Paradoks Joki Berdasi

Kompas.com - 14/01/2011, 03:05 WIB

Paradoks joki berdasi akan terus berlangsung karena para elite tak punya keinginan untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Kalau mereka serius dengan komitmen perubahan, tentu tidak ada lagi kebohongan ketika membicarakan indikator pembangunan. Akan tetapi, kenyataannya, mereka hendak mengatasi inflasi dengan mengubah bobot pengaruh cabai atau bahkan mengeluarkan cabai yang harganya meninggi dari keranjang inflasi.

Tidak ada yang peduli dengan fakta permukiman kumuh yang kian meluas, daya beli rakyat yang kian merosot, serta penderita depresi dan bunuh diri di kalangan warga miskin yang kian fenomenal. Padahal, ini adalah tamparan terhadap indikator kemiskinan yang condong menyembunyikan persoalan.

Kalau para elite sungguh menginginkan perubahan, tentulah mereka akan berupaya mencerdaskan rakyat dan menempatkan pendidikan sebagai prioritas pembangunan. Kenyataannya mereka membiarkan pendidikan dalam kondisi memprihatinkan. Sekitar 21 persen sekolah dasar (SD) di kota, sekitar 37 persen SD di desa, dan 60 persen SD di daerah terpencil mengalami kekurangan guru. Padahal, dalam lima tahun ke depan, sebanyak 75 persen guru SD di Indonesia pensiun. Bukan hanya guru, bahkan bangunan sekolah pun terancam hilang. Awal tahun ini saja beberapa bangunan SD di Jakarta tergusur mal.

Kalau tidak ada perubahan, ke depan mayoritas angkatan kerja akan tetap berpendidikan SD ke bawah. Rendahnya kualitas pendidikan rakyat akan menguntungkan posisi para joki berdasi yang menghendaki rakyat tetap mudah dibodohi.

Kalau kita tetap menyerahkan republik ini di tangan para elite yang ada sekarang, wajah republik masa depan akan tampak seperti mal atau Kota Tangerang Selatan. Pada mal kita melihat kegemerlapan yang seolah steril dari persoalan, padahal di dalamnya tersembunyi beragam kasus bunuh diri. Pada Kota Tangerang Selatan kita bisa berkaca, wilayah yang seolah berpemerintahan itu ternyata 70 persen tanahnya telah dikuasai korporasi. Rakyat yang sesungguhnya tertinggal di pinggiran.

Sri Palupi Ketua Institute for Ecosoc Rights

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com