Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Probolinggo, 4 Wilayah Ini Juga Alami Ledakan Ubur-ubur

Kompas.com - 30/04/2020, 13:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, sebuah video menjadi viral karena menunjukkan ribuan ubur-ubur menyerbu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di perairan Probolinggo, Jawa Timur.

Peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Oksto Ridho Sianutri, mengatakan bahwa fenomena ledakan ubur-ubur bukan hal yang aneh dan bahkan semakin sering terjadi.

"Fenomena ledakan ubur-ubur ini akhir-akhir ini semakin sering terjadi, baik di Indonesia atau negara lain," kata Ridho kepada Kompas.com, Kamis (30/4/2020).

Baca juga: Fakta Menarik Ubur-ubur, Hewan Purba hingga Pernah ke Luar Angkasa

Berikut beberapa data yang dimiliki oleh Ridho dan timnya tentang fenomena ledakan ubur-ubur.

1. Teluk Jakarta

Selama dua tahun terakhir, kata dia, di bulan Oktober terdapat ledakan ubur-ubur Phylloriza (Spotted Jelly) dan Catostylus (Blubber jelly) di teluk Jakarta.

2. Probolinggo

Di Probolinggo, ledakan ubur-ubur ternyata bukan hanya terjadi pada Sabtu lalu. Melainkan, sering terjadi sejak tahun 1973, 1986, 1981 dan 2016 dengan ledakan ubur-ubur terjadi antara bulan April, Mei dan Juni.

Bahkan diperkirakan masih ada kejadian ledakan ubur-ubur lainnya di Probolinggo dalam rentang waktu 1986-2016 yang hingga saat ini masih dihimpun datanya oleh tim.

Baca juga: Kisah Ubur-ubur Abadi yang Bisa Mencurangi Kematian

3. Sumatera

Di perairan Sumatera Barat juga ternyata pernah terjadi ledakan ubur-ubur pada Agustus 2019.

4. Jawa

Secara rutin, setiap tahun ada fenomena ubur-ubur api yang terdampar di Selatan Jawa pada bulan Juni-Agustus.

Disebabkan kondisi perairan

Ridho menuturkan bahwa ledakan ubur-ubur yang sering terjadi ini disebutkan tidak memberikan tanda-tanda tertentu.

"Tapi ledakan ini tidak memberikan tanda-tanda tertentu, karena ledakan ubur-ubur ini dipengaruhi oleh faktor kondisi perairan yang cocok untuk ubur-ubur bertumbuh," ujar dia.

Faktor faktor tersebut antara lain eutrofikasi atau pengayaan nutrien di dalam air, perubahan iklim global termasuk suhu perairan, arus perairan, penangkapan ikan berlebihan, dan invasi alien spesies.

Baca juga: Serba Serbi Hewan, Apakah Ubur-ubur Memiliki Mata untuk Melihat?

Secara garis besar, faktor-faktor tersebut akan kembali ekosistem rantai makanan di alam.

"Secara garis besarnya sih lari nya ke rantai makanan, yang selama ini berjalan baik jadi tidak seimbang karna faktor- faktor di atas," ujar dia.

Dijelaskannya, dengan eutrofikasi, terjadi kenaikan nutrien yg tinggi diikuti dengan kenaikan produsen primer (fitoplankton), kemudian diikuti kenaikan konsumen pertama (zooplankton).

Lalu bersambung pula dengan kenaikan jumlah pemakan zooplanktonnya, termasuk ubur-ubur.

ilustrasi ubur-uburiStockphoto ilustrasi ubur-ubur

Ledakan ubur-ubur akan terjadi jika dua kondisi berikut terjadi.

1. Predator zooplankton lainnya sedikit dan kalah dalam berkompetisi dengan ubur-ubur.

2. Predator ubur-ubur tidak ada. Predator ubur-ubur dewasa adalah penyu, predator ubur-ubur anakan adalah beberapa jenis ikan.

Banyak kejadian yang belum diketahui

Menurut Ridho, barangkali kejadian ledakan ubur-ubur seperti ini sering terjadi di wilayah lainnya tetapi belum terdata atau belum terlapor dengan baik.

"Kami rasa mungkin masih banyak daerah lain yg mengalami ledakan ubur ubur, tapi mungkin tidak dilaporkan dan tidak diliput media, jadi kita tidak ada data lebih," kata dia.

Baca juga: Ubur-ubur Mati Masih Bisa Menyengat, Ini Penjelasan dan Cara Menanganinya

Oleh sebab itu, Ridho dan timnya sedang mencoba membangun sistem pelaporan melalui situs atau aplikasi untuk masyarakat melaporkan kejadian ledakan ubur-ubur seperti ini.

Untuk mempermudah penelitian dan pengumpulan data lebih lanjut terkait fenomena ini, Ridho meminta kepada masyarakat agar dapat memberitahu atau melaporkan jika ada kejadian serupa di sekitar lingkungan mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com