Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Laporan Awal Forensik Tentukan Penyebab Meninggalnya Diego Maradona

KOMPAS.com - Laporan awal dari tim forensik menyebutkan bahwa Diego Maradona meninggal karena karena kegagalan jantung kronis yang menyebabkan edema (penumpukan cairan) akut di paru-paru.

Hal tersebut disampaikan oleh media asal Argentina, La Nacion, berdasarkan informasi otopsi resmi yang dilakukan oleh enam dokter forensik dan seorang pakar.

Mereka melakukan otopsi terhadap jasad Diego Maradona di Rumah Sakit San Fernando.

Otopsi tersebut juga dilakukan di bawah pengawasan seorang dokter yang ditunjuk oleh keluarga Maradona.

Suasana bisa jadi sangat mengharukan bagi para petugas forensik saat melakukan otopsi karena area sekitar rumah sakit San Fernando dipenuhi para fans Maradona sembari menyanyikan chants.

Kementerian Kesehatan Umum di distrik San Isidro mengirim lima ahli forensik untuk melakukan otopsi ke Maradona, termasuk direktur Korps Medis Isidro, Federico Corasaniti, dan direktur Divisi Sains Kepolisian Buenos Aires.

Otopsi dimulai pukul 19:30 waktu lokal dan berlangsung hingga 22:30.

Tindakan forensik tersebut dilakukan untuk menentukan penyebab kematian dan akan dilengkapi oleh analisis toksikologi yang akan menentukan apakah sang legenda mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang.

Penyelidikan juga dilakukan untuk menentukan apakah kematian tersebut datang sebagai akibat malpraktek dari operasi subdural hematoma yang dijalani Maradona pada awal bulan ini.

Satu hal pasti, tak ditemukan tanda-tanda kematian beringas atau kriminalitas dari penyelidikan di lokasi Diego Maradona meninggal di rumah nomor 45 perumahan elite di daerah San Andres de Tigre tersebut.

Hal ini disampaikan oleh John Broyard, jaksa penuntut umum di San Isidro.

Tim forensik menetapkan pada pukul 16:00 waktu lokal bahwa waktu kematian adalah pukul 12:00 siang, empat jam sebelumnya.

Rentang waktu ini konsisten dengan momen Kepolisian Buenos Aires menerima panggilan darurat.

Berdasarkan laporan dari testimoni mereka yang ada di lokasi, orang yang terakhir melihat Maradona dalam keadaan bernafas adalah keponakannya, pada Selasa (24/11/2020) pukul 23:00.

Ketika itu, hanya ada sang keponakan, asisten, pegawai keamanan, perawat, dan seorang koki di rumah tersebut.

Pada pagi harinya, sekitar pukul 11:30, psikolog sekaligus psikiater pribadi Maradona menghampiri dan masuk ke kamarnya.

Ia berupaya berbicara dan membangunkan sang legenda yang tampak masih tertidur pulas.

Namun, Maradona tak merespon. Sang psikiater pun memanggil keponakan dan asisten pribadinya.

Mereka pun tak bisa membangunkan sang legenda sehingga memanggil sang perawat.

Sang perawat bersama psikiater berupaya melakukan nafas buatan dan CPR (Cardiopulmonary recovery) terhadap Maradona tapi tak berhasil.

Pada titik tersebut, mereka memanggil ambulans dari beberapa rumah sakit berbeda dan sempat meminta dokter dari penjaga perumahan tersebut.

Tak lama kemudian, seorang ahli bedah datang dan melanjutkan manuver CPR tadi.

Ambulans datang tak lama kemudian. Maradona bahkan sempat disuntik adrenaline dan atropine tetapi nyawanya tak terselamatkan.

Pada akhirnya, ada sembilan ambulans yang datang ke lokasi kejadian.

Penyelidikan dan pengambilan kesaksian ini merupakan tindakan formal setiap kali terjadi kematian di luar rumah sakit dan tak ada dokter di lokasi untuk menetapkan penyebab pasti kematian.

https://www.kompas.com/sports/read/2020/11/26/11420128/laporan-awal-forensik-tentukan-penyebab-meninggalnya-diego-maradona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke