Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ingin Bermasalah dengan Taliban, Jaringan TV Afghanistan Hapus Siaran Sinetron Turki

Kompas.com - 04/09/2021, 16:08 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Newsweek

KABUL, KOMPAS.com - Jaringan televisi swasta paling populer di Afghanistan membuat keputusan untuk menghapus sinetron Turki yang dinilai vulgar dari jadwal siarannya, dan menggantinya dengan program-program yang kemungkinan tidak akan mengecewakan Taliban.

Tolo News secara sukarela menghapus acara musik dan sinetron setelah Taliban mengeluarkan arahan bahwa media Afghanistan tidak boleh bertentangan dengan hukum Islam atau merugikan kepentingan nasional.

Baca juga: Biden Ingin AS Berhenti Jadi Polisi Dunia setelah Keluar dari Afghanistan

Sebagai gantinya, drama tersebut digantikan dengan serial TV Turki di era Ottoman yang menampilkan aktris berpakaian lebih sederhana.

Saad Mohseni, CEO dan ketua Moby Group, yang memiliki Tolo, mengatakan jaringan tersebut membuat keputusan sendiri untuk mengganti acara itu karena "kami tidak berpikir mereka (sinetron turki) akan dapat diterima oleh rezim baru."

Taliban mengizinkan jurnalis masuk ke Afghanistan dari Pakistan, dan mereka mengizinkan media Afghanistan untuk terus beroperasi.

Tetapi media juga berada di bawah pedoman samar yang sama. Media lokal dapat membuat keputusan sensor diri yang serupa dengan Tolo untuk menghindari dampak.

Saat dunia mengamati dengan saksama bagaimana Taliban akan memerintah, perlakuan mereka terhadap media Afghanistan akan menjadi indikator kunci, bersama dengan kebijakan mereka terhadap perempuan.

Ketika mereka memerintah Afghanistan antara 1996-2001, Taliban memaksakan interpretasinya atas hukum Islam yang keras, melarang anak perempuan dan perempuan dari sekolah dan kehidupan publik, dan secara brutal menekan perbedaan pendapat.

Baca juga: Taliban Segera Umumkan Pemerintahan Baru Afghanistan, Tanpa Perempuan

Setelah kejatuhan Taliban, Afghanistan menyaksikan perkembangan pesat outlet media, dan wanita membuat beberapa kemajuan dalam pembatasan masyarakat yang sangat konservatif.

Sebagai tanda pertama bahwa Taliban sedang mencoba melunakkan reputasi ekstremis mereka, salah satu pejabatnya tiba-tiba masuk ke studio Tolo News hanya dua hari setelah menguasai Kabul pada pertengahan Agustus.

Dia duduk untuk wawancara dengan pembawa acara wanita, Behishta Arghand.

Pembawa acara berusia 22 tahun itu mengatakan kepada AP bahwa dia gugup ketika dia melihat anggota Taliban itu memasuki studio. Tetapi perilakunya dan bagaimana dia menjawab pertanyaan membantu membuatnya sedikit tenang.

"Saya hanya berkata pada diri sendiri ‘ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan kepada seluruh dunia, perempuan Afghanistan tidak ingin mundur. Mereka ingin...maju’," katanya melansir Newsweek pada Jumat (3/9/2021).

Arghand melarikan diri dari negara itu setelah wawancara tersebut, karena tidak mau mengambil risiko atas janji-janji keterbukaan yang lebih besar dari Taliban. Dia sementara mengungsi di sebuah kompleks di Qatar.

Baca juga: Penyiar TV Pertama yang Mewawancarai Taliban Akhirnya Kabur

Dia termasuk di antara ratusan jurnalis, banyak yang dipandang sebagai yang terbaik di bidangnya, yang meninggalkan negara itu setelah pengambilalihan Taliban. Mereka menjadi bagian dari eksodus lebih dari 100.000 pengungsi Afghanistan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kebakaran di Turkiye, 5 Orang Tewas dan 54 Lainnya Terluka

Kebakaran di Turkiye, 5 Orang Tewas dan 54 Lainnya Terluka

Global
Ujian Masuk Kampus Kedokteran India Diduga Ada Penipuan dan Korupsi

Ujian Masuk Kampus Kedokteran India Diduga Ada Penipuan dan Korupsi

Global
Sistem Air di Gaza Rusak, Anak-anak Kini Diserang Penyakit

Sistem Air di Gaza Rusak, Anak-anak Kini Diserang Penyakit

Global
Rangkuman Hari Ke-848 Serangan Rusia ke Ukraina: Korsel Kaji Larangan Pasok Senjata ke Ukraina | Putin Wacanakan Kirim Senjata ke Korea Utara 

Rangkuman Hari Ke-848 Serangan Rusia ke Ukraina: Korsel Kaji Larangan Pasok Senjata ke Ukraina | Putin Wacanakan Kirim Senjata ke Korea Utara 

Global
Rusia Lumpuhkan 114 Drone Ukraina, 1 Orang Tewas

Rusia Lumpuhkan 114 Drone Ukraina, 1 Orang Tewas

Global
Kunjungi Vietnam, Putin Ingin Bangun Arsitektur Keamanan untuk Asia

Kunjungi Vietnam, Putin Ingin Bangun Arsitektur Keamanan untuk Asia

Global
Mengapa Kelompok Hezbollah Mengancam Siprus?

Mengapa Kelompok Hezbollah Mengancam Siprus?

Internasional
Tanggapan AS Usai Putin Buka Peluang Kirim Senjata ke Korea Utara

Tanggapan AS Usai Putin Buka Peluang Kirim Senjata ke Korea Utara

Global
Korea Selatan Lepaskan Tembakan Peringatan Usai Ada Pelanggaran Perbatasan

Korea Selatan Lepaskan Tembakan Peringatan Usai Ada Pelanggaran Perbatasan

Global
Putin Buka Peluang Pasok Senjata ke Korea Utara, Apa Tujuannya?

Putin Buka Peluang Pasok Senjata ke Korea Utara, Apa Tujuannya?

Global
Ketegangan Israel-Hezbollah Picu Kekhawatiran Meluasnya Perang Gaza...

Ketegangan Israel-Hezbollah Picu Kekhawatiran Meluasnya Perang Gaza...

Global
Sulitnya Warga Palestina Mencari Anggota Keluarga yang Hilang di Gaza

Sulitnya Warga Palestina Mencari Anggota Keluarga yang Hilang di Gaza

Internasional
Israel Gempur Kamp-kamp Pengungsi di Gaza Tengah dan Perdalam Invasi ke Rafah

Israel Gempur Kamp-kamp Pengungsi di Gaza Tengah dan Perdalam Invasi ke Rafah

Global
PM Netanyahu Sebut Israel Butuh Senjata AS demi Pertahankan Eksistensi

PM Netanyahu Sebut Israel Butuh Senjata AS demi Pertahankan Eksistensi

Global
Ketegangan Baru Pemerintahan Biden dan PM Israel Netanyahu...

Ketegangan Baru Pemerintahan Biden dan PM Israel Netanyahu...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com