KOMPAS.com - Ricardo Izecson dos Santos Leite atau yang akrab disapa Kaka tidak pernah memiliki niat untuk meninggalkan AC Milan.
Namun, kesulitan keuangan yang menimpa AC Milan, membuat Kaka memilih berkorban.
Kaka dibeli AC Milan dari Sao Paulo pada Agustus 2003 saat usianya baru menginjak 21 tahun.
Pemuda asal Brasil itu tak bisa langsung menembus tim utama AC Milan.
Pasalnya, I Rossoneri - julukan AC Milan - masih dihuni pemain bintang macam Manuel Rui Costa, dan Rivaldo, di posisi trequartista.
Ia pun harus bermain secara bergantian dengan para seniornya itu.
Kaka baru mendapat kepecayaan lebih pada musim berikutnya dan mulai menggeser peran Rui Costa sebagai gelandang di belakang dua striker.
Sejak saat itu, Kaka selalu menjadi pilihan utama pelatih AC Milan pada saat itu, Carlo Ancelotti.
Puncaknya, adalah pada musim 2006-2007. Kaka berhasil mempersembahkan gelar Liga Champions ketujuh bagi AC Milan.
Kaka juga menjadi top skor di ajang tersebut dengan 10 gol plus meraih trofi Ballon d'Or pada tahun yang sama.
Selepas meraih banyak prestasi pada 2007, hari-hari Kaka di Milan berjalan seperti biasa.
Ia selalu menjadi pilihan pertama, mencetak gol, memberi assist, dan menang.
Namun, pada 2009, hari-hari Kaka di Milan menjadi tidak biasa. Ia harus berkemas untuk meninggalkan klub yang dicintainya.
Ya, Kaka ditempatkan ke daftar jual AC Milan pada bursa transfer musim panas 2009.
Kesulitan keuangan membuat klub pemilik tujuh trofi Liga Champions itu menjual Kaka.
Kaka pun akhirnya berlabuh ke Real Madrid, klub yang sedang beambisi menciptakan Galacticos jilid dua pada saat itu.
Milanisti - sebutan untuk penggemar AC Milan - paham, Kaka pindah untuk berkorban.
Pemain yg identik dengan nomor punggung 22 itu pergi untuk menyelamatkan AC Milan dari krisis.
Hal tersebut ditegaskan kembali oleh agen Kaka, Gaetano Paolillo.
Baru-baru ini, Gaetano Paolillo bercerita soal cerita di balik kepindahan Kaka ke Real Madrid.
"Setiap tahun, Real Madrid bertanya apakah Kaka dijual. AC Milan selalu menjawab tidak karena dia termasuk dalam rencananya," kata Paolillo, seperti dilansir dari Football Italia, Kamis (23/4/2020).
"Namun, semuanya berubah pada 2009. Kaka dijual ke Madrid dalam posisi AC Milan kesulitan keunagan. Dia tak pernah ingin pergi, dia tak butuh uang dari Madrid," Paolillo menambahkan.
"Kaka juga pernah ditawar 100 juta euro oleh Machester City, tapi sekali lagi, ia benar-benar tidak ingin pindah dari Milan. Dia sangat dicintai penggemar dan mencintai Milan," ucap Paolillo lagi.
Penampilan Kaka di Real Madrid tak secantik di AC Milan. Entah tidak betah atau memang rindu rumah, Kaka kerap diganggu hantu cedera.
Akhirnya, Kaka pun kembali ke AC Milan pada awal musim 2013-2014.
Namun, ia hanya satu musim tinggal di "rumah". Satu musim berikutnya, Kaka hijrah ke Orlando City dan gantung sepatu di sana pada 2017.
https://www.kompas.com/sports/read/2020/04/23/18400028/kaka-pangeran-ac-milan-yang-rela-berkorban-demi-klub-tercinta