Parapuan.co - Grup band metal perempuan asal Garut Voice of Baceprot begitu dikenal di mata internasional.
Banyak media asing hingga berbagai festival internasional sudah menampilkan Firdda Marsya Kurnia (vokal dan gitar), Widi Rahmawati (bass), dan Euis Sitti Aisyah (drum).
Dikenal di kancah internasional tak lepas dari berbagai rintangan yang dialami tiga perempuan berhijab ini.
Baca Juga: Sarat akan Budaya Indonesia, 5 Film Pendek YouTube Ini Cocok Ditonton saat Kemerdekaan
Di samping talenta musik mereka yang begitu berbakat, tak sedikit omongan negatif yang mereka dapatkan, terutama terkait dengan hijab dan genre musik yang mereka bawakan, metal.
Namun itu bukanlah alasan atau penghalang mereka untuk meraih impian sebagai musisi perempuan yang memainkan musik metal.
"Hijab bukanlah halangan bagi kami selama ini untuk mengejar impian menjadi musisi. Kami bebas mengekspresikan kreativitas kami melalui musik rock, sementara juga memenuhi tanggung jawab kita sebagai Muslim,” kata sang frontwoman, Marsya.
Baca Juga: Kisah Voice of Baceprot yang Tak Pernah Takut Melawan Stigma Musik Rock
Tak hanya stigma, mereka pun melewati perjalanan yang begitu panjang hingga akhirnya bisa berkarya di industri musik.
Belajar Bermain Musik Bersama di Sekolah
Ketiga perempuan berhijab ini awal mulanya bertemu saat mereka masih mengenyam pendidikan di Madrasah Tsanawiyah di Singajaya, sebuah desa yang terletak dua jam dari kota Garut, Jawa Barat.
Marsya, Widi, dan Sitti sama-sama mengikuti ekstrakurikuler teater.
Di masa itu, ketiga perempuan ini dianggap sebagai siswi yang nakal.
Baca Juga: Rayakan 17 Agustus dengan Mendengarkan Podcast Kilas Balik Kemerdekaan Indonesia
"Kami sering dipanggil ke kantor, dimarahi, bahkan dihukum oleh guru kami. Itu sebabnya kami disuruh untuk bergabung ke klub teater sekolah sebagai cara untuk menyalurkan energi kita," ujar Sitti yang merupakan teman dekat Marsya sejak sekolah dasar, sebagaimana tertera dalam rilis pers yang diterima PARAPUAN.
Di klub teater, mereka sendiri berperan sebagai anggota band di salah satu pertunjukan.
Karena peran tersebut, mereka memutuskan untuk melangkah lebih jauh dengan belajar memainkan alat musik.
Mereka pun memiliki mentor, yakni pelatih teater sekaligus guru konseling (BP) Erza Satia atau yang akrab disapa Abah.
Abah kerap memberikan referensi musik dan mengajari mereka untuk bermain musik dari apapun yang tersedia bagi mereka.
Begitu mendukung anak didiknya, Abah pun mendorong VOB yang baru terbentuk untuk tampil dan mendaftar berbagai kompetisi band di daerah mereka.
Baca Juga: Voice of Baceprot Bertemu Istri Pangeran Charles di WOW Sounds
Tak sampai di situ saja, Abah juga berperan sebagai manajer dan juga penulis lirik lagu-lagu mereka lho, Kawan Puan.
Saat terbentuk, mereka memilih kata 'baceprot' dari bahasa Sunda yang berarti berisik.
Dipilihnya kata 'baceprot' tersebut merepresentasikan musik yang mereka mainkan, yakni 'berisik' dan keras.
Dari Youtube hingga ke Wacken Open Air
Perjalanan awal VOB pun dilalui dengan membawakan cover berbagai lagu dari band rock dan metal.
VOB mulai menarik perhatian saat video band menampilkan cover lagu Rage Against The Machine pada tahun 2015 dan menjadi populer di YouTube.
Mereka juga membawakan cover dari berbagai grup band idola mereka, seperti Red Hot Chili Peppers, Metallica, dan Slipknot, yang kemudian mendapatkan lebih banyak perhatian dari media lokal dan internasional.
Baca Juga: Olivia Rodrigo dan Potret Kehidupan Remaja dalam Lagu-lagunya
VOB pun mulai mengembangkan musik mereka sendiri dengan menulis lagu.
Gaya musik mereka yang sangat unik, terdiri dari kombinasi rap-rock, funk rock, nu-metal, dan juga funk metal yang dipoles dengan apik oleh riff gitar Marsya, pukulan drum Sitti, dan petikan bass Widi.
Pada tahun 2018, mereka menandatangani kontrak engan agensi Amity Asia.
Tak lama setelahnya mereka mulai mengeluarkan debut single berjudul School Revolution yang diproduseri oleh Stephan Santoso, yang juga gitaris dari Musikimia.
Lagu School Revolution membuat mereka semakin dikenal publik.
Mereka sudah masuk ke banyak publikasi media internasional seperti The New York Times, NPR, BBC, DW dan The Guardian.
Tawaran manggung pun mulai berdatangan menghampiri Marsya, Widi, dan Sitti.
Setelah mereka tamat dari Madrasah Aliyah pada tahun 2020, Marsya, Sitti, dan Widi pindah ke Jakarta untuk mengembangkan karier musiknya.
Hingga kini, VOB sudah diundang ke banyak festival musik bergengsi di luar negeri.
Baca Juga: Peduli dengan Isu Kekerasan Seksual, Wregas Bhanuteja Buat Film Penyalin Cahaya
Tahun 2021, mereka tampil di WOW (Women of the World) Festival UK 2021’s WOW Sounds dan bertemu Duchess of Cornwall, HRH Camilla Parker-Bowles, lho!
Berkat festival tersebut, VOB juga masuk majalah musik heavy metal dan rock di Inggris, Metal Hammer.
Pada tahun yang sama, mereka juga tampil di acara Global Just Recovery Gathering.
VOB bakal tampil di festival musik metal terbesar di dunia yang akan dihelat di Jerman pada Agustus 2022 mendatang, yakni Wacken Open Air.
Ketiga musisi perempuan berbakat ini akan tampil sepanggung bersama musisi terkenal, termasuk Slipknot, Limp Bizkit, Judas Priest, sampai As I Lay Dying. (*)