Review: A Shop for Killers, Toko Senjata Pembawa Bencana

Jian yang sudah tak memiliki ayah dan ibu dibesarkan oleh pamannya.

Saat masih kecil, Jian sudah ditinggalkan oleh kedua orangtuanya.

Ibunya dibunuh oleh ayahnya. Ayahnya bunuh diri di hari pemakaman neneknya.

Selama hidup bersama Jian, Jinman memiliki sebuah usaha misterius yang berkedok slang.

Namun setelah Jinman meninggal, Jian dihadapkan masalah besar karena para pelanggan tiba-tiba memburunya.

Secara perlahan Jian pun akhirnya menguak misteri bahwa Jinman selama ini menjual senjata ilegal.

Diadaptasi dari novel berjudul Salinjaui Shoppingmall karya Kang Ji Young, A Shop for Killers menawarkan premis cerita yang menarik.

Kehidupan tokoh utama langsung mendapat simpati karena keadaan yang menyudutkannya.

Kehidupan si tokoh utama yang berubah total semakin membuat penonton penasaran akan kelanjutan hidupnya.

Misteri yang disimpan dan dibuka secara perlahan juga membuat A Shop for Killers semakin menarik untuk ditonton.

Semuanya menjadi semakin lengkap dengan ketegangan yang dibangun ketika Jian diburu oleh para pelanggan Jinman yang mengincar senjata.

Meskipun demikian, laju penceritaan yang lamban dari A Shop for Killers bisa menjadi pisau bermata dua.

Di satu sisi, gaya penceritaan lambat ini sangat cocok untuk kisah-kisah misterius dan menegangkan.

Namun di sisi lain, gaya penceritaan seperti ini bisa membuat penonton bosan karena memakan waktu terlalu lama.

Lee Kwon dan No Kyu Yeob harus jeli dalam menempatkan “kejutan-kejutan” agar penonton tak bosan ketika mengikuti perjalanan dalam ceritanya.

A Shop for Killers akan tayang di Disney+ Hotstar mulai hari ini, Rabu (17/1/2024).