Keluarga berperan membentuk kepribadian anak agar sesuai dengan harapan orang tua dan masyarakat. Keluarga adalah sosialisasi pertama bagi anak atau sosialisasi primer.
Di dalam lingkungan keluarga, anak mulai dilatih dan diperkenalkan cara-cara hidup bersama orang lain. Anak diajak memahami lingkungan lebih luas sehingga nanti benar-benar siap hidup dalam masyarakat.
Orang tua memperkenalkan anak tentang norma yang berlaku di masyarakat seperti norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dalam rangka sosialisasi ini, anak diajarkan menjalankan kehidupan sesuai nilai dan norma di masyarakat.
Keluarga memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak-anaknya. Keluarga diharapkan memberikan kehangatan perasaan pada anggota keluarga. Seperti ayah memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya tanpa membeda-bedakan.
Setiap anggota keluarga, pada dasarnya saling kontro atau saling mengawasi karena memiliki tanggung jawab dalam menjaga nama baik keluarga. Tetapi kenyataannya, fungsi ini biasa dilakukan anggota keluarga yang lebih tua.
Melalui lembaga perkawinan, seseorang akan mendapatkan status atau kedudukan baru di masyarakat, sebagai suami atau istri. Otomatis, ia akan diperlakukan sebagai orang dewasa dan mampu bertanggung jawab pada diri sendiri, keluarga, anak-anak dan masyarakat.
Fungsi status suami adalah sebagai pemimpin dalam rumah tangga, pencari nafkah. Istri berfungsi sebagai pendamping suami dalam menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga.
Keluarga memberikan status pada anak, bukan hanya status yang diperoleh seperti status terkait jenis kelamin, urutan kelahiran dan hubungan kekerabatan, tetapi termasuk status yang diperoleh orang tua, yaitu status dalam kelas sosial tertentu.
Baca juga: Jenis-Jenis Lembaga Sosial
Keluarga sebagai agen sosialisasi pertama dan terdekat seharusnya memberikan nilai-nilai sesuai harapan masyarakat kepada anak-anak. Menurut Peter Ludwig Berger, sosialisasi adalah proses seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
Keluarga juga berperan sebagai benteng atau penyaring nilai-nilai di masyarakat kepada anak-anaknya, sebab tidak semua nilai-nilai dalam masyarakat itu baik.
Peranan keluarga dalam perubahan sosial yang terjadi dan semakin dinamis dari masa ke masa. Dalam proses sosialisasi kepada anak, kegiatan dalam keluarga dan peranan tiap anggota keluarga, mulai bergeser jika dibandingkan dahulu.
Dulu hubungan antara anak dan orang tua lebih terlihat jelas. Karena usia dan peranan yang sangat berbeda, anak harus lebih hormat kepada orang tua. Anak harus membantu pekerjaan rumah tangga orang tua.
Dulu seorang anak usia 10-15 tahun sudah diberi tanggung jawab besar untuk membantu orang tua. Sekarang di usia itu, anak dituntut mandiri dengan cara lain. Misal mandiri dalam kegiatan sekolah dan menyelesaikan masalah pribadi.
Peranan ibu dan ayah dalam keluarga sekarang tidak sama dengan dulu. Perubahan ini dilihat dari perubahan sosial, sekarang perubahan itu terjadi pada pola peran ibu-ayah. Dulu ibu bekerja di dapur, sekarang ibu juga bisa bekerja.
Ibu lebih bebas bekerja di luar seperti ayah, dan ayah bergantian mengurus keperluan rumah tangga seperti ibu. Bagi beberapa keluarga hal ini memberikan interaksi lebih positif dan berdampak pada ketahanan keluarga yang lebih kuat.
Perubahan juga terlihat pada pola keluarga dalam ikatan antarbudaya. Contoh keluarga ibu berasal dari suku A dengan ayah dari suku B. Ibu dan ayah dari awal memiliki nilai budaya berbeda, tetapi tetap berkomitmen membentuk keluarga. Mereka memiliki anak dan pernikahan mampu menyatukan dua keluarga besar dari budaya berbeda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.