Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk, Begini Solusi Penangananya

Kompas.com - 16/02/2024, 17:00 WIB
Perbedaan stunting dan gizi buruk ChoreographPerbedaan stunting dan gizi buruk
Editor Maharani Kusuma Daruwati

Parapuan.co - Masalah stunting dan gizi buruk sempat jadi pembahasan yang viral di sosial media.

Hal ini karena pembahasan mengenai kessehatan anak itu sempat dibahas pada debat calon presiden beberapa waktu lalu,

Dalam debat calon presiden (Capres) RI kelima, para Capres memiliki sejumlah pandangan dan program terkait penuntasan masalah stunting dan gizi buruk.

Misal, Capres Prabowo Subianto, menyampaikan program pemberian makan bergizi dan susu sebagai sumber protein hewani kepada ibu hamil dan anak-anak.

Sementara Capres Ganjar Pranowo berpandangan, pengentasan stunting perlu penanganan multi sektor. Misal, memperhatikan persiapan pra-nikah, mulai dari remaja, dimana perempuan Indonesia sebagian besar anemia. Juga, perlunya pemeriksaan kesehatan rutin, serta pemenuhan asupan gizi.

Sedangkan Capres Anies Baswedan, meski tidak menyampaikan pandangan mengenai stunting telah menargetkan penurunan angka prevalensi stunting menjadi 11-12,5% di tahun 2029.

Hal ini tercantum dalam dokumen visi, misi dan program kerja Capres Anies Baswedan  yang mana akan dilakukan melalui pendampingan pendampingan ibu hamil hingga 1.000 hari pertama kehidupan anak dan ketersediaan pangan seimbang untuk mengatasi stunting.

Tentu, menjadi pertanyaan, apakah stunting dan gizi kurang atau gizi buruk sama?

Merujuk  Kementerian Kesehatan, stunting adalah permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang yang cukup waktu lama, umumnya hal ini karena asupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan, sejak ibu hamil maupun setelah bayi dilahirkan sampai usia 2 tahun.

Baca Juga: Masih Jadi Permasalahan di Indonesia, Ini inisiatif Berkelandungan untuk Percepatan Penurunan Angka Stunting di Indonesia

Selain mengalami pertumbuhan terhambat, stunting juga kerap kali dikaitkan dengan penyebab perkembangan otak yang tidak maksimal.

Hal ini dapat memengaruhi kemampuan kognitif dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar yang buruk.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022 angka stunting di Indonesia berada di 21,6 persen. Jumlah tersebut terbilang cukup tinggi bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga.

Sementara,  gizi buruk adalah kondisi saat anak tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup. Gizi buruk atau malnutrisi, merupakan kondisi serius ketika asupan makan anak tidak sesuai dengan nutrisi yang diperlukan.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (APPNIA), Vera Galuh Sugijanto, menyampaikan, penyebab utama gizi buruk adalah kekurangan asupan makanan yang bernutrisi sesuai kebutuhan masing-masing kelompok usia anak.

"Selain itu, gizi buruk juga sering disebabkan oleh gangguan penyerapan nutrisi akibat penyakit kronis, misalnya diare kronis atau TBC," ucapnya, seperti dikutip dari rilis yang diterima PARAPUAN.

Dan pada balita jika gizi kurang dan gizi buruk tidak segera diintervensi dengan adekuat, maka anak akan dapat jatuh pada kondisi stunting. Karena itu, orang tua harus selalu memantau tumbuh kembang anak, khususnya dari tinggi dan berat badan.

Orang tua bisa memeriksakan anak secara berkala ke pelayanan kesehatan yang terjangkau seperti Posyandu. Dengan memeriksakan anak, ibu pun akan lebih mudah mengetahui gejala awal gangguan dan penanganan masalah kesehatan pada anak.

Baca Juga: Stunting Ada Tahapannya, Menkes Tekankan Pentingnya Protein untuk Cegah Anak Stunting

Berdasarkan data Kemenkes, indikator stunting terdiri dari anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih kecil untuk usianya, berat badan rendah untuk anak seusianya, dan pertumbuhan tulang tertunda

Sementara Indikator Gizi Kurang/Gizi Buruk, ditandai dengan tubuh anak tampak sangat kurus, wajah keriput, kulit kering, perut tampak buncit, sering lemas dan tidak aktif bermain, gangguan tumbuh kembang, rambut mudah rontok dan tampak kusam, dan pembengkakan (edema) di tungkai.

Ditegaskan Vera, gizi buruk berbeda dengan stunting. Gizi buruk ditandai dengan badan anak yang terlalu kurus dibandingkan tinggi badannya. Sedangkan stunting ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya. Namun yang menyamakan adalah bahwa keduanya bermula dari defisiensi nutrisi.

Stunting disebabkan oleh defisiensi nutrisi yang terjadi dalam jangka waktu lama atau berulang di 1000 Hari Pertama Kehidupan anak. Penanganan stunting harus dimulai sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan tersebut, dan pencegahan sejak dalam kandungan. Sementara penyebab gizi buruk terjadi ketika anak tidak mendapatkan asupan gizi yang baik berapapun usianya.

Untuk mengatasi defisiensi nutrisi dan mencegah stunting, Kementerian Kesehatan, telah mempromosikan kampanye “Protein Hewani Cegah Stunting” sejak diluncurkan pada Hari Gizi Nasional ke-63 pada tahun 2023.

“Perlu diketahui bahwa protein hewani adalah salah satu instrumen gizi penting yang dibutuhkan oleh ibu hamil guna mencegah stunting pada anak, hal ini dikarenakan pangan hewani mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap, kaya protein, mineral, dan vitamin yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan,” ucap Vera.

Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof. Hardiansyah juga mendukung urgensinya pemberian protein hewani terhadap penurunan angka stunting. Ia mengatakan bahwa gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan menjadi salah satu penyebab utama anak lahir stunting, salah satunya karena komponen gizi. 

“Ini bukti pemberian telur satu butir satu hari pada anak setelah pemberian ASI eksklusif itu menurunkan risiko stunting,”  ujar Hardiansyah.

Menurut Vera, selain pemberian protein hewani, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting pada anak, di antaranya mempersiapkan dan memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, dengan rutin minum Tablet Tambah Darah dan mengkonsumsi gizi seimbang kaya protein hewani selama kehamilan.

Baca Juga: Playdate Para Ibu, Dokter Jelaskan Pentingnya Kecukupan Gizi pada Anak

Kemudian, memberikan ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan MPASI yang kaya protein hewani untuk bayi usia diatas 6 bulan, terus memantau perkembangan anak dan membawa si kecil ke Posyandu secara berkala, dan menjaga kebersihan lingkungan.

APPNIA sendiri berkomitmen terus mendukung program pemerintah dalam menangani stunting. Dari sisi industri, pihaknya sudah memberikan ketersediaan layanan dan akses terhadap bahan pangan bergizi yang berkualitas dan berbasis sains. 

"Visi dan misi APPNIA sendiri adalah untuk membantu peningkatan status gizi masyarakat khususnya ibu dan anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan," kata dia.

Caranya, yakni melalui layanan dan akses terhadap bahan pangan bergizi dan berkualitas dengan tetap mendukung program pemerintah.

Termasuk program penurunan prevalensi stunting, melalui berbagai program berkelanjutan yang sesuai dengan etika usaha.

 Masalah stunting ini tidak bisa dianggap sebelah mata. Sebab, berpotensi memperlambat perkembangan otak anak dan meningkatkan risiko penyakit kronis di kemudian hari, seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi.

 Vera mengatakan APPNIA akan terus mendukung pemenuhan gizi di Indonesia untuk mencapai visi Generasi Emas 2045. Generasi emas ini akan menjadi kekuatan utama bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar dan maju di tahun 2045.

 Menurut dia, semua pasti menyadari dan mengalami betapa pencapaian visi ini mengalami tantangan yang luar biasa dan sangat tidak mudah.

Sehingga, masyarakat harus berupaya mendukung pertumbuhan manusia Indonesia menjadi seutuhnya.

"Dan itu membutuhkan persyaratan, salah satunya pemenuhan gizi yang optimal pada anak," ujarnya.

Baca Juga: Tips Menyiapkan dan Memasak Makanan Sehat Menurut Ahli Gizi, Ini Kuncinya

(*)


Terkini Lainnya

4 “Senjata” yang Perlu Dibawa Agar Perjalanan ke Kantor Aman dan Nyaman

4 “Senjata” yang Perlu Dibawa Agar Perjalanan ke Kantor Aman dan Nyaman

PARAPUAN
Nikmati Pemandang Indah, Ini 3 Rekomendasi Wisata Alam di Brasil

Nikmati Pemandang Indah, Ini 3 Rekomendasi Wisata Alam di Brasil

PARAPUAN
Hadapi Polusi dan Radikal Bebas Selama Commuting, Ini Tipsnya

Hadapi Polusi dan Radikal Bebas Selama Commuting, Ini Tipsnya

PARAPUAN
Ini Mimpi Dr. Widiastuti Setyaningsih, Peneliti yang Ungkap Tabir Alam Lewat Teknologi Pangan

Ini Mimpi Dr. Widiastuti Setyaningsih, Peneliti yang Ungkap Tabir Alam Lewat Teknologi Pangan

PARAPUAN
Inarah Syarafina Debut Penyutradaraan Film Panjang Lewat Temurun

Inarah Syarafina Debut Penyutradaraan Film Panjang Lewat Temurun

PARAPUAN
Perdebatan Man VS Bear Viral di TikTok, Ini Alasan Perempuan Lebih Memilih Beruang

