Ada yang merasa terhibur, ada pula yang bernostalgia.
“Yang pasti filmnya Bandung banget ya. Dari lokasi hingga bahasa yang digunakan,” ujar Andi Sopandi kepada Kompas.com di Bandung, Jawa Barat, Kamis (13/2/2020).
Andi mengatakan, dalam film kali ini, banyak kosa kata yang digunakan.
Pemilihan kata yang digunakan memang bahasanya anak SMA pada zaman 1990-an.
“Bahasa Sunda itu kan ada tingkatannya, untuk yang tua, sesama, dan muda. Film ini menggambarkan bahasa Sunda yang memang digunakan anak SMA pada umumnya,” tuturnya.
Film Milea: Suara dari Dilan pun mengingatkannya akan masa lalu, saat geng motor terbilang berjaya di Kota Bandung. Bahkan memiliki banyak anggota.
Hal serupa disampaikan Indri, warga Sukajadi ini mengatakan bahwa film ini cukup menghibur, meski banyak pengulangan dalam film.
“Karena ini cerita dari sisi Dilan, jadi banyak adegan yang diambil dari Dilan 1990 dan Dilan 1991. Tapi secara keseluruhan, cukup menghibur,” ucapnya.
Film Milea: Suara dari Dilan merupakan film ketiga dari Dilan 1990 dan Dilan 1991.
Berbeda dengan dua film sebelumnya yang menceritakan dari sisi Milea, kali ini Dilan yang bercerita dari sudut pandangnya.
Film ini mulai tayang pasa 13 Februari 2020.
Gala premiere-nya dibalut acara Milea Day dengan mengunjungi empat mal di Kota Bandung dan konvoi dari Gedung Sate ke Ciwalk.
Selama di Ciwalk pengunjung terlihat antusias. Mereka rela berdiri beberapa jam untuk bertemu sang idola.
https://www.kompas.com/hype/read/2020/02/14/082700466/milea--suara-dari-dilan-tayang-perdana-penonton-asyik-bernostalgia