Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Komunikasi Verbal dalam Keperawatan

KOMPAS.com – Dalam berkomunikasi dengan pasien, perawat menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal.

Apa itu komunikasi verbal dalam keperawatan? Mari mengenal lebih lanjut mengenai komunikasi verbal dalam keperawatan!

Pengertian komunikasi verbal dalam keperawatan

Komunikasi verbal merupakan berbagi informasi melalui kata-kata ataupun tulisan.

Komunikasi verbal adalah pesan yang disampaikan dalam bentuk kata-kata dan berisi informasi melalui pembicaraan atau bahasa tulisan.

Dalam keperawatan, komunikasi verbal merupakan jenis komunikasi yang paling lazim digunakan pada pelayanan keperawatan, terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.

Contoh komunikasi verbal dalam keperawatan yaitu ketika perawat memberi penjelasan kepada klien lansia, ketika dokter membuat catatan perkembangan, atau ketika ahli gizi membuat catatan pelimpahan wewenang. 

Kata-kata merupakan alat atau simbol yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan atau ide, membangkitkan respons emosional, atau menguraikan obyek, ingatan, dan observasi.

Bahasa yang digunakan seseorang biasanya mengisyaratkan arti khusus yang hanya dimengerti oleh tempat individu berada.

Dengan bahasa yang diucapkan oleh seseorang, kita bisa menebak orang tersebut berasal dari komunitas mana.

Sebagai contoh, Alin menyebutkan kata “diagnosa keperawatan” maka yang terlintas di pikiran kita adalah kemungkinan bahwa ia seorang perawat atau orang yang memiliki tempat bekerja maupun hubungan sosial terkait keperawatan.

Keuntungan komunikasi verbal dengan tatap muka memungkinkan setiap orang untuk memberikan respons secara langsung.

Komunikasi verbal yang efektif dalam keperawatan

Komunikasi verbal yang efektif harus:

Jelas dan ringkas

Komunikasi yang efektif harus sederhana, langsung, dan pendek. Semakin sedikit penggunaan kata maka semakin sedikit pula kemungkinan terjadinya kerancuan.

Kejelasan bisa dicapai dengan berbicara secara lamban dan mengucapkannya dengan jelas.

Perawat bisa menggunakan contoh agar penjelasan dapat lebih mudah untuk dipahami. Selain itu, perawat juga dapat mengulangi bagian yang penting dari pesan yang ia sampaikan.

Ringkas dapat dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.

Sebagai contoh, “Katakan kepada Saya di mana rasa nyeri Anda,” lebih baik daripada, “Saya ingin Anda menguraikan kepada saya bagian yang Anda rasakan tidak enak.”

Pembendaharaan kata

Komunikasi tidak berhasil apabila penerima pesan tidak dapat menerjemahkan kata dan ucapan.

Terdapat banyak penggunaan istilah teknis dalam keperawatan dan kedokteran. Jika istilah-istilah tersebut digunakan oleh perawat, klien dapat merasa bingung dan tidak mampu untuk mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting.

Perawat perlu mengucapkan istilah yang bisa dimengerti oleh klien.

Sebagai contoh, “Duduklah sementara Saya mendengarkan paru-paru Anda,” akan lebih baik untuk dikatakan daripada, “Duduk, sementara Saya akan mengauskultasi paru-paru Anda.”

Selaan dan kesempatan berbicara

Kecepatan serta tempo berbicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal.

Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa ada hal yang disembunyikan oleh perawat dari klien.

Sebaiknya perawat tidak berbicara dengan cepat karena kata-kata yang terucap dapat menjadi tidak jelas.

Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu untuk mendengarkan kepada pendengar, serta memahami arti kata.

Selaan yang tepat bisa dilakukan dengan memikirkan apa yang dikatakan sebelum mengucapkannya dan menyimak isyarat nonverbal yang mungkin ditunjukkan oleh pendengar.

Perawat juga dapat menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat sehingga perlu diulang.

Waktu dan relevansi

Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Jika klien tengah menangis kesakitan, maka bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan risiko operasi.

Kendatipun pesan telah diucapkan dengan singkat dan jelas, namun waktu yang tidak tepat mampu menghalangi keakuratan penerimaan pesan.

Maka dari itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi.

Komunikasi verbal juga akan lebih bermakna apabila pesan yang disampaikan relevan dengan minat dan apa yang dibutuhkan oleh klien.

Humor

Tertawa dapat membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, serta meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional kepada klien.

Humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, mengurangi ansietas, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, dan memfasilitasi relaksasi pernapasan.

Humor juga dapat digunakan untuk menutupi rasa takut dan perasaan tidak enak atau menutupi ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

Referensi:

  • Asman, A., Mulyono, T. T., Theresia, Afriyanto, D. F., Lufianti, A., Anggreini, Y. S., Asmaria, M., Agustin, W. R., Listiyanawati, M. D., Jamni, T., Adriani, R. B., Marni, L., & Maifita, Y. (2023). Komunikasi Keperawatan. Pradina Pustaka.
  • Nugroho, W. (2009). Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. EGC.
  • Arwani. (2002). Komunikasi dalam Keperawatan. EGC.

https://www.kompas.com/skola/read/2023/12/22/050000769/komunikasi-verbal-dalam-keperawatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke