Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kotoran Kuda Nil Bikin Ekosistem Afrika Terancam Tercemar, Kok Bisa?

KOMPAS.com - Kuda nil dapat makan hampir 45 kilogram setiap hari. Dan sebagai hasilnya, kotoran yang mereka keluarkan pun juga dalam jumlah besar.

Belum cukup sampai di situ saja. Kotoran kuda nil dalam jumlah besar, dapat mencemari lingkungan.

Sebab, sebagian besar hidup kuda nil dihabiskan di kubangan air, termasuk juga ketika mereka buang air besar.

Hal tersebut menurut penelitian baru membuat kolam air itu menjadi perpanjangan usus kuda nil.

Pasalnya, bakteri dan mikroba lain yang dikeluarkan melalui kotoran kuda nil di dalam air, dapat bertahan hidup dan dapat menyebar ke hewan-hewan lain yang berkumpul.

Fenomena yang kemudian disebut meta-usus ini dapat berdampak besar pada ekosistem kuda nil dan juga hewan lainnya di Afrika.

Mengutip Phys, Kamis (9/12/2021) penelitian tentang bagaimana kotoran kuda nil dapat mengancam pencemaran ekosistem Afrika ini dipimpin para peneliti di University of Florida.

Studi tersebut dilakukan di Sungai Mara di Afrika Timur yang menjadi rumah bagi lebih dari 4000 kuda nil.

Dalam pengamatan peneliti, ketika mereka tak makan di darat, kuda nil menghabiskan sebagian besar hidup dengan berendam di air, termasuk juga ketika buang air besar.

"Di beberapa kubangan kuda nil, ada begitu banyak kotoran, sehingga kita hampir tak bisa melihat air," ungkap Christopher Dutton, peneliti dari University of Florida.

Semua hewan membawa mikrobioma khusus di usus masing-masing. Di dalam tubuh, mikroba melakukan fungsi penting seperti membantu pencernaan.

Namun apa yang terjadi ketika hewan seperti kuda nil, membuang kotoran di satu tempat?

Melalui serangkaian pengamatan lapangan, percobaan dalam pengaturan alami dan terkontrol, dan penggunaan metode pengurutan RNA, para peneliti berusaha mencari tahu bagaimana mikroba dari usus hewan dapat memengaruhi ekosistem langsung mereka.

"Kami ingin memahami konteks di mana mikroba yang berasal dari usus dapat berfungsi di lingkungan serta apa yang mungkin terjadi pada lingkungan itu," kata Dutton.

Peneliti pun menemukan bahwa dasar kubangan tempat kuda nil tinggal lebih mirip usus mereka.

Mereka kemudian menciptakan istilah meta usus untuk menggambarkan perubahan lingkungan kuda nil setelah mikroba usus mereka berpindah di kubangan.

Fenomena ini mungkin menguntungkan kuda nil yang bisa berbagi mikroba satu sama lain dan membuat air kemudian hampir seperti minuman probiotik.

Tetapi caranya mengubah susunan air juga dapat memengaruhi hewan lain yang hidup di sana seperti ikan.

"Ini adalah perspektif baru di mana hewan dapat memiliki pengaruh yang kuat pada pembentukan komunitas mikroba," ungkap Amanda Subalusky, peneliti lain yang terlibat.

Kondisi tersebut menurut peneliti juga bisa memiliki implikasi yang lebih luas untuk ekosistem kuda nil.

Di kolam air dengan akumulasi kotoran kuda nil yang tinggi, peneliti menemukan konsentrasi gas metana yang sangat tinggi.

Kedepan, peneliti akan mengeksplorasi lebih lanjut temuan mereka ini, namun bukan hanya pada kuda nil, tetapi juga spesies lain untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai cara hewan dapat memengaruhi ekosistem.

Studi tentang dampak kotoran kuda nil yang dapat mengancam ekosistem Afrika tercemar ini telah dipublikasikan di Nature's Scientific Reports.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/12/10/070435423/kotoran-kuda-nil-bikin-ekosistem-afrika-terancam-tercemar-kok-bisa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke