KOMPAS.com - Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Ratu Tisha Destria, mengungkapkan jumlah talenta sepak bola Tanah Air tidak seperti ekpektasi masyarakat Indonesia kebanyakan.
Banyak masyarakat Indonesia percaya, dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta orang lebih, tentu bakat-bakat sepak bola juga tak sedikit.
Akan tetapi, Ratu Tisha mampu menjawabnya dengan fakta, bukan hanya kata-kata.
Wakil Presiden AFF tersebut mengatakan bahwa sumber daya yang dimiliki Indonesia tidak se-wah yang dibayangkan.
Dari jutaan anak muda yang bermimpi menjadi pemain profesional hanya segelintir saja yang mampu menembus level pemain elite usia muda.
Dari 250 juta penduduk di Indonesia, hanya ada 0,042 persen yang mampu tembus level pemain elite usia muda.
Berkaca dari gelaran Shopee Liga 1 2020, talenta muda di Indonesia memang minim.
Jika mengaitkan dengan Piala Dunia U20 2021 yang bakal bergulir di Indonesia, hanya 4,7 persen pemain yang berada di usia 20 tahun.
Lebih tepatnya, hanya ada 22 pemain U20 dari 424 pemain lokal yang terdaftar di Shopee Liga 1 2020.
Soal jam terbang, bisa dibilang tak ada 50 persen dari 22 pemain tersebut tak mendapat kepercayaan dari masing-masing pelatih.
"Sebenarnya kita tidak bicara himpunan 250 juta orang. Himpunan database kami pemain elite usia muda yang terdaftar terakhir itu diangka 10.500 saja," kata Ratu Tisha dalam diskusi virtual PRiADI dan BagiData beberapa waktu lalu.
Angka 10.500 pemain tersebut merupakan 0.042 persen dari 250 juta penduduk yang ada di Indonesia.
"Jadi, kita bicara dari himpunan yang sangat sedikit."
Kemudian, untuk membentuk timnas Indonesia tentu membutuhkan penyaringan bakat dari kompetisi berjenjang baik itu level domestik maupun internaasional.
Karena itu, Ratu Tisha menegaskan pengembangan usia dini menjadi poin krusial dan butuh waktu yang sangat lama.
"Timnas Indonesia saat ini adalah buah hasil program kerja 15 tahun silam," ungkapnya.
Oleh sebab itu, masa emas timnas Indonesia bisa diraih melalui pengembangan bakat sejak dini.
Keberadaan kurikulum filosofi sepak bola Indonesia (Filanesia) juga membantu perkembangan bakat usia dini tersebut.
Filanesia akan berjalan dengan adanya sekolah sepak bola atau akademi dan bermain dalam kompetisi level usia secara konsisten satu musim.
"Harus berkompetisi secara berjenjang setiap tahunnya, tidak bisa tidak.
"Jadi, nantinya mereka yang berhasil mencapai level timnas senior adalah benar-benar orang terpilih dari seleksi jenjang yang sudah mereka lalui."
"Bukan hanya melalui satu porses instan, yang mungkin cuma bermain 10.000 jam tapi tidak ada pengalaman internasional lebih dari 50 persen," tandas dia. (Suci Rahayu)
https://www.kompas.com/sports/read/2020/06/07/06200088/ratu-tisha--talenta-indonesia-hanya-0-042-persen-dari-250-juta-orang