Eks Striker Timnas Jhonny van Beukering Alih Profesi Jadi Kiper

KOMPAS.com - Mantan pemain naturalisasi timnas Indonesia, Jhonny van Beukering, kian kemari semakin merosot nasib kariernya di dunia sepak bola.

Setelah sempat menikmati posisi sebagai striker di timnas Indonesia, Jhonny van Beukering, kariernya semakin terpuruk ketika kembali ke Belanda.

Karier sang penyerang kian terpuruk seusai pulang kampung setelah membela skuad Garuda pada Piala AFF 2012.

Penyerang bertubuh gempal tersebut sempat menganggur selama satu tahun karena skorsing Komisi Disiplin federasi sepak bola Belanda (KNVB).

Kini, dia bergabung dengan klub divisi empat Belanda, SC Veluwezoom.

Hal yang mengejutkan adalah dia beralih posisi dari penyerang menjadi penjaga gawang atu kiper.

Pelatih SC Veluwezoom terpaksa melakukan pergantian profesi kepada eks striker Feyenoord dan Vittese itu lantaran timnya kehilangan enam pemain termasuk dua kiper.

Kejadian tersebut menarik perhatian dari berbagai pihak saat SC Veluwezoom melakukan latihan di taman olahraga De Pinkenberg di Rozendaal.

Melansir media Belanda, vi.nl, van Beukering tidak malu dengan beralih profesi dari penyerang ke striker.

Dia melakukannya sepenuh hati untuk tim yang dia bela saat ini.

"Saya melakukannya untuk tim," kata Jhonny van Beukering usai berlaga menjadi kiper pada Minggu (21//9/2020) lalu.

"Karena enam pemain baru-baru ini memutuskan untuk lebih memilih bermain dengan klub lain."

"Saya tidak menyalahkan orang-orang itu, hanya saja itu adalah momen yang tidak menyenangkan."

"Tentu karena saya membatalkan pemain yang ingin bermain di sini pada musim panas karena skuad kami sudah penuh," tandas dia.

Sebagai informasi, Jhonny van Beukering menjadi salah satu dari sekian banyak pemain naturalisasi yang gagal bersinar di timnas Indonesia.

Selain van Beukering, ada nama-nama seperti Sergio van Dijk, Ruben Wuarbanan, Tonnie Harry Cusell Lilipaly.

Mereka semua merupakan pemain naturalisasi yang gagal memberikan performa menawan di timnas Indonesia.

Kualitas mereka kerap mendapat kritikan dari pencinta maupun pengamat sepak bola Indonesia dan dianggap tak layak mengenakan lambang Garuda di dada.