Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Vaksin Covid-19 Pfizer Diklaim Efektif, Ahli Kritik Data Uji Coba Tidak Rinci

KOMPAS.com- Pfizer menandai tonggak penting dalam perjuangan masyarakat dunia melawan pandemi virus corona yang hampir setahun ini menjadi ancaman global.

Vaksin Covid-19 yang dikembangkan bersama mitra Jerman, BioNTech, menunjukkan hasil awal yang menggembirakan.

Pfizer mengumumkan pada Senin (9/11/2020), bahwa uji coba fase 3 vaksin tersebut terhadap 43.538 relawan, menunjukkan efektivitas hingga 90 persen.

Artinya, dari sejumlah relawan yang disuntik vaksin atau plasebo, diidentifikasi hanya 94 orang yang terinfeksi Covid-19.

Melansir Science Alert, Selasa (10/11/2020), Pfizer menyatakan bahwa vaksin virus corona eksperimental untuk melawan virus corona baru yang dikembangkan perusahaan ini terbukti efektif dalam mencegah Covid-19.

Kendati berita baik ini disambut sejumlah kalangan, namun masih ada keberatan dan pertanyaan yang belum terjawab oleh Pfizer dan BioNTech terkait hasil awal vaksin Covid-19 tersebut.

Ahli penyakit menular dan pakar eksekutif bioteknologi senior, William Haseltine mengatakan kepada Business Insider bahwa dia ingin melihat data yang mendasari efektivitas vaksin Pfizer tersebut untuk mendukung klaim kemanjuran.

Sebelumnya, Haseltine juga telah melontarkan kritik pada kandidat vaksin Covid-19 lainnya, yakni yang dikembangkan oleh Moderna.

Sebab, perusahaan ini dianggap menggembar-gemborkan hasil studi dalam rilis berita sebelum merinci data.

Namun, rilis Pfizer terkait hasil awal uji coba vaksin, Haseltine mengatakan tidak ada data yang disampaikan dalam rilis tersebut.

Dalam rilis tersebut, hanya disebutkan 94 kasus Covid-19 di antara peserta penelitian, tetapi Pfizer tidak membagikan data rinci tentang berapa banyak yang sakit karena mendapat vaksin Covid-19 versus plasebo.

Bahkan, dalam rilis tersebut juga tidak disampaikan berapa banyak kasus yang parah atau ringan, atau kelompok usia yang berbeda dengan tingkat perlindungan yang berbeda pula.

Tak hanya itu, Pfizer memang mengatakan tidak ada masalah keamanan serius dari vaksin yang mereka kembangkan.

Namun data profil keamanan tidak dijelaskan secara detail, misalnya terkait frekuensi dan tingkat keparahan dari efek samping yang umum.

Dalam sebuah pernyataan, CEO Albert Bourla mengatakan perusahaan akan membagikan data kemanjuran dan keamanan tambahan dalam beberapa minggu ke depan.

"Ini adalah sains dengan pernyataan publik," kata Haseltine yang juga merupakan mantan profesor kedokteran Harvard.

Haseltine mengatakan bahwa kabar vaksin virus corona yang dikembangkan Pfizer sangat disambut baik dan vaksin ini memiliki efek yang dapat diukur. Namun, kata dia, masih banyak yang harus dipelajari tentang vaksin tersebut.

Seperti yang diketahui bahwa uji coba vaksin Covid-19 Pfizer dirancang untuk melihat apakah ada lebih sedikit kasus Covid-19 yang bergejala, penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2, di antara orang yang menerima vaksin daripada plasebo.

Hasil uji coba akan menunjukkan satu perbedaan penting yang berpengaruh besar pada respons pandemi, yakni apakah vaksin ini dapat mencegah infeksi serta penyakit?

Uji coba Pfizer, dan studi pengembangan vaksin virus corona yang lain, tidak secara teratur menguji sukarelawan dalam mengukur infeksi tanpa gejala.

Kemungkinan itu berarti orang yang divaksinasi masih bisa menjadi pembawa tanpa gejala dan tanpa sadar dapat menyebarkan virus ke orang lain.

"Itu adalah poin utama yang menurut saya tidak disukai banyak orang. (Sebab) itu berarti tidak mengakhiri epidemi," kata Haseltine.

Temuan-temuan ini sekali lagi dibatasi oleh tujuan utama, yang tidak membedakan antara pasien Covid-19 yang sakit ringan dan seseorang yang sakit kritis.

Selain itu, pada akhirnya rilis Pfizer juga tidak menyebutkan apakah vaksin Covid-19 tersebut efektif dalam subkelompok yang berbeda, seperti orang tua, yang lebih rentan terhadap hasil terburuk dari infeksi virus SARS-CoV-2.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/10/183300023/vaksin-covid-19-pfizer-diklaim-efektif-ahli-kritik-data-uji-coba-tidak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke