Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

100 Hari Menandai Perang Israel-Hamas, Simak 7 Rangkuman Ini

YERUSALEM, KOMPAS.com - Perang di Jalur Gaza antara Israel dengan kelompok Hamas menjadi perang terpanjang dan paling mematikan sejak berdirinya Israel pada 1948.

Bahkan, perang Israel-Hamas ini akan memasuki hari ke-100 tepatnya pada Minggu (14/1/2024) besok.

Diketahui, perang ini dipicu adanya serangan yang dilakukan Hamas pada warga di Israel pada 7 Oktober 2023 yang lalu.

Serangan Hamas itu menewaskan sebanyak 1.200 orang yang sebagian besar warga sipil dan menyandera 250 lainnya.

Israel merespons dengan serangan udara intensif selama berminggu-minggu di Jalur Gaza sebelum memperluas operasi tersebut menjadi serangan darat.

Sebagaimana diberitakan ABC News pada Sabtu (13/1/2024), tujuan serangan Israel adalah untuk menghancurkan Hamas dan memenangkan pembebasan lebih dari 100 sandera yang masih ditahan oleh kelompok tersebut.

Serangan di Jalur Gaza telah menimbulkan kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun lebih dari tiga bulan kemudian, sebagian besar kelompok Hamas masih ada dan para sandera masih disandera.

Militer Israel mengatakan bahwa perang masih akan terus berlanjut sepanjang tahun 2024.

Berikut ini tujuh hal yang menandai 100 hari pertama konflik atau perang Israel-Hamas:

1. Serangan 7 Oktober membutakan Israel

Meskipun masyarakat mendukung upaya perang yang dilakukan militer, mereka masih mengalami trauma yang mendalam.

Negara ini masih mengenang peristiwa 7 Oktober ketika banyak keluarga dibunuh di rumah mereka, pengunjung pesta ditembak mati di festival musik, dan anak-anak serta orang lanjut usia diculik dengan sepeda motor.

Saluran berita Israel mengabdikan siarannya untuk meliput perang sepanjang waktu. Mereka menyiarkan kisah-kisah tanpa henti tentang tragedi dan kepahlawanan pada 7 Oktober.

Meski peringkat dukungan publiknya turun tajam, Netanyahu menolak seruan untuk meminta maaf, mundur, atau menyelidiki kegagalan pemerintahannya.

Netanyahu, yang telah memimpin negara itu selama hampir 15 tahun terakhir, mengatakan akan ada waktu untuk melakukan penyelidikan setelah perang.

Sejarawan Tom Segev mengatakan perang akan mengguncang negara ini selama bertahun-tahun, dan mungkin beberapa generasi mendatang.

"Orang Israel ingin perang mereka berjalan dengan baik. Tapi perang ini tidak berjalan dengan baik," katanya.

2. Pemboman Israel paling mamatikan di era modern

Para ahli mengatakan pemboman Israel adalah salah satu yang paling mematikan dalam sejarah modern.

Otoritas kesehatan Gaza mengatakan jumlah korban jiwa lebih dari 23.000 orang, sekitar 1 persen dari populasi wilayah Palestina.

Ribuan lainnya masih hilang atau terluka parah. Lebih dari 80 persen populasi telah mengungsi, dan puluhan ribu orang kini berdesakan di tenda-tenda yang luas di wilayah kecil di Gaza selatan yang juga menjadi sasaran serangan Israel.

Jamon Van Den Hoek, pakar pemetaan di Oregon State University, dan rekannya Corey Scher dari Graduate Center City University of New York, memperkirakan bahwa sekitar setengah bangunan di Gaza kemungkinan besar rusak atau hancur, berdasarkan analisis satelit.

"Skala kemungkinan kerusakan atau kehancuran di Gaza sungguh luar biasa," tulis Van Den Hoek di LinkedIn.

3. Seperempat penduduk Gaza kelaparan

PBB memperkirakan sekitar seperempat penduduk Gaza menderita kelaparan. Menurut PBB, hanya 15 dari 36 rumah sakit di Gaza yang beroperasi sebagian, sehingga sistem medis hampir hancur.

Selain itu, anak-anak telah melewatkan sekolah selama berbulan-bulan dan tidak memiliki prospek untuk kembali bersekolah.

"Gaza menjadi tidak bisa dihuni," tulis Martin Griffiths, kepala kemanusiaan PBB.

4. Ancam konflik semakin meluas

Perang ini telah terjadi di seluruh Timur Tengah, dan mengancam akan meningkat menjadi konflik yang lebih luas yang mempertemukan aliansi pimpinan AS melawan kelompok militan yang didukung Iran.

Hampir segera setelah serangan Hamas, kelompok Hezbollah yang didukung Iran di Lebanon mulai menyerang Israel, memicu serangan balasan Israel.

Pada saat yang sama, kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman telah melakukan serangkaian serangan terhadap kapal kargo sipil di Laut Merah. Sementara itu, milisi yang didukung Iran telah menyerang pasukan AS di Irak dan Suriah.

Amerika Serikat telah mengirimkan kapal perang ke Mediterania dan Laut Merah untuk membendung kekerasan.

Kamis malam, militer AS dan Inggris mengebom banyak sasaran Houthi di Yaman. Kelompok Houthi berjanji akan membalas, sehingga meningkatkan kemungkinan konflik yang lebih luas.

5. Netanyahu menolak inisiatif perdamaian

PN Netanyahu telah menolak berbagai inisiatif perdamaian, menganggap Otoritas Palestina yang diakui secara internasional lemah atau tidak relevan, dan mendukung kebijakan yang membuat rakyat Palestina terpecah antara pemerintah yang bersaing di Gaza dan Tepi Barat.

Sebaliknya, ia mencoba menormalisasi hubungan dengan negara-negara Arab lainnya dengan harapan dapat mengisolasi warga Palestina dan menekan mereka untuk menerima perjanjian yang tidak memenuhi impian kemerdekaan mereka.

6. Kasus genosida terhadap Israel di Mahkamah Internasional

Serangan Hamas, dan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat menempatkan perang Israel-Hamas kembali menjadi pusat perhatian.

Perang tersebut kini menduduki puncak siaran berita di seluruh dunia, telah mendorong Menlu AS Antony Blinken melakukan empat kunjungan ke wilayah tersebut.

Bahkan karena serangan Israel terhadap rakyat Palestina mengakibatkan kasus genosida terhadap Israel di Mahkamah Internasional.

7. Israel keberatan solusi jadi dua negara

Saudi telah menghidupkan kembali kemungkinan menjalin hubungan dengan Israel, tetapi hanya jika hal ini mencakup pembentukan negara Palestina yang merdeka.

AS dan komunitas internasional menginginkan revitalisasi Otoritas Palestina untuk memerintah Gaza, dan mengambil langkah menuju solusi dua negara. Tetapi Israel keberatan.

Israel ingin mempertahankan kehadiran militer jangka panjang di Gaza. Namun AS tidak ingin Israel menduduki kembali wilayah tersebut.

Meski demikian, rekonstruksi akan memakan waktu bertahun-tahun. Tidak jelas siapa yang akan membayarnya. Dan dengan banyaknya rumah yang hancur, di mana orang akan tinggal selama proses yang panjang ini?

"Kehidupan kami 100 hari yang lalu sungguh luar biasa. Kami punya mobil dan rumah," kata Halima Abu Daqa, seorang wanita Palestina yang mengungsi dari rumahnya di Gaza selatan dan sekarang tinggal di tenda pengungsian.

Ia juga mengatakan bahwa saat ini telah kehilangan segalanya karena semua sudah tidak ada yang tersisa.

https://www.kompas.com/global/read/2024/01/13/214700570/100-hari-menandai-perang-israel-hamas-simak-7-rangkuman-ini

Terkini Lainnya

Biden dan Trump Sepakati Aturan Debat Pertama Pilpres AS 2024, Termasuk Tak Boleh Bawa Catatan

Biden dan Trump Sepakati Aturan Debat Pertama Pilpres AS 2024, Termasuk Tak Boleh Bawa Catatan

Global
1,5 Juta Jemaah Haji Serbu Padang Arafah untuk Wukuf di Tengah Cuaca Ekstrem

1,5 Juta Jemaah Haji Serbu Padang Arafah untuk Wukuf di Tengah Cuaca Ekstrem

Global
Jet Tempur Swedia Cegat Pesawat Militer Rusia yang Langgar Wilayah Udara

Jet Tempur Swedia Cegat Pesawat Militer Rusia yang Langgar Wilayah Udara

Global
Kamal Ismail, Arsitek yang Tolak Dibayar Usai Perluas Masjidil Haram dan Masjid Nabawi

Kamal Ismail, Arsitek yang Tolak Dibayar Usai Perluas Masjidil Haram dan Masjid Nabawi

Global
Penampilan Publik Perdana Kate Middleton sejak Didiagnosis Kanker

Penampilan Publik Perdana Kate Middleton sejak Didiagnosis Kanker

Global
Pejabat Hamas: Tak Ada yang Tahu Berapa Banyak Sandera Israel yang Masih Hidup

Pejabat Hamas: Tak Ada yang Tahu Berapa Banyak Sandera Israel yang Masih Hidup

Internasional
Tzav 9, Kelompok Warga Israel yang Rutin Blokir, Jarah, dan Bakar Bantuan untuk Gaza

Tzav 9, Kelompok Warga Israel yang Rutin Blokir, Jarah, dan Bakar Bantuan untuk Gaza

Global
Ukraina Serang Perbatasan, 5 Warga Rusia Tewas

Ukraina Serang Perbatasan, 5 Warga Rusia Tewas

Global
Korut Bangun Jalan dan Tembok di Zona Demiliterisasi

Korut Bangun Jalan dan Tembok di Zona Demiliterisasi

Global
Di Gaza Utara Bawang Sekilo Rp 1,1 Juta, Warga Pilih Makan Roti

Di Gaza Utara Bawang Sekilo Rp 1,1 Juta, Warga Pilih Makan Roti

Global
WHO: Pasien Flu Burung di Meksiko Meninggal karena Kondisi Lain

WHO: Pasien Flu Burung di Meksiko Meninggal karena Kondisi Lain

Global
Tak Terima Diremehkan, Wanita Ini Resign Lalu Kuliah Lagi, Kini Kembali Bekerja dengan Gaji 2 Kali Lipat

Tak Terima Diremehkan, Wanita Ini Resign Lalu Kuliah Lagi, Kini Kembali Bekerja dengan Gaji 2 Kali Lipat

Global
Rangkuman Hari Ke-842 Serangan Rusia ke Ukraina: Kiriman Paket Bantuan Militer Jerman | Ultimatum Putin Dibalas Zelensky

Rangkuman Hari Ke-842 Serangan Rusia ke Ukraina: Kiriman Paket Bantuan Militer Jerman | Ultimatum Putin Dibalas Zelensky

Global
1,5 Juta Lebih Jemaah Menuju Arafah untuk Prosesi Wukuf

1,5 Juta Lebih Jemaah Menuju Arafah untuk Prosesi Wukuf

Global
Militer AS Hancurkan Radar dan Drone Kapal Houthi

Militer AS Hancurkan Radar dan Drone Kapal Houthi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke