Hal tersebut diketahui setelah operator NBA memulai proses tawar menawar dengan Asosiasi Pebasket (NBPA) terkait rencana pemangkasan gaji pemain.
Langkah ini tidak terlepas dari dampak ekonomi yang mulai dirasakan akibat penyebaran virus corona di Amerika Serikat.
Menurut Pusat Sistem Sains dan Teknik Universitas Johns Hopkins, per Sabtu (4/4/2020) pagi WIB, jumlah kasus positif virus corona di Amerika Serikat mencapai 277.828 orang.
Angka tersebut membuat Amerika Serikat menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak di dunia.
Situasi ini semakin memperkeruh jalannya kompetisi olahraga di Negeri Paman Sam.
NBA adalah salah satu kompetisi yang merasakan dampak penyebaran virus yang telah menjadi pandemi global ini.
Terutama, dampak secara ekonomi ketika suatu klub harus membayar gaji pemain dan pelatih saat tidak memiliki pemasukan dari hasil penjualan tiket dan hak siar.
Merespons keadaan tersebut, NBA mengajukan tawaran pemotongan gaji sebesar 50 persen dan mulai berlaku sejak 15 April.
Dilansir Antara dari kolumnis The Athletics Shams Charania, tawaran itu dijawab oleh NBPA dengan skema berupa potongan gaji 25 persen dan mulai berlaku pada pertengahan Mei.
Sebelum isu pemotongan gaji atlet profesional mulai berkembang, wabah virus corona telah meresahkan setiap pelaku olahraga di seluruh dunia.
Pada gelaran NBA, terdapat nama besar yang sudah dinyatakan positif terjangkit virus corona.
Di antaranya ialah Rudy Gobert dan Donovan Mitchell (Utah Jazz), Marcus Smart (Boston Celtics), Christian Wood (Detroit Pistons), hingga Kevin Durant (Brooklyn Nets).
Sejak Rudy Gobert dilaporkan positif Covid-19, NBA langsung merespons dengan menangguhkan kompetisi.
Keberjalan kompetisi NBA resmi ditangguhkan sejak 11 Maret 2020 sampai waktu yang belum bisa ditentukan.
Sementara itu, kompetisi bola basket putri Amerika Serikat (WNBA) yang sedianya dimulai pada pertengahan Mei, sedang dalam proses pembicaan mengenai perubahan jadwal.
https://www.kompas.com/sports/read/2020/04/04/13400048/rencana-pemotongan-gaji-juga-terjadi-di-nba