Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Anak-Anak dalam Perang Dunia I

KOMPAS.com – Perang Dunia I terjadi pada 28 Juli 1914. Hal tersebut mengakibatkan Eropa terpecah menjadi Blok Sentral dan Blok Sekutu. 

Di mana, Blok Sentral diduduki oleh Jerman, Austria, Turki, Hongaria, Bulgaria, dan negara lainnya. Sedangkan, Blok Sekutu diduduki oleh Inggris, Prancis, Rusia, Belgia, dan juga Amerika Serikat.

Perang tersebut terjadi selama empat tahun dan menjadi perang pertama yang sangat mengerikan dalam sejarah manusia. Dalam periode tersebut, banyak orang tidak bisa hidup dengan tenang, salah satunya adalah anak-anak.

Tidak seperti anak-anak pada masa sekarang yang bisa bersekolah dan bermain dengan bebas. Anak-anak dalam pada Perang Dunia I turut serta membantu perang bagi negaranya.

Mereka mengumpulkan uang dengan mengumpulkan besi, dan barang berguna. Anak-anak di Inggris bahkan menyumbangkan uang sakunya untuk menambah biaya perang dan pembangunan rumah sakit.

Anak-anak Perang Dunia I

Beirkut kelompok anak-anak dalam Perang Dunia I, yaitu:

  • Girls Guide

Girls guide adalah sekitar 750 ribu anak perempuan Inggris yang turut serta membantu Perang. Girls Guide melakukan berbagai pelatihan untuk mendapatkan keterampilan.

Mereka belajar berenang, bersepeda, hingga mengangkat senjata untuk menembak. Padahal pada masa itu anak perempuan bahkan tidak diperbolehkan berlari.

Dilansir dari BBC, Girls Guide mendapatkan pelatihan dan lencana sebagai ahli listrik, mekanik, pertolongan pertama, dan penerima sinyal yang mahir.

Girls guide membuat peralatan medis mendasar untuk digunakan para tentara, membagikan masker gas, membangun dapur darurat dan membagukan resep makanan, membantu para pengungsi, mengecat trotoar, menanam sayuran, dan mengantarkan susu.

  • Pramuka

Dalam masa kini, anak-anak yang tergabung dalam Pramuka melakukan berbagai kegiatan untuk melatik keterampilan dan karakternya. Namun, dalam Perang Dunia I anak-anak pramuka turun langsung memberikan bantuan bagi para tentara.

Berdasarkan situs dari Imperial War Museums, anak-anak Pramuka menjaga jalan, jembatan, rel kereta api, jalur telepon dan telegraf, stasiun kereta api, waduk air, dan juga lokasi yang penting bagi militer.

Anak-anak Pramuka menjaga tempat layaknya tentara, mereka dilatih untuk melakukan pemadaman kebakaran dan juga mempertahankan tempat layaknya tentara.

Selain Pramuka yang berjaga di daratan layaknya tentara angkatan darat, ada juga Pramuka yang seperti tentara angkatan laut.

Pramuka laut bertugas menjaga pantai Inggris dan mengantisipasi serangan udara dari blok sentral. Dilansir dari National Geographic, anak-anak Pramuka an Girls Squad ditugaskan membawa pesan rahasia.

  • Pasukan pengintai

Di Rusia, anak-anak putus sekolah dan bergabung ke dalam tentara. Mereka bertugas hingga ke garis depan. Disadur dari Russia Beyond, anak-anak melakukan tugas sebagai pengintai di wilayah musuh, karena lebih kecil kemungkinan mereka dicurigai melakukan spionase.

Selain mengintai, mereka juga dilatih untuk melumpuhkan senjata artileri Jerman, membawa peluru ke unit yang memerlukan, merawat tentara yang terluka, hingga melakukan penyergapan musuh dengan menenteng senjata api.

Perang merusak mental para tentara dewasa, membuat mereka mengembangkan gangguan psikologis akibat kecemasan dan ketakutan yang luar biasa. Perang juga memengaruhi psikis anak-anak secara lebih buruk.

Ada seorang anak mantan tentara bernama Vasily Speransky yang dikirim ke garis depan perperang pada umur 14 tahun. Setelah perang usai dan kembali ke sekolah, Speransky membuat masalah hingga menewaskan kepala sekolahnya sendiri yang telah mendisiplinkannya.

  • Tentara di bawah umur

Inggris juga merekrut anak-anak dibawah umur untuk turun ke garis depan medan perang. Dikutio dari BBC, sebanyak 250 ribu anak laki-laki di bawah usia 18 tahun bergabung ke dalam tentara dengan berbagai motif.

Dari mulai rasa patriotisme terhadap negara, lari dari keluarga, mengharapkan petualangan, hingga desakan masyarakat yang menganggapnya pengecut jika tidak ikut perang. Namun yang pasti, anak-anak tersebut menderita syok dan gangguan stress akibat trauma pasca tempur.

Anak-anak pada Perang Dunia I kehilangan masa kecil mereka, kehilangan keluarga, kesempatan untuk belajar, juga mengalami trauma dan stress mendalam yang tidak bisa hilang selama sisa umur mereka. Penderitaan mereka menjadi salah satu bukti bahwa perang tidak boleh lagi terjadi dikemudian hari.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/08/28/151705569/anak-anak-dalam-perang-dunia-i

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke