KOMPAS.com - Istri mendiang legenda tinju dunia Muhammad Ali, Khalilah, bersyukur dirinya tidak melihat suaminya mengerti kasus meninggalnya George Floyd.
George Floyd, yang merupakan pria berkulit hitam, meninggal setelah mendapat kekerasan dari polisi berkulit putih di Minneapolis, Amerika Serikat, pada 25 Mei silam.
Floyd (46) meninggal dalam tahanan. Ia ditangkap karena diduga menggunakan uang kertas palsu senilai 20 dolar AS (Rp 287.000).
Insiden meninggalnya George Floyd memicu protes keras selama berhari-hari di Amerika Serikat.
Hal ini berkaitan dengan isu rasialisme di Negeri Paman Sam tersebut.
Khalilah yakin, jika Muhammad Ali masih hidup dan mengerti insiden itu, ia akan melihat suaminya marah.
"Muhammad (Ali) akan pergi bersama orang-orang (yang menyuarakan keadilan)," ucap Khalilah kepada TMZ Sports, dilansir Insider.
"Saya tahu bahwa Ali akan membalas. Dia benar-benar akan menyerang orang-orang."
Muhammad Ali selain sukses di dunia tinju, ia juga dikenal sebagai aktivis Hak Asasi Manusia (HAM). Ali menentang rasialisme.
"Itu (kasus George Floyd) tidak pantas. Ali tidak akan menyukainya sama sekali," ujar Khalilah melanjutkan.
Khalilah bahkan bersyukur Muhammad Ali tidak menyaksikan kejadian tersebut.
"Aku senang Ali tidak di sini untuk melihat ini," ujar dia.
Adapun Muhammad Ali mengembuskan napas terakhir pada 3 Juni 2016, tepat empat tahun silam.
Ali meninggal pada usia 74 tahun. Penyakit Parkinson telah puluhan tahun dideritanya.
Terlahir dengan nama Cassius Marcellus Clay Junior, Muhammad Ali menjelma sebagai salah satu petinju paling fenomenal yang pernah dikenal dunia.
Ali merupakan petinju pertama yang merebut sabuk gelar juara dunia kelas berat untuk tiga kesempatan berbeda dan mempertahankannya 19 kali.
https://www.kompas.com/sports/read/2020/06/03/22200078/-syukur-muhammad-ali-tidak-melihat-kasus-george-floyd-kalau-saja-melihat--