Parapuan.co - Saat ini, boy group asal Korea Selatan, BTS (Bangtan Sonyeondan) sedang berada di puncak karir dengan sederet prestasinya.
Pada tahun 2020, BTS menjadi musisi Korea Selatan pertama yang mencapai nomor satu di Billboard Hot 100 dengan single mereka Dynamite, mengalahkan WAP dari Cardi B dan Megan Thee Stallion, Watermelon Sugar dari Harry Styles, serta Laugh Now Cry Later dari Drake.
Selain itu, BTS diam-diam menyumbangkan $ 1 juta untuk gerakan Black Lives Matter dan mereka telah bermitra dengan UNICEF di Love Myself, sebuah kampanye anti kekerasan pemuda global.
Baca Juga: Sukses Mendunia, Begini Kisah Perjalanan BTS Bisa Sampai Amerika
Dalam kutipan dari buku David Yi, Pretty Boys: Legendary Icons Who Redefined Beauty (and How to Glow Up, Too), penulis mengeksplorasi signifikansi sejarah dan budaya dari superstar Korea dan pendekatan mereka terhadap cinta diri dan ekspresi diri.
BTS benar-benar memulai karirnya dari nol, dan semua orang atau ARMY (sebutan untuk fans BTS) bisa menyaksikan perjuangan sulit mereka kala berusia belasan tahun.
Melansir Fashionista, BTS adalah grup K-pop yang pernah dianggap gagal bahkan sebelum mereka debut.
Selama kebangkitan mereka, ketujuh anggota BTS menghadapi pengawasan ketat dan berbagai kesulitan.
Tak perlu diperdebatkan lagi, BTS memiliki kemampuan untuk terhubung dengan audiens mereka dan sangat dekat, melalui media sosial Twitter, YouTube, dan Weverse.
Bahkan, secara khusus mereka menyematkan kata ARMY dalam lirik lagu terbaru yang memecahkan rekor dunia, Butter.
Lagu-lagu BTS juga sangat terhubung dengan kehidupan sehari-hari orang pada umumnya, mereka menyuarakan kesehatan mental, cinta diri, harga diri, dan topik yang masih dianggap kontroversial.
Bagi BTS dan ARMY, untuk menaklukkan dunia, kamu harus mencintai diri sendiri terlebih dahulu, untuk mencintai orang lain, kamu harus menghadapi siapa dirimu.
BTS melanggar stereotip gender
Anggota BTS pertama yang direkrut untuk grup ini adalah seorang rapper bernama Kim Namjoon (yang kemudian dikenal sebagai RM), seorang remaja yang sudah membuat nama untuk dirinya sendiri di kancah hip-hop bawah tanah.
Dia mengesankan, tetapi tidak selalu sesuai dengan estetika K-pop tradisional: Warna kulitnya lebih dalam, berbeda dengan fiksasi Korea dengan kulit seperti susu, matanya lebih berbentuk almond, tanpa kelopak mata ganda, yang bertentangan dengan standar kecantikan Korea saat itu.
Semua ini tidak sesuai dengan produser visioner, Bang Si-Hyuk, dari Big Hit Entertainment, dan dia meloloskan si jenius musik ini ke dalam agensinya.
Baca Juga: Cerita BTS tentang Xenofobia dan Perjuangan Masuk Pasar Musik Amerika
Bang sedang dalam misi untuk membongkar korupsi terkenal di industri K-pop, menginspirasi kaum muda, dan membuat perubahan di Korea Selatan yang tertahan.
Untuk melakukannya, dia tidak memimpin dengan apa yang akan dicari oleh agensi lain.
Baginya, itu bukan hanya bakat mentah, tetapi empati melalui orang-orang muda yang memiliki misi perubahan yang sama.
Bertahun-tahun kemudian, Bang dan RM meyakinkan enam remaja berbakat lainnya untuk bergabung dengan boy group mereka.
Mereka termasuk Min Yoongi, sesama rapper yang kemudian dikenal dengan nama Suga (kependekan dari shooting guard karena kecintaannya pada bola basket) dan Jung Hoseok (J-Hope), seorang penari berbakat yang akan melengkapi jajaran rapper.
Empat lainnya termasuk vokalis: Kim Seokjin (Jin), seorang mahasiswa baru yang belajar akting; Park Jimin, seorang penari modern, masih duduk di bangku SMA; Kim Taehyung (yang kemudian disebut V), seorang penyanyi dengan suara serak yang tidak biasa; dan Jeon Jungkook, maknae (bungsu), seorang siswa sekolah menengah pemalu tapi karismatik.
Kemudian mereka telah terbentuk dalam boy group yang bernama Bangtan Sonyeondan yang berarti Pramuka Anti Peluru. Nama ini ditujukan untuk memblokir stereotip yang sudah ada.
Saat masa trainee, mereka mendokumentasikan ketakutan, harapan, dan aspirasi mereka di akun Twitter yang diluncurkan agensi mereka sebelum debut.
Berinteraksi dengan penggemar, memposting foto narsis dan video di belakang panggung, dan menunjukkan kepribadian, mereka mendapatkan basis penggemar yang kecil namun aktif.
Ketika debut mereka akhirnya tiba di tahun 2013, Bang kehabisan dana. Perusahaan berada di ambang kehancuran.
Baca Juga: Keren, Ini 5 Rekor Dunia yang Dipecahkan Single Terbaru BTS, Butter!
Selain itu, komentator berpendapat bahwa penampilan mereka paling amatir.
Sementara boy group lain pada saat itu menyanyikan tentang cinta tak berbalas, BTS sangat fokus untuk menceritakan kisah nyata tentang pengalaman masa muda dengan single No More Dream.
Mereka menulis tentang topik yang kompleks, mulai dari tekanan sosial pada kaum muda, prasangka terhadap orang yang kehilangan haknya, dan kecemasan yang datang dari tumbuh dewasa di Korea Selatan.
Di sisi lain, BTS juga menggunakan riasan untuk menunjang penampilannya.
Namun, mendapatkan respon negatif dari seorang artis pada diskusi keadaan hip-hop tahun 2013 yang mempertanyakan "Bukankah berpakaian seperti perempuan, memakai riasan, berarti kamu perempuan?"
Baca Juga: Bertabur Prestasi, Single Butter Milik BTS Pecahkan 5 Rekor Dunia!
Masalahnya, boy group anti-peluru ini sama sekali tak goyah ataupun mendebat pernyataan tersebut. Mereka melanjutkan bermusik dan merilis single NO.
Sebuah lagu tentang tekanan sosial yang tidak adil dan sesak pada orang-orang muda. Mereka mendapatkan momentumnya, dan juga perhatian.
Pada tahun 2018, BTS diundang untuk berbicara di PBB tentang budaya anak muda. RM membaca pidato yang dia tulis sendiri.
"Beberapa orang mungkin tidak percaya, tapi kebanyakan orang mengira kami putus asa. Terkadang, saya hanya ingin berhenti. Tapi saya pikir saya sangat beruntung karena saya tidak menyerah.
Dan saya yakin bahwa kami akan terus tersandung dan jatuh seperti ini. Tidak peduli siapa Anda, dari mana asal Anda, warna kulit Anda, identitas gender Anda, ucapkan saja sendiri. Temukan nama Anda dan temukan suara Anda dengan berbicara sendiri," tutur RM, leader dari BTS.