hal seperti target yang ingin dicapai dalam waktu dekat ataupun ambisi jangka panjang hingga regenerasi petenis di Indonesia.

Berikut adalah hasil wawancara KOMPAS.com dengan Priska Madelyn Nugroho:

Bagaimana kegiatan selama pandemi virus corona? Apakah masih bisa berlatih?

Selama pandemi ini, saya masih bisa berlatih tenis. Untungnya, olahraga tenis adalah olahraga yang bisa tetap menerapkan social distancing. Jadi, saya masih bisa latihan seperti biasa.

Mungkin waktu awal pandemi tahun lalu, banyak lapangan yang masih ditutup. Jadi, saya sempat beberapa hari tidak latihan waktu itu.

Kalau sekarang, saya juga latihan di Bandung karena pelatih pribadi saya di sana. Namun, karena saya juga ikut Pelatnas, jadi sekarang saya sering bolak-balik Jakarta dan Bandung. Selang-seling seling aja Jakarta dan Bandung.

Bagaimana rencana untuk 2021? Turnamen apa saja yang akan diikuti?

Kalo turnamen itu sebenarnya ada. Namun, kalau di Asia masih belum ada. Saya rencananya Februari nanti mau ikut turnamen level senior di Mesir. Rencananya saya tiga minggu di sana.

Saya juga sudah mengurus visa untuk ikut turnamen itu. Namun, kita masih menunggu perkembangan pandemi virus corona sekarang.

Target saya untuk 2021 adalah mengikuti turnamen Grand Slam Junior, yakni Australia Open, US Open, Wimbledon, dan Rolland Garros.

Secara persyaratan (ranking ITF), saya sudah bisa mengikuti turnamen Grand Slam. Cuma, sampai sekarang masih belum ada kepastian apakah turnamen Grand Slam Junior tahun ini ada atau tidak, karena mereka pasti memprioritaskan level senior dulu.

Selain Grand Slam Junior, target saya untuk 2021 adalah mengikuti turnamen level senior 15.000 dollar Amerika Serikat (tingkat paling rendah).

Bagaimana persiapan mengikuti turnamen setelah lama tidak bertanding kompetitif?

Saya sudah lama tidak ikut turnamen. Mungkin sudah hampir satu tahun. Terakhir kali saya ikut turnamen itu FED Cup tahun lalu, sekitar Maret 2020.

Karena sudah lama tidak bertanding, jadi mungkin sentuhan bola atau jiwa kompetitifnya sudah agak hilang sekarang.

Namun, setiap latihan, kami juga bermain match. Jadi, mungkin itu sedikit membantu kami untuk merasakan atmosfir pertandingan.

Bagaimana tanggapan Priska tentang Alexandra Eala yang awal tahun ini sudah mengikuti turnamen?

Iya, dia sudah main ke mana-mana sejak tahun lalu. Meskipun orang Filipina, Alex saat ini latihan di Spanyol, di Rafael Nadal Academy. Ada keuntungan dari hal itu.

Di Eropa lebih banyak turnamen daripada Asia. Perjalanan antarnegara di Eropa juga lebih mudah selama pandemi karena bisa melalui jalur darat. Faktor itu memudahkan Alex untuk mengikuti banyak turnamen.

Kalau di Asia, sebenarnya juga ada banyak turnamen. Namun, banyak turnamen yang harus ditunda karena pandemi.

Tahun lalu, kami sebenarnya berencana ke Thailand untuk turnamen. Namun, turnamen itu tiba-tiba dibatalkan. Rencana saya ke Mesir (Februari 2021) juga masih belum pasti karena kendala pandemi virus corona ini.

Sebenarnya bukan hanya saya saja atau pemain Indonesia yang kesulitan mencari turnamen selama pandemi. Banyak pemain Asia lain yang juga kesulitan karena aturan penerbangan dan lain-lain.

Lebih suka bermain tunggal atau ganda?

Kalau sekarang, saya masih harus bermain tunggal dan ganda.

Sebab, untuk level junior, penghitungan poin (untuk ranking dunia) dari tunggal dan ganda itu digabung.

Kalau sekarang disuruh memilih tunggal atau ganda, saya tidak bisa karena suka keduanya.

Namun, bagamainapun bermain tunggal di dunia tenis pasti lebih prestise daripada ganda.

Terkait perbedaannya, bermain ganda tentu akan lebih sulit karena harus menyesuaikan pasangan. Kalau mendapat pasangan yang cocok, tentu saja saya bisa bermain lebih baik.

Di level junior ini, pasangan bermain ganda juga tidak tetap. Jadi, itu semua tergantung pasangan. Kalau mendapat yang cocok, tentu saya bisa bermain lebih fun.

Bagaiamana regenerasi petenis di Indonesia? Sebab, sudah lama tidak ada petenis Indonesia yang bisa berprestasi di level internasional sebelum akhirnya ada nama Priska.

Menurut saya, regenerasi petenis di Indonesia itu memang lama.

Sebelum saya, petenis putri Indonesia yang berhasil juara Grand Slam adalah Angelique Widjaja (Wimbledon Junior 2001, Roland Garros Junior 2002, dan Australia Open Junior 2002).

Mungkin masalah utamanya (terkait regenerasi petenis di Indonesia) adalah dana (untuk mengikuti turnamen).

Sebab, petenis harus mengikuti banyak turnamen untuk mengumpulkan poin dan memperbaiki peringkat hingga akhirnya bisa bermain di Grand Slam.

Jalur awal petenis Indonesia, termasuk saya, untuk bisa mengumpulkan poin dan memperbaiki peringkat adalah mengikuti banyak turnamen di Asia.

Setelah masuk 100 besar atau 50 besar dunia, kita berpeluang mendapatkan Grand Slam Develpoment Fund Touring yang disponsori ITF.

Menurut saya, ITF Grand Slam Develpoment Fund (GSDF) Touring adalah batu loncatan untuk petenis-petenis junior di Indonesia.

Pasalnya, jika berhasil masuk ke program itu, kita bisa fokus mengikuti turnamen karena seluruh biaya dari pesawat, makanan, sampai akomodasi, sudah ditanggung.

GSDF adalah program pembinaan yang ditujukan untuk negara berkembang, termasuk Indonesia.

Pada 2019, saya terpilih untuk mengikuti empat turnamen Grand Slam dari program GSDF. Tahun lalu saya juga terpilih untuk mengikuti Australia Open Junior.

Mudah-mudahan saya bisa masuk lagi ke ITF Grand Slam Develpoment Fund Touring Team tahun ini.

Bagaimana peran Pengurus Pusat Persatuan Tenis Lapangan Indonesia (PP Pelti) untuk mendukung regenerasi pemain di Tanah Air?

PB Pelti terus berupaya mendukung regenerasi petenis di Indonesia. Tahun lalu, banyak pemain junior yang masuk ke Pelatnas.

Apakah ada pengaruh antara regenerasi pemain dan fakta bahwa tenis bukan olahraga populer di Indonesia?

Terus terang, mungkin hal itu juga berpengaruh karena memang tenis masih belum populer.

Namun, kembali lagi, masalah utama dari lambatnya regenerasi di Indonesia adalah dana untuk mengikuti turnamen.

Bagaimana persiapan untuk turun ke level profesional dan opsi melanjutkan karier di Amerika Serikat?

Di Amerika Serikat, persaingan tenis di tingkat universitas itu sangat kompetitif. Mereka banyak mencari pemain dari seluruh dunia dengan melihat peringkatnya.

Petenis perempuan lebih mudah mendapatkan beasiswa penuh di Amerika Serikat. Jika mendapatkan beasiswa itu, kita bisa tetap melanjutkan pendidikan sambil berkompetisi di tingkat universitas yang kompetitif.

Banyak pelatih universitas Amerika Serikat yang sudah menghubungi saya. Cara mereka untuk mencari pemain memang langsung menghubungi secara personal.

Waktu saya mengikuti Wimbledon dan US Open, banyak pelatih universitas Amerika Serikat yang hadir di sana untuk mencari pemain.

Kalau sekarang, saya sedang berusaha untuk melanjutkan karier ke level profesional. Kita akan lihat ke depannya. Saya masih belum menentukan sekarang.

Semuanya tergantung perkembangan tahun ini. Sebenarnya, saya seharusnya memulai persiapan untuk turun ke level profesional sejak tahun lalu.

Sebab, tahun lalu saya sudah berencana mengikuti banyak turnamen level senior untuk mengetahui kemampuan dan lain seabainya.

Namun, ternyata banyak turnamen yang harus ditunda. Jadi, waktu saya seperti hilang satu tahun.

Tujuan utama saya sekarang adalah terjun ke level senior. Jika masih belum bisa dalam waktu dekat, saya akan memilih melanjutkan karier di Amerika Serikat (college).

Bermain di level universitas juga bisa mengantar saya untuk terjun ke profesional. Sudah banyak contoh yang sepert itu. Terkait karier, orang tua saya sangat mendukung.

Siapa petenis putri idola Priska? Bagaimana Priska melihat regenerasi petenis dunia?

Idola saya adala Ashleigh Barty (Australia). Regenerasi petenis putri dunia saat ini lebih cepat dari petenis putra.

Kalau di putra, masih ada big three, yakni Roger Federer, Rafael Nadal, dan Novak Djokovic. Mereka bertiga masih tetap berada di level teratas.

Kalau putri, sekarang hasil pertandingan sulit ditebak. Pemenang dari turnamen Grand Slam putri juga terus berganti.

Regenerasi petenis putri dunia lebih cepat. Sekarang sudah banyak bermunculan petenis putri muda berkualitas.

Apa hobi Priska di luar tenis?

Kalau hobi, masih sering berubah. Misalnya saat pandemi sekarang ini saya lebih sering bermain golf.

Kalau sebelum pandemi, saya sering menghabiskan waktu dengan menonton bioskop. Namun, sekarang sudah tidak bisa lagi.

Sudah lama saya nggak nonton bioskop sekarang.

Apa cita-cita Priska sebelum memutuskan menjadi petenis?

Saya sudah dari kecil bermain tenis. Meskipun saya tidak datang dari keluarga petenis, saya sudah bermain sejak kecil.

Sejak kecil saya sudah sangat mencintai tenis. Kalau ditanya cita-cita sewaktu kecil, saya sudah memilih menjadi petenis.

https://www.kompas.com/sports/read/2021/01/22/12100048/wawancara-eksklusif-dengan-priska-madelyn-nugroho-target-ke-level-pro

Terkini Lainnya

Piala Thomas 2024: Cara Ginting Menang Usai Permainannya Terbaca Lawan

Piala Thomas 2024: Cara Ginting Menang Usai Permainannya Terbaca Lawan

Badminton
Piala Uber 2024: Semangat Apriyani/Fadia, Ingin Buktikan Indonesia Bisa

Piala Uber 2024: Semangat Apriyani/Fadia, Ingin Buktikan Indonesia Bisa

Badminton
Hasil Thomas Cup 2024, Fajar/Daniel Pastikan Kelolosan Indonesia ke Semifinal

Hasil Thomas Cup 2024, Fajar/Daniel Pastikan Kelolosan Indonesia ke Semifinal

Badminton
Asa Indonesia Belum Sirna, Ivar Jenner Bidik Tiket Terakhir ke Olimpiade

Asa Indonesia Belum Sirna, Ivar Jenner Bidik Tiket Terakhir ke Olimpiade

Timnas Indonesia
Daftar Juara Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Usai Tuntas Digelar

Daftar Juara Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Usai Tuntas Digelar

Sports
Hasil Thomas Cup 2024: Lewat Rubber Game, Jojo Bawa Indonesia Unggul 2-1 atas Korsel

Hasil Thomas Cup 2024: Lewat Rubber Game, Jojo Bawa Indonesia Unggul 2-1 atas Korsel

Badminton
'Jika Tak Mampu Dukung Saat Kalah, Jangan Sorak Saat Timnas Menang'

"Jika Tak Mampu Dukung Saat Kalah, Jangan Sorak Saat Timnas Menang"

Timnas Indonesia
Timnas Indonesia Buru Tiket Terakhir ke Olimpiade, Grup 'Neraka' Menanti

Timnas Indonesia Buru Tiket Terakhir ke Olimpiade, Grup "Neraka" Menanti

Timnas Indonesia
Hasil Piala Thomas 2024: Fikri/Bagas Tumbang, Indonesia Vs Korsel 1-1

Hasil Piala Thomas 2024: Fikri/Bagas Tumbang, Indonesia Vs Korsel 1-1

Badminton
Eksklusif UFC 301: Jean Silva Percaya Diri, Tekad Jatuhkan William Gomis

Eksklusif UFC 301: Jean Silva Percaya Diri, Tekad Jatuhkan William Gomis

Sports
Hasil Thomas Cup 2024: Ginting Berjuang 75 Menit, Indonesia 1-0 Korsel

Hasil Thomas Cup 2024: Ginting Berjuang 75 Menit, Indonesia 1-0 Korsel

Badminton
Guinea Vs Indonesia: Pelatih Guinea Nilai Tembus Olimpiade adalah Kebanggaan

Guinea Vs Indonesia: Pelatih Guinea Nilai Tembus Olimpiade adalah Kebanggaan

Timnas Indonesia
Pemain Bayer Leverkusen Fokus Ukir Sejarah, Alonso Ingatkan untuk Waspada

Pemain Bayer Leverkusen Fokus Ukir Sejarah, Alonso Ingatkan untuk Waspada

Internasional
Jadwal Semifinal Uber Cup 2024: Indonesia Vs Korsel, China Vs Jepang

Jadwal Semifinal Uber Cup 2024: Indonesia Vs Korsel, China Vs Jepang

Badminton
Uber Cup 2024: Apresiasi untuk Indonesia, Bersiap Lawan Korsel di Semifinal

Uber Cup 2024: Apresiasi untuk Indonesia, Bersiap Lawan Korsel di Semifinal

Badminton
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke