Pengalaman Rachel Amanda Syuting saat Pandemi, Contek Naskah dan Kamera Jadi Lawan Main

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski di tengah pandemi, aktris Rachel Amanda tetap berkarya dengan syuting serial Work From Home.

Sama seperti tatanan hidup masyarakat yang berubah, proses syuting pun yang dilaluinya pun jauh berbeda.

Contek naskah saat casting

Rachel Amanda mengakui membaca dialog selama menjalani casting.

"Karena adegannya panjang banget sedangkan aku enggak ada lawan mainnya, jadi aku contek di laptop selama casting," ujar Rachel Amanda saat konferensi pers virtual Work From Home, Rabu (11/11/2020).

Baca juga: Casting Online, Rachel Amanda Akui Sambil Contek Baca Naskah

"Aku baca naskah sih sejujurnya. Karena kayak 'Oh oke oke, apa lagi ya? Ini ngalir ceritanya bagaimana ya?', karena ada sekitar dua atau tiga karakter selain aku dan cerita harus jalan sedangkan adegannya panjang banget," jelas Rachel Amanda.

Kamera jadi lawan main

Setelah mulai syuting pun Rachel Amanda masih tak bertemu langsung dengan lawan main.

"Apalagi ketika akhirnya terpilih dan mulai syuting, itu pengalamannya lebih gila lagi sih," ujar Rachel Amanda.

Baca juga: Main di Work From Home, Rachel Amanda Rasakan Pengalaman Syuting Berbeda

Kali ini Amanda tidak beradu akting dengan pemain lain.

"Sebagai pemain kan biasanya seengaknya harus ngelihat mata orang lain ya atau harus tatap muka gitu sama lawan main. Ini tiba-tiba hanya lihat lensa kamera yang sebesar itu di depan kita, itu tantangannya sih," jelas Rachel Amanda.

Meski begitu alumnus Universitas Indonesia ini tetap menikmati pengalaman tersebut.

Ditayangkan di GoPlay, Work From Home berkisah tentang para karyawan rumah produksi Love Entertainment yang terpaksa menjalani kerja dari rumah alias work from home (WFH) karena pandemi.

Baca juga: Serba-serbi Serial Work From Home, Adaptasi Kisah Nyata dengan Syuting Tanpa Lawan Main

Dengan tuntutan memenuhi deadline pekerjaan, semua diskusi harus dilakukan secara online. Termasuk, diskusi naskah dan meeting praproduksi.

Bahkan, casting pun harus dijalankan secara online. Semua makin ricuh karena kemampuan teknologi masing-masing karyawan pun berbeda sehingga sering menimbulkan gagal paham.