Sutradara: Chairun Nissa
Produser: Nicholas Saputra
Pemeran: Soraya Cassandra, Marselus Hasan, Agustinus Pius Inam, Almina Kacili, Tjokorda Raka Kerthyasa, Iskandar Waworuntu, Muhammad Yusuf
Musik: Indra Perkasa
Sinematografi: Aditya Ahmad
JAKARTA, KOMPAS.com - Film dokumenter Semesta resmi tayang di bioskop-bioskop seluruh Indonesia pada Kamis (30/1/2020).
Film dokumenter karya sutradara Chairun Nissa dan produser Nicholas Saputra serta Mandy Marahimin ini menceritakan tujuh tokoh di Indonesia yang mengajak warga sekitar wilayahnya untuk menjaga keseimbangan alam.
Baca juga: Semesta, Persembahan Nicholas Saputra untuk Menjaga Alam
Mereka yang menjadi sosok protagonis dalam film ini dipilih setelah melalui proses riset.
Tjokorda Raka Kerthyasa adalah tokoh budaya di Ubud, Bali.
Ia bersama segenap umat Hindu menjadikan momentum Hari Raya Nyepi sebagai hari istirahat alam semesta.
Baca juga: Demi Semesta, Nicholas Saputra Terjun Langsung ke Lokasi Syuting di Pelosok Indonesia
Dihentikannya penggunaan listrik, transportasi, dan industri selama satu hari saat Nyepi ternyata memberi efek luar biasa dalam pengurangan emisi harian di Bali.
Agustinus Pius Inam adalah Kepala Dusun Sungai Utik, Kalimantan Barat. Ia memastikan pentingnya penduduk desa memahami dan mengikuti langkah tata cara adat dalam melindungi dan melestarikan hutan.
Bagi masyarakat hutan adat di Dusun Sungai Utik, tanah adalah ibu, sedangkan air adalah darah.
Baca juga: Tak Pasang Target, Nicholas Saputra: Film Semesta untuk Tingkatkan Kesadaran akan Lingkungan
Makanya perlu dijaga dari segala ancaman kerusakan khususnya deforestasi.
Romo Marselus Hasan adalah pemimpin agama Katolik di Bea Muring, Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Kawasan tersebut belum teraliri listrik, sehingga masyarakat terpaksa menggunakan generator sebagai sumbernya.
Baca juga: Film Dokumenter Semesta, Kisah 7 Sosok dari 7 Provinsi di Indonesia
Bersama warga di sana, Romo Marselus secara mandiri membangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro untuk mengurangi emisi berbahaya yang keluar dari generator.
Dari kaum hawa ada Almina Kacili.
Ia adalah kepala kelompok wanita gereja di Kapatcol, Papua Barat, yang bersama ibu-ibu anggota kelompoknya membantu penyeimbangan alam melalui Sasi.
Baca juga: Jadi Duta Unicef, Nicholas Saputra Suarakan Hak-hak Anak
Sasi ialah tradisi kearifan lokal yang melindungi wilayahnya dari eksploitasi, terutama oleh nelayan-nelayan yang menggunakan peralatan ilegal.