Perdebatan Man VS Bear Viral di TikTok, Ini Alasan Perempuan Lebih Memilih Beruang

PARAPUAN
Cocok untuk Perempuan Karier, Ini Rekomendasi Parfum Pilihan PARAPUAN

Cocok untuk Perempuan Karier, Ini Rekomendasi Parfum Pilihan PARAPUAN

PARAPUAN
Bisa Tambah Penghasilan, Ini 3 Ide Bisnis yang Bisa Dicoba Pekerja Perempuan

Bisa Tambah Penghasilan, Ini 3 Ide Bisnis yang Bisa Dicoba Pekerja Perempuan

PARAPUAN
Pengusaha Pemula Wajib Tahu, Ini Sumber Modal Bisnis dan Strategi Dapatkan Pendanaan

Pengusaha Pemula Wajib Tahu, Ini Sumber Modal Bisnis dan Strategi Dapatkan Pendanaan

PARAPUAN
3 Cara Bijak Kumpulkan Dana Pendidikan Anak dan Strategi Melakoninya

3 Cara Bijak Kumpulkan Dana Pendidikan Anak dan Strategi Melakoninya

PARAPUAN
Praktis Dipakai, Ini Rekomendasi Sepatu Nyaman untuk Jalan Kaki

Praktis Dipakai, Ini Rekomendasi Sepatu Nyaman untuk Jalan Kaki

PARAPUAN
Kulit Kepala Berminyak dan Ketombean? Ini Rekomendasi Perawatannya

Kulit Kepala Berminyak dan Ketombean? Ini Rekomendasi Perawatannya

PARAPUAN
 Studi BCG dan Stellar Women: 70 Persen Perempuan Pelaku UMKM Kesulitan Mencari Mentor dalam Berbisnis

Studi BCG dan Stellar Women: 70 Persen Perempuan Pelaku UMKM Kesulitan Mencari Mentor dalam Berbisnis

PARAPUAN
Netflix Rilis Jadwal Tayang dan Trailer Film Monster, Full Tanpa Dialog

Netflix Rilis Jadwal Tayang dan Trailer Film Monster, Full Tanpa Dialog

PARAPUAN
Rekomendasi Hotel Bintang 5 untuk “Me Time” di Jakarta

Rekomendasi Hotel Bintang 5 untuk “Me Time” di Jakarta

PARAPUAN
Ikuti Tren, Ganti Cat Rumah dengan Warna-warna yang Sedang Populer Ini

Ikuti Tren, Ganti Cat Rumah dengan Warna-warna yang Sedang Populer Ini

PARAPUAN
Panduan Memakai Silicone Sealant untuk Atasi Kebocoran dan Keretakan di Rumah

Panduan Memakai Silicone Sealant untuk Atasi Kebocoran dan Keretakan di Rumah

PARAPUAN
3 Tokoh Perempuan Kuat di Film Indonesia, Ada Sosok Anggini di Wiro Sableng

3 Tokoh Perempuan Kuat di Film Indonesia, Ada Sosok Anggini di Wiro Sableng

PARAPUAN
Tampil Modis dan Fashionable dengan Padu Padan Baju Setelan

Tampil Modis dan Fashionable dengan Padu Padan Baju Setelan

PARAPUAN
Rahasia Kulit Glowing: Rajin Sarapan dengan 5 Makanan Ini

Rahasia Kulit Glowing: Rajin Sarapan dengan 5 Makanan Ini

PARAPUAN
Berapa Lama Hair Botox Bisa Atasi Masalah Rambut? Ini Jawabannya

Berapa Lama Hair Botox Bisa Atasi Masalah Rambut? Ini Jawabannya

PARAPUAN
Liburan ke Jogja Pertama Kali, Wajib Kunjungi 5 Destinasi Wisata Ini

Liburan ke Jogja Pertama Kali, Wajib Kunjungi 5 Destinasi Wisata Ini

PARAPUAN
Jangan Tergiur Harga Murah! Ini  Bahaya Pakai Behel Abal-abal

Jangan Tergiur Harga Murah! Ini Bahaya Pakai Behel Abal-abal

PARAPUAN
Kronologi Anissa Aziza Diikuti Orang Tak Dikenal Saat Belanja Sendirian di Mall

Kronologi Anissa Aziza Diikuti Orang Tak Dikenal Saat Belanja Sendirian di Mall

PARAPUAN
Cerita Aktris Perjuangkan Kariernya, Intip Sinopsis Drakor Beauty and Mr. Romantic

Cerita Aktris Perjuangkan Kariernya, Intip Sinopsis Drakor Beauty and Mr. Romantic

PARAPUAN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com