KOMPAS.com - Timnas U19 Indonesia telah melakoni tujuh kali laga uji coba selama training center (TC) di ibukota Kroasia, Zagreb.
Dalam tujuh pertandingan persahabatan tersebut, timnas U19 Indonesia didikan Shin Tae-yong meraih dua kali kemenangan, dua kali imbang dan tiga kali kalah.
Mereka mencetak delapan gol dari tujuh latih tanding dengan tim-tim berlevel Eropa maupun Asia.
Dua dari delapan gol yang tercipta lewat cara unik, yakni berawal dari lemparan ke dalam yang dieksekusi bek Pratama Arhan Alief dan gelandang Andi Irfan.
Lemparan ke dalam Pratama Arhan memiliki jangkauan yang cukup jauh. Tak heran jika lemparannya dari pinggir lapangan bisa sampai ke depan gawang lawan dan berbuah gol.
Ketika menahan imbang Qatar, timnas U-19 menghasilkan gol dari sundulan Saddam Gaffar yang memanfaatkan dengan baik bola hasil lemparan ke dalam bek kiri Pratama Arhan.
Gol yang berasal dari awalan lemparan ke dalam juga terjadi ketika melawan Arab Saudi, tepatnya gol terakhir timnas U19 Indonesia lewat kaki Braif Fatari.
Gol Braif Fatari memang berasal dari assist Witan Sulaeman. Namun, Witan terlebih dahulu mendapatkan bola dari lemparan ke dalam yang dieksekusi dengan cepat oleh Andi Irfan dalam situasi serangan balik.
Dua situasi tersebut menunjukkan bahwa lemparan ke dalam menjadi salah satu solusi jitu untuk membuat skor. Sebagai pelatih kelas dunia, Shin Tae-yong pasti menyadari betul hal tersebut.
Akademisi Universitas Negeri Yogyakarta Sulistiyono, dalam tulisannya berjudul 'Lemparan ke Dalam Teknik dan Taktik yang Terlupakan pada Permainan Sepak Bola', menyebut bahwa dalam sebuah pertandingan sepak bola, sekitar 70 persen situasi bola mati adalah lemparan ke dalam.
Hitungan kotornya, setiap tim dapat melakukan lebih dari 25 kali lemparan ke dalam pada satu pertandingan.
Oleh karena itu, kalau dilatih dengan teknik dan taktik yang baik, peluang untuk membuat gol dari lemparan ke dalam semakin besar.
Klub Liga Inggris Liverpool ialah salah satu klub besar dunia yang sangat memerhatikan kualitas lemparan ke dalam.
Gelar juara Liga Inggris musim 2019-2020 dan Liga Champions 2018-2019 yang diraih Liverpool tak lepas dari keputusan mereka untuk merekrut pelatih khusus lemparan ke dalam bernama Thomas Gronnemark pada tahun 2018.
"Saya sudah sangat lama berada di sepak bola, memikirkan mengapa banyak hal yang tidak berjalan baik dengan lemparan ke dalam, tetapi tidak memiliki solusi untuk itu," kata pelatih Liverpool, Juergen Klopp.
"Sekarang, sangat bagus bagi kami untuk memiliki seorang spesialis. Menarik bagaimana kami berbicara hanya tentang lemparan ke dalam setelah pertandingan," ujar Klopp dikutip laman resmi Liverpool.
Thomas Gronnemark sejatinya tidak berlatar sepak bola. Dia besar sebagai atlet lari jarak pendek. Namun, penggemar sepak bola itu mempunyai bakat luar biasa dalam melakukan lemparan ke dalam.
Bukan cuma melakukan, Gronnemark dapat merumuskan pengetahuannya dalam sebuah standar yang diciptakannya sendiri.
Tahun 2004, pria asal Denmark berusia 45 tahun itu memberanikan diri terjun ke dunia sepak bola untuk menangani lemparan ke dalam
Enam tahun setelah itu, dia berhasil membuat rekor dunia lemparan dalam sejauh 51,33 meter. Namun, rekor itu dipertajam oleh pesepak bola Amerika Serikat Michael Lewis pada tahun 2019.
Sebelum Liverpool, Gronnemark dipercaya menangani beragam tim di Eropa seperti Ajax Amsterdam, RB Leipzig, Gent dan FC Midtjylland.
Bagi dia, ada tiga elemen dasar agar lemparan ke dalam efektif dalam serangan yaitu long (jauh), fast (cepat) dan clever (cerdas).
Jauh, artinya seorang pelempar diharapkan bisa mengirimkan bola langsung ke dalam kotak penalti.
Di sini, bola bisa langsung mengarah ke pemain lain untuk langsung digolkan atau diproses dengan taktik tertentu sebelum bola diarahkan ke gawang.
Di timnas U19 Indonesia, taktik ini bisa kita lihat saat gol Saddam Gaffar ke gawang Qatar, di mana laga tuntas dengan skor 1-1.
Saddam saat itu mengonversi lemparan ke dalam Pratama Arhan menjadi gol. Pratama Arhan memang tampak menonjol dengan lemparan ke dalamnya yang mampu mencapai kotak penalti lawan.
Kemudian, cepat, di mana lemparan ke dalam ditunaikan dengan lekas agar bola terus bergulir dan pemain lawan belum memiliki waktu untuk melakukan penjagaan.
Gronnemark menekankan, aliran bola dapat dilakukan dengan cepat ketika lemparan ke dalam karena, sesuai aturan FIFA, tidak ada posisi offside dari situasi tersebut.
Di sini, bola dapat didistribusikan ke sisi sayap dan pemain di posisi itu akan memulai ancaman ke kotak penalti.
Praktik ini ditunjukkan timnas U19 Indonesia dalam proses gol ketiga yang dibuat Braif Fatari ke gawang Arab Saudi.
Terakhir, cerdas, adalah soal di mana pelempar dapat menyesuaikan arah lemparannya dengan pergerakan rekan-rekannya di lapangan. Ini supaya bola sulit direbut lawan.
"Beberapa orang berkata, 'Ah, itu hanya lemparan ke dalam'. Akan tetapi, kehilangan bola dari lemparan ke dalam memiliki konsekuensi yang sama saat anda kehilangan bola di tengah lapangan."
"Itu dapat mengubah pertandingan secara dramatis," kata Gronnemark.
Terkait siapa pemain yang cocok dijadikan pelempar ke dalam, Gronnemark mengaku dia memang lebih sering melatih dua fullback Liverpool Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson.
Akan tetapi, Gronnemark menekankan pentingnya semua pemain untuk dapat melakukan lemparan ke dalam dengan baik.
"Penting bagi seluruh pemain untuk dapat melakukan lemparan ke dalam, bukan hanya dengan presisi dan jarak yang ideal, tetapi juga dengan kemampuan untuk mengetahui kapan harus melempar dengan cepat, kapan harus menunggu momen dan ruang yang tepat," tutur dia.
Berkaca dari Rory Delap dan Latihan Stoke City
Sampai tulisan ini diturunkan, rekor dunia Guinness World Records untuk lemparan ke dalam terjauh di sepak bola masih digenggam pria Amerika Serikat, Michael Lewis yang membuat lemparan sejauh 59,817 pada tahun 2019.
Meski demikian, dalam urusan membuat lemparan ke dalam, nama Lewis tidak setenar Rory Delap yang mengilap namanya saat membela klub Inggris, Stoke City sejak tahun 2006.
Kiprah Delap sebagai gelandang tertutupi oleh kepiawaiannya dalam melakukan lemparan ke dalam jarak jauh, bahkan sampai sekitar 40 meter.
Bakatnya tersebut membantu Stoke City promosi dari Liga Championship ke Liga Inggris musim 2008-2009.
Berdasarkan Skysports, seperempat dari 38 gol Stoke City di Liga Inggris 2008-2009 bermula dari lemparan ke dalam yang dilakukan Delap.
Itu membantu mereka duduk di peringkat ke-12 klasemen akhir.
Pelatih Arsenal di musim itu, Arsene Wenger, bahkan dibuat sangat frustrasi dengan lemparan ke dalam Delap yang membuat The Gunners kalah 2-1 saat kedua tim bersua di kandang Stoke City, Stadion Britannia.
Padahal, Arsenal membukukan 71,9 persen penguasaan bola dalam pertandingan itu.
"Lemparan ke dalam itu menjadi keuntungan yang sedikit tidak adil. Dia (Delap) menggunakan kekuatannya yang tidak biasa disebut 'kekuatan' dalam sepak bola," ucap Wenger mengomentari kemampuan Delap.
Rekan Delap di Stoke City, Liam Lawrence mengungkapkan alasan di balik jitunya lemparan ke dalam Delap sejatinya adalah latihan.
Stoke City rutin berlatih bola mati baik itu lemparan ke dalam, tendangan bebas, tendangan sudut dan lainnya.
Itu membuat semua pemain sudah fasih dengan tugasnya masing-masing kala situasi itu terjadi.
"Kami melatih bola mati termasuk lemparan ke dalam pada hari Selasa, Kamis dan Jumat."
"Setiap pemain mengetahui tugasnya, apakah mereka harus berada di dekat tiang gawang, di sekitar pemain bertahan lawan atau tetap di posisi aslinya," kata Lawrence kepada Skysports.
Apa yang dimaksudkan oleh Lawrence jelas. Lemparan ke dalam Delap tidak akan berarti kalau para pemain lain tidak mengerti apa yang mesti dikerjakan saat dia mulai melambungkan bola dari luar garis lapangan. Latihan dan terus latihan adalah kuncinya.
Berkaca dari sana, tim nasional U19 Indonesia mempunyai modal besar untuk menjadikan lemparan ke dalam sebagai salah satu senjata mematikan.
Skuat yang disiapkan untuk Piala Asia U19 dan Piala Dunia U20 tahun 2021 itu memiliki pelempar jauh dalam diri Pratama Arhan.
Kemudian, para pemain yang ada terlihat sanggup untuk memahami taktik sepak bola dari Shin Tae-yong.
Andai terus mengasah kemampuan lemparan ke dalamnya, timnas U19 Indonesia akan bertransformasi menjadi skuat dengan banyak pilihan metode untuk menghadirkan gol dan, tentunya, meraih kemenangan.
Tulisan ini telah tayang terlebih dahulu di Antara News dengan judul "Mengulas Lemparan ke Dalam Timnas U-19". Berikut tautan artikel tersebut >>> klik di sini.
https://www.kompas.com/sports/read/2020/10/05/15200028/timnas-u19-indonesia-dan-taktik-shin-tae-yong-yang-terlupakan