KOMPAS.com- Gempa bumi masih terus terjadi di sejumlah negara, termasuk di Indonesia yang merupakan salah satu negara yang sering mengalami gempa, seperti yang belum lama ini terjadi di Banten dan beberapa wilayah lainnya.
Kendati demikian, tetap masih banyak yang penasaran tentang beberapa hal terkait gempa bumi. Untuk itu, berikut ulasan lengkap mengenai serba-serbi yang terkait dengan gempa bumi.
Seismologi, keilmuan yang mempelajari gempa bumi
Tidak banyak yang diketahui mengenai gempa bumi sampai kemunculan seismologi pada awal abad ke-20. Seismologi adalah studi ilmiah tentang semua aspek gempa bumi. Bidang keilmuan ini menjawab pertanyaan yang sudah lama ada, seperti mengapa dan bagaimana gempa bumi terjadi.
Encyclopaedia Britannica mencatat, sekitar 50 ribu gempa bumi sering terjadi setiap tahun di seluruh wilayah Bumi.
Dari jumlah tersebut, sekitar 100 gempa berukuran cukup besar dengan dampak kerusakan tinggi, terlebih bila terjadi di dekat area permukiman.
Gempa bumi yang hebat terjadi rata-rata satu kali per tahun. Gempa bumi bertanggung jawab atas jutaan kematian dan kerusakan properti atau bangunan yang tak terhitung jumlahnya.
Pengertian gempa bumi
Dilansir dari NASA, gempa bumi adalah guncangan hebat yang terjadi di permukaan bumi. Getaran ini disebabkan oleh gerakan di lapisan terluar bumi.
Sedangkan USGS, lembaga geologi AS, menjelaskan, gempa bumi adalah ketika dua lempeng bumi tiba-tiba bergeser. Permukaan tempat kedua lempeng bergeser disebut bidang patahan atau patahan. Gempa bumi disebabkan oleh pergerakan kerak atau lempeng bumi tersebut.
Lokasi di bawah permukaan bumi tempat gempa bumi dimulai disebut hiposenter. Sedangkan lokasi tepat di atas gempa bumi disbeut episentrum.
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi pada permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba dan menciptakan gelombang seismik.
Sementara itu, berdasarkan keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia, gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.
Akumulasi energi penyebab terjadinya gempa bumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik.
Energi yang dihasilkan dipancarkan ke segala arah berupa gelombang gempa bumi, sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
Penyebab gempa bumi
Bagaimana gempa bumi terjadi?
Meski bumi terlihat cukup padat di permukaan, sebenarnya planet kita sangat aktif tepat di bawah permukaan.
Bumi terbuat dari empat lapisan dasar yaitu kerak padat (solid crust), mantel panas hampir padat (mantle), inti luar cair (outer core) dan inti dalam padat (inner core). Kerak padat dan lapisan atas mantel membentuk daerah yang disebut litosfer (lithosphere).
Litosfer bukanlah bagian yang terus menerus membungkus bumi seperti kulit telur. Litosfer sebenarnya terbuat dari potongan seperti puzzle raksasa yang disebut lempeng tektonik.
Pelat tektonik terus bergeser saat melayang di lapisan mantel yang kental atau mengalir perlahan di bawah. Gerakan tanpa henti ini menyebabkan tekanan pada kerak bumi.
Tekanan terlalu besar menyebabkan retakan yang disebut patahan. Ketika lempeng tektonik bergerak juga menyebabkan gerakan pada patahan.
Gempa bumi adalah gerakan tiba-tiba kerak bumi di garis patahan. Energi yang memancar keluar dari patahan ke segala arah dalam bentuk gelombang seismik seperti riak di kolam.
Gelombang seismik mengguncang bumi ketika lempeng tektonik bergerak. Ketika gelombang mencapai permukaan bumi, berakibat pada tanah dan apa pun di atasnya berguncang.
Guncangan gempa paling hebat sering terasa di dekat pusat gempa. Namun, getaran gempa bumi dapat terasa dan terdeteksi ratusan bahkan ribuan mil jauhnya dari pusat gempa.
Jenis gempa bumi
Dilansir dari BPBD Kota Banda Aceh, berikut adalah jenis-jenis gempa bumi berdasarkan penyebabnya:
1. Gempa vulkanik
Gempa bumi vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh letusan gunung berapi.
Saat meletus, gunung akan mengeluarkan material dari dalam berupa batuan, gas, cair maupun padat yang menimbulkan getaran di sekitar gunung berapi.
Umumnya daerah yang terdampak gempa vulkanis tidak begitu besar, hanya sekitar gunung saja. Dari semua gempa di bumi, hanya 7 persen yang terjadi akibat gempa vulkanik.
2. Gempa tektonik
Gempa tektonik adalah gempa bumi yang terjadi karena pergeseran lapisan kulit bumi akibat lepasnya energi di zona penunjaman.
Gempa bumi tektonik memiliki kekuatan yang cukup dahsyat dan bisa memicu terjadinya tsunami. Sekitar 93 persen dari semua gempa yang terjadi di bumi adalah gempa tektonik.
3. Gempa runtuhan atau terban
Gempa runtuhan atau terban adalah jenis gempa bumi yang disebabkan oleh tanah longsor, gua-gua yang runtuh, dan lain-lain.
Jenis gempa yang satu ini biasanya berdampak kecil dan berdampak pada wilayah yang sempit.
Parameter dan karakteristik gempa bumi
BMKG pun menjelaskan bahwa gempa bumi ini memiliki parameter dan karakteristiknya sendiri yang masih terus dipelajari hingga saat ini.
1. Parameter gempa bumi
2. Karakteristik gempa bumi
Cara mengukur gempa bumi
Energi dari gempa bumi bergerak melalui bumi dalam getaran yang disebut gelombang seismik. Untuk mengukurnya, diperlukan alat khusus yang disebut seismograf.
Seismograf adalah alat atau sensor getaran yang biasa digunakan untuk mendeteksi gempa bumi atau getaran pada permukaan tanah.
Para ilmuwan dapat mengukur gelombang seismik ini melalui instrumen atau alat yang disebut seismometer atau seismograf itu.
Seismometer mendeteksi gelombang seismik di bawah instrumen dan mencatatnya sebagai rangkaian zig-zag. Rekaman gempa bumi yang dibuat disebut seismogram.
Dampak gempa bumi
Dengan kekuatan yang cukup besar, gempa Bumi dapat menimbulkan beberapa dampak bagi masyarakat. Berikut adalah dampak terjadinya gempa bumi.
1. Dampak fisik
2. Dampak sosial
https://www.kompas.com/sains/read/2022/01/18/120200523/gempa-bumi-penyebab-jenis-karakteristik-hingga-dampaknya