Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Royalti Perfilman Disoroti Tompi, Roy Marten: Saya Teriak dari Dulu

Kompas.com - 13/08/2020, 19:18 WIB
Rintan Puspita Sari,
Tri Susanto Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyanyi Tompi menyoroti sistem pembayaran di industri film yang tidak tepat.

Ketika mulai terjun di perfilm, Tompi menyadari kalau para pemain dan seluruh kru hanya dibayar di depan. Padahal film itu bisa saja diputar berulang kali dan yang menikmati produser.

Baca juga: Kritisi Film Indonesia, Tompi Sentil Produser

"Setiap film diputer produsernya kipas-kipas duit, yang lain apa kabar? Banyak pemain-pemain yang dulu sempet jaya, banyak yang sekarang susah, enggak pernah dapat royalti," kata Tompi dikutip, Kamis (13/8/2020).

Dalam vlog berjudul "TOMPI- Ada yang Salah dari Perfilman di Indonesia" di YouTube Marten & Friends, Tompi bisa melihat, Roy Marten cukup beruntung karena masih dipakai sampai saat ini, tapi tidak banyak artis zaman dulu yang bisa begitu.

Baca juga: Pengakuan Tompi Dapat Tawaran Maju Pilkada dari Partai Top

"Saya teriak-teriak dari zaman dulu tapi sendirian," imbuh Roy.

"Kenapa Om, karena kalah sama yang namanya produser. Kita itu enggak berani ngomong begini 'kalau enggak mau begini gue enggak mau', itu produser kalau pemainnya kagak ada yang mau main, emang dia bisa bikin film," ujar Tompi.

Namun kekompakan itu belum bisa terjadi saat ini karena perbedaan pandangan. Ada yang masih terkenal dan tidak merasakan hal tersebut.

Baca juga: Tompi Ungkap Keinginan Suatu Hari Terjun di Dunia Politik

Sistem royalti yang dimaksudnya kemudian dicontohkan, aktor tidak dibayar dimuka, tapi setiap kali film itu tayang, dengan honor yang telah ditetapkan di awal, sang aktor akan mendapatkan royalti sepersekian dari honor yang ditetapkan di awal.

Dengan asumsi honor sekali main adalah Rp 500 juta dan biaya produksi Rp 5 miliar, begini penjelasan Tompi.

Baca juga: Sukses di Berbagai Bidang, Tompi Akui Gagal dalam Hal Ini

"Misal total produksinya Rp 5 M, berarti royalti dia Rp 500 juta per Rp 5 M, setiap film itu kita jual dia dapat segitu, dia enggak dibayar di depan, Rp 500 juta enggak dia terima di depan, karena apa gunanya Rp 500 juta kalau film itu masih diputer 10 tahun, kalau dihitung bisa dapat lebih gede," jelas Tompi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com