Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alergi: Penyebab, Reaksi, dan Cara Mengobatinya

Tingkat keparahan alergi pada setiap orang berbeda. Tapi umumnya, kondisi alergi tak mengancam jiwa, meski ada kondisi tertentu yang bisa menyebabkan anafilaksis, yaitu reaksi alergi yang parah dan berpotensi mengancam jiwa.

Alergi tidak dapat disembuhkan, namun perawatan yang tepat dapat membantu mencegah dan meringankan gejala alergi.

Penyebab alergi

Alergi adalah suatu perubahan reaksi atau respons pertahanan tubuh, yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang sebenarnya tidak berbahaya. Zat-zat penyebab alergi itu disebut sebagai alergen.

Dikatakan Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, masuknya alergen – yang bisa berupa makanan, obat, atau tungau debu rumah -- ke dalam tubuh akan memicu respons imun, yang membentuk antibody IgE pada permukaan sel mast.

Paparan alergen yang sama secara berulang akan membuatnya berikatan dengan IgE dan menyebabkan sel mast pecah mengeluarkan berbagai zat inflamasi, seperti histamin.

Reaksi alergi

Kondisi tersebut selanjutnya akan menimbulkan reaksi alergi berbeda pada tiap orang. Dua reaksi alergi yang paling umum terjadi adalah utikaria atau biduran dan rhinitis alergi.

1. Biduran

Biduran adalah kelainan kulit yang ditandai dengan bentol, kemerahan, dan gatal.

Biduran bisa disebabkan karena dua hal, yakni alergen (makanan laut seperti udang, ikan tongkol, telur, kacang-kacangan, ubur-ubur, debu padi saat musim panen) dan non alergen (udara dingin, cahaya matahari, udara panas, atau tekanan pada kulit).

Cara mengobati biduran

Penatalaksanaan biduran adalah dengan menghindari faktor pencetus, kemudian pengobatan lini pertama dengan antihistamin generasi kedua, seperti Cetirizine, Terfenadine, Loratadine, dan Astemizole.

Selain itu, pada biduran kronis, pemakaian obat jangka panjang akan dievaluasi 3-6 bulan.

2. Rhinitis alergi

Rhinitis alergi atau pilek alergi merupakan suatu penyakit inflamasi pada mukosa hidung, yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama, serta dilepaskannya mediator mediator kimia pada saat terpapar kembali dengan alergen tersebut.

Hal itu dijelaskan Prof. Iris dalam acara virtual media briefing dengan tema Alergi Reda Lebih Cepat, Tetap Produktif Tanpa Khawatir! #IncidaluntukPejuangAlergi pada Kamis (6/10/2022).

Gejala rhinitis alergi antara lain:

- Bersin-bersin
- Hidung gatal
- Hidung meler atau mampet
- Mata merah dan berair
- Gatal pada mata, hidung, telinga, tenggorokan

Penyebab rhinitis alergi adalah alergen inhalan, seperti tungau debu rumah, serpihan kulit hewan peliharaan, atau spora jamur.

Selain itu bisa juga disebabkan karena udara dingin.

Cara mengobati rhinitis alergi

1. Menghindari alergen (tungau debu rumah, binatang peliharaan, spora jamur di dalam ruangan).

2. Obat antihistamin dianjurkan AH1 generasi kedua atau generasi terbaru seperti cetirizine, desloratadin, fexofenadin, levocetirizine, atau loratadine.

3. Pemberian dekongestan topikal (tetes/semprot) sebaiknya tidak melebihi 5-7 hari untuk menghindari efek samping. Sementara kortikosteroid nasal spray hanya diberikan bila diperlukan.

Bagi penderita alergi, penting bagi Anda untuk mengetahu pemicu alergi atau alergen, sehingga bisa menghindari dan mencegah gejala alergi muncul.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/10/07/160500023/alergi--penyebab-reaksi-dan-cara-mengobatinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke