Menguak Sisi Lain Pertunjukan Orkestra lewat Serial Philharmonia

KOMPAS.com – Bagi penyuka film bergenre musikal, pasti tak asing dengan judul-judul, seperti Whiplash, August Rust, Control, School of Rock, dan La La Land.

Semua film tersebut menyuguhkan nuansa berbeda dari genre lainnya lantaran mampu mengedepankan unsur drama yang diiringi dengan latar musik dan beberapa lagu di sepanjang film.

Misalnya, Whiplash. Film ini mampu memukau penonton lewat tingkah laku tokoh Terence Fletcher yang diperankan oleh JK Simmons. Selaku konduktor orkestra, Fletcher bersikap otoriter dan kerap bertingkah sesuka hatinya.

Selain akting yang memanjakan dari Simmons tersebut, kemegahan musik klasik yang dimainkan pada film tersebut juga turut menyihir penonton.

Serupa tapi tak sama, sensasi itu juga akan dirasakan saat menonton serial Philharmonia yang dibuat oleh rumah produksi asal Prancis, Merlin Production.

Serial ini terasa megah dan berkelas lantaran mampu menyajikan pertunjukan orkestra yang memukau.

Cerita pada serial Philharmonia berfokus pada kehidupan konduktor orkestra, Hélène Barizet yang diperankan oleh Marie-Sophie Ferdane.

Pada serial tersebut, ia merupakan seorang komposer yang memiliki ambisi untuk bisa memimpin sebuah kelompok orkestra besar.

Bak gayung bersambut, ia pun mendapat tawaran sebagai pemimpin pada sebuah kelompok orkestra philharmonic yang ada di Prancis.

Tanpa pikir panjang, ia yang saat itu sudah 20 tahun menetap di New York, Amerika Serikat, memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya.

Sebagai informasi, orkestra philharmonic atau simfoni merupakan sebutan untuk kelompok orkestra berjumlah lebih dari seratus orang.

Meski begitu, perjalanan menjadi pemimpin orkestra philharmonic tidak berjalan sesuai harapan. Pasalnya, Barizet kurang mendapat kepercayaan dari anggota orkestra hanya lantaran dirinya seorang perempuan.

Nah, konflik dan persoalan yang dihadapi Barizet tersebut menjadi suguhan menarik sepanjang enam episode serial Philharmonia.

Idealis dan ambisius

Di serial Philharmonia, Barizet digambarkan sebagai sosok yang amat idealis. Terlebih, jika berhubungan dengan musik dan ambisinya.

Ia tak segan untuk mengganti personel senior yang kaya akan pengalaman dengan anggota baru yang tergolong hijau dan perlu banyak belajar.

Tindakan tersebut ia lakukan saat menaruh seorang pemain biola muda bernama Selena Rivière yang diperankan Lina El Arabi dari baris ketiga. Rivière menggantikan pemain biola senior di baris pertama.

Keputusan tersebut jelas mengundang tanggapan sinis dari seluruh anggota orkestra. Bahkan, seluruh anggota, kecuali Rivière, memutuskan untuk mogok bermain selama Barizet masih memimpin kelompok tersebut.

Mola Hélène Barizet yang diperankan oleh Marie-Sophie Ferdane di serial philharmonia

Meski begitu, Barizet tetap berpegang teguh pada prinsipnya. Menurutnya, Rivière memiliki potensi besar yang dapat memengaruhi kebangkitan kelompok orkestra tersebut.

Ia tak akan membiarkan siapa pun mengusik keputusannya. Barizet memiliki pandangan yang jeli soal pengembangan orkestra yang ia pimpin. Namun, di sisi lain, idealisme dan ambisi tersebut membuatnya rentan terlibat dalam konflik.

Dua hal itu turut menyumbang konflik dalam kehidupan pribadinya. Rumah tangga Barizet retak lantaran ia lebih memilih mengedepankan pekerjaannya sebagai seorang konduktor orkestra.

Meski punya keputusan nyeleneh, penokohan Barizet di serial berskor 75 persen versi Rotten Tomatoes itu dilukiskan secara halus. Dengan demikian, penonton dapat memahami segala tindakan yang diambil oleh Barizet.

Terlepas dari hal tersebut, akting Marie Sophie Ferdane dalam memerankan Barizet memang begitu sempurna.

Ia mampu memerankan dengan lugas karakter seorang perempuan yang kaku, idealis, dan ambisius. Marie juga mampu menjiwai peran sebagai seorang komposer dan konduktor orkestra seakan hal tersebut memang bagian dari hidupnya.

Mengulas sisi lain orkestra

Bagi penduduk Eropa, pertunjukan orkestra dan musik klasik bukanlah sesuatu yang langka. Pasalnya, musik klasik memang sudah menjadi bagian dari sejarah dan kebudayaan masyarakat Eropa.

Meski begitu, banyak sisi lain yang tak diketahui oleh pencinta musik klasik, seperti persiapan dalam menentukan lagu, persiapan konser, dan keberadaan konduktor orkestra yang kerap marah di tengah pertunjukkan.

Hal tersebut coba diangkat oleh sutradara dari Philharmonia, Louis Choquette. Menurutnya, orkestra musik klasik memiliki cerita yang kompleks.

Ia mengatakan, para pencinta musik klasik mampu merasakan berbagai hal yang terkait dengan orkestra. Namun, banyak dari mereka tidak dapat mengidentifikasinya.

Mola kelompok orkestra philharmonic

“Jadi, fokus kami itu bukan tentang bagaimana mereka menyampaikan musiknya. Kami ingin mengangkat hal yang terjadi di balik kelompok orkestra. Jika kalian melihat konduktor orkestra marah-marah, itu kemungkinan ada anggotanya yang tidak bermain dengan sempurna,” ujar Choquette melansir laman premiere.fr, Rabu (23/1/2021).

Selain itu, pembuatan serial Philharmonia juga didasari oleh semangat untuk mendemokratisasi dan mengenalkan lebih jauh tentang musik klasik.

Serial tersebut diharapkan dapat membuka akses terhadap masyarakat yang ingin mengetahui dan belajar mengenai dunia orkestra.

Sempat diragukan

Pada awal produksi Philharmonia, Choquette mengatakan bahwa kualitas akting kedua pemeran utama di serial tersebut, yakni Marie-Sophie Ferdane (Hélène Barizet) dan Lina El Arabi (Selena Riviere), sempat diragukan oleh para produser.

Para produser beranggapan, kedua aktris tersebut kurang jam terbang dalam dunia perfilman.

Penilaian tersebut langsung berubah 180 derajat saat keduanya menunjukkan kualitas aktingnya di depan para produser. Terlebih, mereka mampu memainkan instrumen musik yang menjadi elemen penting pada serial Philharmonia.

Baik Marie-Sophie maupun Lina telah bermain biola hampir sepanjang hidupnya. Hal ini menjadi nilai lebih bagi mereka berdua.

Mola Marie-Sophie Ferdane (Hélène Barizet) dan Lina El Arabi (Selena Riviere)

Untuk diketahui, Marie-Sophie Ferdane dan Lina El Arabi merupakan aktris pertama yang ditawari untuk terlibat dalam penggarapan serial Philharmonia. Namun, karena mereka tidak terlalu terkenal, para produser harus diyakinkan. Meski demikian, mereka berdua mendapat kepercayaan para produser dengan cepat.

“Kami jelas membutuhkan kualitas itu. Mereka punya hubungan tersendiri dengan berbagai instrumen. Kami membutuhkan mereka agar akting mereka terlihat natural saat memainkan instrumen. Dan benar, mereka mampu melakukan itu,” jelas sang sutradara.

Adapun pada proses casting Philharmonia, semua artis yang terlibat diharuskan memiliki latar belakang dalam dunia musik. Setelah terpilih, mereka semua kembali dilatih oleh para profesional untuk menyempurnakan permainannya.

Keseruan dan konflik Barizet dalam memimpin orkestra philharmonic sudah bisa Anda saksikan di layanan Mola.