Iklan tersebut berisi pesan agar masyarakat Indonesia menonton film sesuai kategori usianya.
Tujuannya tentu saja masih searah dengan kampanye LSF soal budaya sensor mandiri agar tidak ada anak-anak yang menyaksikan film yang bukan klasifikasi usianya.
Di era kepemimpinan Rommy Fibri Hardiyanto sebagai ketua, LSF menggunakan iklan animasi yang dibuat oleh Tahilalats.
"Jadi memang kami ini melakukan kajian dan diskusi kalau yang usianya 40 ke atas itu sudah ngerti LSF itu apa, tapi yang anak-anak milenial kan mereka enggak tahu apa itu LSF," kata Rommy saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (18/7/2022).
Setelah melakukan diskusi dan kajian, LSF akhirnya menentukan pasar yang ingin disasar saat ini adalah generasi milenial.
Demi mendapatkan atensi penonton muda, LSF pun menanggalkan iklan-iklan lama mereka.
"Kami berpikir kalau informasi tentang judul film, lulus sensor, klasifikasi usia, kalau hanya freeze saja kan kuno banget," ujar Rommy.
"Nah, maka terjadi diskusi kira-kira apa, akhirnya muncul harus bikin animasi, waktu itu pas mau bikin Tahilalats itu lagi benar-benar in banget. Jadilah bikin sama Tahilalats," lanjutnya.
Selain demi menyasar pasar yang lebih muda, LSF juga memiliki tujuan lain.
"Karena LSF ingin menyasar kaum muda dan ingin menunjukkan bahwa LSF ini sudah mengikuti perkembangan zaman, bukan old school lagi," ujar Rommy.
Sebelumnya, LSF sempat berkolaborasi dengan Pak Bhabin dan YouTuber lain dalam penggarapan iklannya.
Selain itu, sejumlah filmmaker juga sempat dilibatkan dalam iklan-iklan mereka.
https://www.kompas.com/hype/read/2022/07/18/160641566/alasan-lsf-bikin-iklan-animasi-bersama-tahilalats