WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Joe Biden memimpin peringatan pada Selasa (1/6/2021) untuk korban pembantaian ras kulit hitam di Tulsa, Oklahoma pada 1921 atau dikenal sebagai peristiwa Black Wall Street.
Orang nomor satu AS itu menandai 100 tahun pembantaian Tulsa telah terjadi dengan menemui sejumlah penyintas di kota itu.
Gedung Putih mengumumkan bantuan baru meliputi hibah miliaran dolar untuk mengatasi kesenjangan rasial dalam kekayaan, kepemilikan rumah, dan kepemilikan usaha kecil.
Baca juga: KISAH MISTERI: Periode Gelap Pembantaian Rasial Tulsa di Amerika Serikat
"Ini bukan kerusuhan, ini pembantaian," kata Biden yang disambut tepuk tangan meriah, seperti yang dilansir dari AFP pada Rabu (2/6/2021).
"(Itu) di antara yang terburuk dalam sejarah kita, tapi bukan satu-satunya dan, terlalu lama dilupakan oleh sejarah kita," lanjutnya.
"Begitu terjadi, ada upaya yang jelas untuk menghapusnya dari ingatan kita bersama...untuk waktu yang lama sekolah di Tulsa bahkan tidak mengajarkan sejarahnya, apalagi sekolah di tempat lain," ungkap pria 77 tahun itu.
Pada 31 Mei 1921, sekelompok pria kulit hitam pergi ke gedung pengadilan Tulsa untuk membela seorang pria muda Afrika-Amerika yang dituduh menyerang seorang wanita kulit putih.
Baca juga: Kisah Amin Daud Korban Pembantaian Westerling: Tahanan Diikat, Diberondong Tembakan
Namun, mereka justru diserang ratusan orang kulit putih yang marah.
Ketegangan meningkat dan aksi tembak-menembak terjadi, dan orang Afrika-Amerika mundur ke lingkungan mereka, Greenwood.
Keesokan harinya, saat fajar, orang kulit putih menjarah dan membakar lingkungan itu, yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Black Wall Street.
Pada 2001, sebuah komisi yang dibentuk untuk mempelajari tragedi tersebut menyimpulkan bahwa pihak berwenang Tulsa sendiri telah mempersenjatai beberapa perusuh kulit putih.
Wali kota Tulsa secara resmi meminta maaf pada pekan ini atas kegagalan pemerintah kota untuk melindungi masyarakat.
Sejarawan mengatakan bahwa dalam peristiwa pembantaian Tulsa ada sebanyak 300 penduduk Afrika-Amerika kehilangan nyawa mereka, dan hampir 10.000 orang kehilangan tempat tinggal.
"Saya datang ke sini untuk membantu karena dalam keheningan, luka semakin dalam," kata Biden.
"Meskipun menyakitkan, hanya dengan mengingat luka akan sembuh. Kita hanya harus memilih untuk mengingat (dan) mengenang apa yang terjadi di sini di Tulsa, jadi itu tidak bisa dihapus... Kita tidak bisa menutupi rasa sakit dan trauma selamanya," ujarnya.