JAKARTA, KOMPAS.com - Film pendek asal Yogyakarta yang berjudul Tilik, beberapa hari terakhir jadi sorotan masyarakat.
Karakter Bu Tejo yang diperankan Siti Fauziah itu dianggap mewakili karakter oknum ibu-ibu di desa yang senang bergosip.
Bersama dengan gerombolan ibu-ibu yang lain, Bu Tejo membicarakan soal Dian, seorang kembang desa.
Baca juga: Sutradara Ungkap Banyak Pemeran Tilik yang Baru Pertama Kali Main Film
Karena paras wajahnya, tidak sedikit lelaki yang mendekatinya hingga datang melamarnya. Oleh sebab itu, warga desa bergunjing tentang status lajang Dian.
Kendati demikian, terdapat cerita menarik di balik proses produksi film Tilik garapan sutradara Wahyu Agung Prasetyo.
Awal mula
Dalam kanal YouTube Ravacana Film, Agung menceritakan latar belakang di angkatnya kisah tersebut.
Baca juga: Pujian Para Sineas untuk Film Tilik, Suguhkan Komedi yang Menggigit
Agung mengakui, latar belakang film tersebut berdasarkan fenomena yang ada di masyarakat Indonesia.
"Fenomena budaya tilik (menjenguk) yang saya sendiri sebenarnya enggak pernah mengalami itu sama sekali dan enggak pernah melihat itu secara langsung," kata Agung.
Tahunya Agung adanya budaya tilik di masyarakat itu setelah penulis film, Bagus Sumartono, menceritakan hal tersebut kepadanya.
"Akhirnya saya tertarik buat melihat, observasi dan ternyata memang setelah melihat langsung itu gimana ya, rasanya kayak klik (cocok) gitu," ungkap Agung.
Setelahnya, gairah Agung membuncah untuk mengangkat kisah tilik ke dalam sebuah film pendek.
"Melihat femomenanya dan itu yang membuat saya 'wah ini harus di-film-kan, ini harus dirangkai jadi audio visual'," kata Agung.
Isi pesan moral
Agung juga mengungkapkan, kisah film Tilik itu berdasarkan fenomena masyarakat yang terlalu percaya dengan internet.