Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tuhan Memberkati "God Bless"

Menandai lima puluh tahun berkarya, lima personal terakhir -Ahmad Albar, Ian Antono, Donny Fattah, Abadi Soesman, Fajar Satritama- merilis album Anthology, kumpulan lagu terbaik ciptaan God Bless.

Kali ini menggarap album Anthology bekerja sama dengan Czech Symphony Orchestra dengan komando Tohpati.

Saya terakhir melihat God Bless naik panggung ketika membuka konser Deep Purple di Solo, Jumat 10 Maret 2023.

Vokal Ahmad Albar tetap prima. Kocekan gitar Ian Antono tetap menyengat. Gebukan drum Fajar Satritama, anggota paling muda dan “baru” berumur lima puluh tiga tahun, menjaga ritme musik God Bless.

Sah bila banyak khalayak menyebut God Bless adalah band rock terbaik di Indonesia.

Pertama kali saya melihat konser God Bless di Kridosono Yogyakarta, medio 1989’an, ketika mempromosikan album keempat, “Raksasa.” Sementara album tersukses God Bless adalah “Semut Hitam” yang dirilis 1988.

Jika sebelum album Semut Hitam dirilis, dalam aksi panggungnya God Bless banyak membawakan lagu-lagu musisi luar, maka sejak meledaknya album ini, God Bless selalu membawakan lagu-lagu karya sendiri.

Pertama menonton konser God Bless tahun 1989 dan paling ujung tahun 2023, terbentang jarak tiga puluh empat tahun.

Tidak ada perbedaan cukup signifikan cara bermusik God Bless ketika para musisinya berusia muda dengan sekarang sudah senior. Hanya dulu Ahmad Albar suka berlari mengelilingi panggung, terutama ketika menyanyikan lagu Kehidupan.

Ketika konser di Solo, Ahmad Albar tidak banyak bergerak. Jika dulu ada Eet Sjahranie dengan gaya main gitarnya yang atraktif dan garang, sekarang Ian Antono lebih tertib dengan teknik permainan yang layak disebut maestro.

Berdiri di belakang tumpukan keyboard, Abadi Soesman yang terlibat dalam pembuatan album kedua “Cermin” kemampuannya setara dengan Jockie Soerjoprajogo, pemain keyboard paling lama di God Bless.

Karena kesehatan yang terganggu, Donny Fatah tidak bisa mencabik-cabik bas, diganti oleh musisi lain.

Menelusuri waktu, melewati lima presiden, mengapa God Bless tetap kokoh bertahan? Ada tiga hal utama.

Pertama, spirit bermusik. Tak dapat dipungkiri dalam usia panjang bermain musik, God Bless sering ganta-ganti personel. Mirip dengan Deep Purple yang juga sering gonta-ganti musisi.

Hanya saja, pada God Bless dan Deep Purple ada beberapa pendiri yang menjaga marwah grup band-nya.

Ahmad Albar bisa dikatakan ikon utama God Bless. Seperti Ian Gillan di Deep Purple, Ahmad Albar pernah bersolo karier, membentuk grup lain.

Namun akhirnya God Bless -mirip lagu terkenalnya- adalah Rumah Kita. Rumah Kita, bersama para penjaga spirit band lainnya; Ian Antono dan Donny Fatah. Ditambah Abadi Soesman dan anggota termuda, Fajar Satritama, berlima mereka menemukan spirit yang menyatukan.

Berbarengan dengan God Bless, lahir pula grup band hebat seperti misal AKA, Giant Step dan Rollies.

Aksi panggung AKA dengan vokalisnya Ucok Harahap, jauh lebih heboh dibanding God Bless. Ketika ditinggal Ucok dan ketiga personelnya mendirikan SAS, kependekan dari nama-nama musisinya, yaitu Syeh Abidin, Arthur Kaunang, dan Soenata Tanjung, tetap saja SAS menunjukkan diri sebagai band dengan aksi panggung memukau.

Saya menonton konser mereka di pertengahan tahun 1980’an di Yogyakarta. Penampilan Arthur Kaunang sangat atraktif di panggung.

Rollies dengan maskotnya Gito Rollies, bergaya panggung mirip James Brown. Atau Giant Step, grup band lokal pertama yang lebih suka menyanyikan lagu-lagu karya sendiri ketika grup lain membawakan lagu grup rock luar.

Pada Giant Step pernah singgah musisi-musisi terbaik tanah air seperti Benny Soebardja, Triawan Munaf, dan Jelly Tobing.

Ketiga grup ini -AKA, Rollies, Giant Step- umurnya tidak sepanjang God Bless, walaupun dalam bermusik belum tentu kalah kemampuannya.

Kedua, konsistensi dan daya tahan. Jika menggelar tur, penonton Rolling Stones selalu berjubel. Pendapatan konser Rolling Stones selalu berada pada papan atas, setingkat dengan pendapatan konser U2, Cold Play, Taylor Swift maupun Rihanna. Padahal para musisinya masuk umur delapan puluh tahun.

Mengapa Rolling Stones tetap berada pada papan atas di mana pada 2023 ini genap berumur enam puluh tahun? Konsistensi dan daya tahan. Ini juga yang dimiliki oleh God Bless.

Konsisten bermain musik sampai kelak tenaga sudah tidak mendukung lagi. Daya tahan mempertahankan grup di tengah berbagai konflik, keluar-masuk anggota dan masing-masing anggota pernah bersolo karier.

Ketiga, meminjam tulisan Alex Palit, God Bless selalu mewartakan humanisme dalam setiap karya-karyanya (Humanisme God Bless and You, 2017).

Spirit, idealisme dan komitmen yang berpihak pada humanisme ini yang kemudian membawa karya-karya God Bless abadi.

Rumah Kita adalah lagi wajib yang dinyanyikan bersama para alumni sekolah maupun kampus dari seluruh pelosok negeri dan ditayangkan dalam berbagai kanal media sosial.

Huma Di Atas Bukit, lagu melankoli yang menunjukkan kebersamaan dan ketegaran dalam melakoni kehidupan berpasangan.

Setan Tertawa, bentuk perlawanan sekaligus protes sosial dalam kehidupan politik dan tetap relevan sampai hari ini.

Raksasa, metafora dari keserakahan penguasa yang menipu disana-sini, sebar fitnah dan singkirkan semua orang yang menghadang.

Lirik Raksasa dibuat tahun 1989, menjadi relevan setiap pemilu.

God Bless dengan tiga keutamaan tersebut yang mampu bertahan melewati generasi. Menjadi wajar apabila Tuhan memberkati God Bless.

https://www.kompas.com/hype/read/2023/07/04/083000666/tuhan-memberkati-god-bless-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke