Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Ekstrem, BMKG Juga Prediksi Awan Cumulonimbus di Wilayah Ini

Kompas.com - 10/05/2021, 11:16 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) mengeluarkan potensi cuaca ekstrem selama sepekan ke depan di Indonesia, 10-17 Mei 2021.

Tak hanya menangkap ada potensi hujan sedang hingga lebat dan gelombang tinggi, tapi juga pertumbuhan awan cumulonimbus.

Fenomena sepekan ke depan yang diprakirakan akan dialami sejumlah wilayah Indonesia berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer-laut yang menunjukkan adanya aktivitas fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) di wilayah Indonesia.

Fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) di Indonesia bersamaan dengan aktifnya fenomena gelombang Ekuatorial lainnya seperti gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial.

Baca juga: Daftar Potensi Hujan Lebat hingga Banjir Sepekan ke Depan di Indonesia

"Saat ini juga teramati pola sirkulasi siklonik di wilayah Indonesia, yaitu di Laut Sulu dan Papua Barat yang dapat membentuk pertemuan dan perlambatan kecepatan angin," terang Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, dalam keterangan resminya.

Dia menambahkan, kondisi atmosfer yang masih labil pada skala lokal juga mampu meningkatkan potensi konvektif kuat yang menyebabkan pembentukan awan hujan menjadi lebih intensif di beberapa wilayah Indonesia.

Pertumbuhan awan Cumulonimbus (Cb)

Kondisi di atas memicu adanya pertumbuhan awan cumulonimbus di sejumlah wilayah Indonesia.

Seperti diketahui, awan cumulonimbus adalah salah satu jenis awan yang bisa memicu terjadinya berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang, badai petir, gelombang tinggi, curah hujan yang tinggi, tornado, puting beliung, dan waterspout.

Awan ini terbentuk di bagian bawah troposfer, yakni lapisan atmosfer yang paling dekat dengan permukaan Bumi.

Karena penguapan dan efek rumah kaca, wilayah ini menghasilkan udara hangat yang memungkinkan terciptanya awan cumulus dan awan cumulonimbus.

Turbulensi yang diciptakan oleh gesekan antara udara dan permukaan bumi dikombinasikan dengan panas yang tersimpan dari matahari, membantu mendorong sebagian besar cuaca.

Cumulonimbus juga sering disebut sebagai salah satu penyebab utama kecelakaan pesawat.

Salah satunya, meski masih diselidiki penyebab pastinya, kejatuhan pesawat Sriwijaya Air JT 182 beberapa waktu lalu kemungkinan akibat faktor cuaca terkait dengan keberadaan awan cumulonimbus.

Presentase awan Cumulonimbus

Awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75 persen (OCNL atau Occasional) diprediksi terjadi pada 10-16 Mei 2021.

Pertumbuhan awan Cumulonimbus diprediksi terjadi di:

  • Aceh,
  • Sumatra Utara,
  • Sumatra Barat,
  • Kalimantan Barat,
  • Kalimantan Utara,
  • Kalimantan Selatan,
  • Laut Jawa,
  • Laut Sulawesi,
  • Selat makassar,
  • Sulawesi Selatan,
  • Sulawesi Tenggara,
  • Maluku,
  • Laut Banda,
  • Papua Barat,
  • Papua.

Baca juga: Selain Hujan Lebat Sepekan, Gelombang Tinggi Berpotensi di Wilayah Ini

Rekomendasi

BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada periode pancaroba seperti hujan secara sporadis, lebat dan durasi singkat, disertai petir dan angin kencang, bahkan hujan es.

Hal ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi;

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com