Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Rano Karno soal Si Doel Anak Sekolahan sampai Urusan Rumah Tangganya

Namun tak disangka, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi X itu sempat tidak mendapatkan izin dari mendiang ayahnya, Soekarno M Noer untuk menjadi bintang film.

Dalam kanal YouTube marten and friends, Rano Karno juga sedikit bercerita tentang sinetron garapannya, Si Doel Anak Sekolahan.

Berikut rangkuman Kompas.com terkait perbincangan Rano Karno dengan keluarga Marten.

Sempat tak diizinkan ayahnya menjadi bintang film

Dengan dahi yang sedikit mengkerut, Rano Karno mengingat saat ia sempat tak diizinkan sang ayah berkecimpung di industri film.

Mantan Gubernur Banten itu menceritakan, waktu itu bersama dengan orangtuanya masih tinggal di wilayah Pasar Senen, Jakarta Pusat, pada tahun 1960-an.

Meski Pasar Senen terkenal dengan tempat lokalisasi prostitusi, Rano Karno menegaskan daerah tersebut merupakan pusat kesenian di Jakarta, dan ayahnya terlibat di dalamnya.

Dengan berbekal pengalaman, ayahnya tidak mengizinkan Rano Karno berkecimpung di dunia seni peran.

Sebab, kata Rano Karno, industri film Indonesia mati suri alias tidak ada produksi sama sekali pada 1960-an.

"Cuma dia enggak mau anaknya jadi bintang film. Karena apa? Tahun 60-an, film mati suri," ungkap Rano Karno dikutip dalam kanal YouTube marten and friends, Kamis (6/8/2020).

Rano Karno menambahkan, dunia seni peran yang paling aktif pada saat itu hanyalah teater.

"Dulu cuma ada teater, tapi juga teater latihannya tiap hari, mainnya setahun sekali, itulah disebut sebagai seniman Senen, honornya enggak jelas," ujar Rano Karno sambil tertawa.

Padahal, Rano Karno mengungkapkan kondisi perekonomian keluarganya pada saat itu kekurangan.

Ia menggambarkannya seperti memakan nasi satu piring bereng dengan empat saudaranya.

Oleh karenanya, sang ayah melarang Rano Karno berkecimpung di dunia seni.

Berkat Roy Marten

Rano Karno mengatakan film-film Indonesia kembali bermunculan di awal 1970-an, setelah 10 tahun mati suri.

Dengan kondisi dunia perfilman yang seperti itu, Rano Karno menyebut aktor Roy Marten sebagai orang yang berjasa bagi pemain film di era 1970-an.

Sebab, berkat Roy Marten, honor untuk para pemain film melonjak naik dari Rp 500.000 bisa sampai Rp 5 juta.

"Tapi sebetulnya, yang membuat harkat seni artis film Indonesia itu meningkat, Babe lu (Roy Marten). Gara-gara dia, kita kenal honor Rp 5 juta," kata Rano Karno.

"Dulu honor kita paling Rp 500.000, Rp 600.000, Rp 700.000, begitu Roy Marten Rp 5 juta," ungkap Rano Karno melanjutkan.

Penjelasan sinetron Si Doel Anak Sekolahan jadi film

Cerita lain, Rano Karno menjelaskan alasan memilih membuat kisah Si Doel Anak Sekolahan dalam versi film dibandingkan melanjutkan versi sinetronnya.

Rano Karno berujar, kendala yang pertama, waktu itu ia masih menjabat sebagai Gubernur Banten.

"Kelar dari dunia birokrat, pasti ke film lagi kan, mau bikin sinetron enggak sanggup dengan (pola) kerja sekarang, striping, setiap hari, waduh, umur sudah segini," ucap Rano Karno.

Pria kelahiran Oktober 1960 itu menambahkan, dengan kondisi Aminah Cendrakasih atau Mak Nyak saat ini lumpuh dan tak bisa melihat sangat tidak mungkin melanjutkan sinetron Si Doel Anak Sekolahan.

Oleh karena itu, Rano Karno berpikir dan merubah format sinetron menjadi sebuah film.

Menurut rencana Rano Karno, tahun depan pihaknya akan memulai kembali produksi trilogi film Si Doel.

"Tapi kalau drama enggak bisa panjang, jadi memang bikin trilogi. Nah, mudah-mudahan tahun depan saya akan lanjutin lagi Si Doel Anak Millennial, ada millennial. Gue jadi Bapaknya Doel," kata Rano Karno.

Soal rumah tangga

Walaupun kariernya terbilang sukses, baik industri film atau politikus, Rano Karno tak menampik sempat mengalami kegagalan dalam hidup.

Salah satunya adalah ketika rumah tangganya berujung pada perceraian.

Rano Karno pun menikah kembali, dan resmi mempersunting Dewi Indriati menjadi pendamping hidupnya.

Dari pernikahannya dengan Dewi Indriati, Rano Karno tak dikaruniai anak. Namun, ia tidak menyebutnya sebagai kegagalan, melainkan mendapatkan hikmah.

Dengan mengadopsi dua anak, Raka Widyarma dan Deanti Rakasiwi, Rano Karno bisa menjalani rumah tangganya dengan baik.

"Tapi jujur aja, aku tidak diberikan keturunan, itu apakah kegagalan? Tapi ternyata tidak. Dengan aku mengadopsi dua (anak), malah aku bisa merangkul semua anak. Itu hikmah di balik itu," kata Rano Karno.

Kendati demikian, Rano Karno tak menampik banyak orang yang menyebut hal tersebut adalah sebuah kegagalan.

"Tapi ada orang melihat itu adalah sebuah kegagalan, saya bilang itu bukan kegagalan," kata Rano Karno.

https://www.kompas.com/hype/read/2020/08/07/073412566/cerita-rano-karno-soal-si-doel-anak-sekolahan-sampai-urusan-rumah-tangganya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke