Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Menlu Retno: KTT G20 Tidak Boleh Gagal
16/10/2022, 21:01 WIB
Menlu Retno: KTT G20 Tidak Boleh Gagal
AFP/DITA ALANGKARA Menlu Retno Marsudi memberikan keterangan pers usai penutupan Pertemuan Menlu G20 di Nusa Dua, 8 Juli 2022.

Penulis: VOA Indonesia/Fathiyah Wardah

JAKARTA, KOMPAS.com - Presidensi G20 Indonesia tahun ini dijalankan di masa sulit ketika dunia sedang menghadapi banyak krisis. Meski demikian, Indonesia berkomitmen agar forum tersebut bisa menghasilkan kerjasama konkret yang tidak hanya berguna bagi anggotanya tetapi juga bagi negara berkembang.

30 hari lagi pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 akan dilaksanakan di Bali. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam jumpa pers, Kamis (13/10/2022) menegaskan pelaksanaan KTT G20 tersebut tidak boleh gagal karena hasil kerja dari forum itu ditunggu oleh masyarakat dunia.

Baca juga: KTT G20 Makin Dekat, Putin Masih Bimbang Datang atau Tidak

Taruhannya terlalu besar jika G20 gagal karena menyangkut nasib dan kesejahteraan milliaran penduduk dunia terutama di negara berkembang, tambahnya. Untuk itu, Indonesia terus mengajak negara anggota G20 untuk menunjukan tanggung jawab kepada dunia.

“Keberhasilan G20 bukan ditangan satu atau dua negara tetapi berada di tangan seluruh anggota G20. Kalo kita ingin dikatakan sebagai negara besar maka tanggung jawabnya juga besar. Dan tanggung jawab itu harus ditunaikan dengan baik,” ungkap Retno.

Menurut Retno, di masa sulit di mana dunia sedang menghadapi berbagai krisis, seperti pandemi Covid-19 yang belum tuntas, perang Ukraina, tensi geopolitik yang menajam dan juga krisis pangan, energi, dan keuangan; G20 merupakan salah satu forum ekonomi dunia yang masih dapat bekerja merespons krisis global saat ini.

Baca juga: Biden Tak Berniat Bertemu Putin di KTT G20, tapi...

Indonesia, tambahnya, terus menjalin komunikasi dengan semua negara anggota G20 baik secara formal maupun informal. Indonesia optimistis G20 akan menghasilkan kerja sama konkret yang tidak saja berguna bagi anggotanya tetapi juga untuk dunia terutama negara-negara berkembang.

Retno mengatakan, sebagai presidensi G20, Indonesia berusaha menggunakan inovasi atau cara-cara baru agar negosiasi tidak terhenti.

Mengenai konfirmasi kehadiran pemimpin dunia dalam KTT G20 pada 15-16 November mendatang, Retno mengatakan sejauh ini tidak ada respons negatif dari semua negara anggota G20.

Baca juga: Rusia Pertimbangkan Pertemuan Putin-Biden di G20 Bali

Perang Rusia di Ukraina tetap jadi faktor penentu

Dihubungi VOA, pengamat hubungan internasional dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nanto Sriyanto mengatakan perekonomian global tidak bisa dilepaskan dari saling dukung antara negara dengan beragam geografi dan karakter ekonomi.

Namun, dengan adanya keterbelahan yang antara lain disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina, maka hal itu menjadi tantangan bagi presidensi Indonesia. Selaku presidensi G20, Indonesia harus menyadari bahwa persoalan Rusia dan Ukraina tidak bisa diselesaikan secara instan dan parsial.

“Hal itu kemudian menjadi tantangan untuk presidensi Indonesia untuk membuat apa yang menjadi persoalan di Eropa Timur itu tidak kemudian selesai pada persoalan isolasi tetapi persoalan koordinasi tanpa kemudian mengecilkan bahwa hal itu secara normatif berlawanan terhadap hukum internasional yang ada,” kata Nanto.

Sebagai presidensi G20, Indonesia dapat memberikan tawaran-tawaran kepada semua pihak untuk mendapatkan titik temu untuk kepentingan global.

Artikel ini pernah tayang di VOA Indonesia dengan judul Menlu RI: KTT G20 Tidak Boleh Gagal.

Baca juga: Presiden AS Joe Biden Konfirmasi Hadir ke KTT G20 Bulan Depan di Bali


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads