KOMPAS.com - Timnas Inggris memiliki nasib buruk di babak 16 besar Piala Dunia 2010 di Afrika, tepatnya ketika kalah 1-4 dari Jerman.
Dalam waktu setengah jam, Jerman unggul 2-0. Namun, bek timnas Inggris, Matthew Upson, memperkecil ketertinggalan pada menit ke-37.
Momen kontroversial terjadi pada menit ke-39. Bola hasil tembakan Frank Lampard jelas telah melewati garis gawang usai membentur mistar.
Lampard sudah melakukan selebrasinya, begitu juga dengan sang pelatih, Fabio Capello.
Namun, wasit tak mengesahkan gol tersebut. Kemudian pencinta sepak bola menyebut gol tersebut sebagai gol "hantu".
Kenangan Lampard dan timnas Inggris masih menyisakan luka hingga saat ini.
Akan tetapi, dalam perkembangan teknologi, gol "hantu" Lampard memberikan keadilan di dunia sepak bola.
Melansir BBC, Presiden FIFA era 1998-2015, Sepp Blatter, gol "hantu" alias kreasi Frank Lampard yang dianulir di Piala Dunia 2010 merupakan kunci terbukanya penerapan teknologi garis gawang pada 2014.
Kamis (5/7/2012), hasil pemungutan suara Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB) secara aklamasi memutuskan penerapan teknologi garis gawang.
IFAB merupakan badan di bawah FIFA yang membidangi dan menggodok penerapan aturan plus teknologi baru.
"Momen (gol Lampard) itu mengatakan kepada saya, 'Anda tak bisa menerima hal itu lagi di Piala Dunia berikutnya'," kata Blatter dikutip BBC.
"Itu adalah hari bersejarah di dunia sepak bola internasional," lanjut Blatter.
Musim berikutnya, Liga Inggris memastikan penerapan teknologi tersebut meski baru diimplementasikan dalam beberapa laga.
Di lain pihak, penerapan teknologi garis gawang itu masih ditampik Presiden UEFA Michel Platini.
Pria asal Perancis menganggap terapan teknologi itu akan mengurangi sisi humanis dari sepak bola itu sendiri.
"Da lebih takut penggunaan teknologi itu akan merambah ke sisi lainnya. Sekarang garis gawang, lain waktu mungkin ke sisi kotak penalti atau yang lainnya," tandas Blatter.
Blatter yakin dengam keputusan aklamasi IFAB akan membuat Platini mematuhi penggunaan teknologi tersebut.
Pada Euro 2012, bola sepakan pemain Ukraina Marko Devic tak diakui sebagai gol ke gawang Inggris, padahal sudah melewati garis gawang.
"Dia (Platini) tak dapat melupakan sejarah dan (teknologi garis gawang) ini akan menjadi sejarah baru. Saya rasa ia cukup lihai untuk menyadari sesuatu telah terjadi hari ini di dunia sepakbola," ungkap Blatter.
Berikutnya, eks striker Inggris, Sir Geoff Hurst yang mencetak hattrick saat "St George's Cross" melibas Jerman Barat di final Piala Dunia 1966, harus menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menjawab apakah bola memang telah melewati garis gawang lawan atau tidak.
"Teknologi garis gawang akan memberi keuntungan bagi pertandingan sepak bola secara keseluruhan," tandas Blatter.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gol "Hantu" Lampard, Kunci Terapan Teknologi Garis Gawang"
https://www.kompas.com/sports/read/2020/04/16/13200048/gol-hantu-lampard-menyisakan-luka-tapi-berguna-di-dunia-sepak-bola