Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Afrika Selatan dalam Tekanan Ekstrem Varian Delta Saat Program Vaksin Covid-19 Berjalan Lambat

CAPE TOWN, KOMPAS.com - Afrika Selatan saat ini berada dalam gelombang ketiga Covid-19 didorong oleh penyebaran cepat varian Delta, yang pertama kali terdeteksi di India dan menyebabkan kehancuran sistem kesehatan.

Afrika Selatan sejauh ini telah menyumbang hampir 40 persen atau 60.038 dari semua kematian Covid-19 di benua hitam, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Selasa (29/6/2021).

Sebuah klinik pribadi di Johannesburg barat, yang hanya memiliki 10 tempat tidur biasanya digunakan untuk mengobati penyakit ginjal, kini harus menangani pasien Covid-19.

Bayanda Gumende, pemilik klinik tersebut mengatakan bahwa rumah sakit kota telah penuh, banyak pasien menunggu lama di bangsal berhari-hari, sehingga kliniknya mendadak menjadi tempat pengobatan pasien Covid-19.

Kepala teknolog nefrologi berusia 27 tahun itu mengatakan dia dibanjiri telepon dari pasien Covid-19 yang sangat membutuhkan oksigen dan yang tidak dapat menemukannya di tempat lain. Dengan persediaan yang terbatas, ia berusaha untuk memprioritaskan pasien Covid-19.

"Itu telah menarik perhatian saya. Itu sangat emosional saat melihat orang-orang menghembuskan napas terakhir mereka (pasien Covid-19). Beberapa orang terengah-engah. Sebenarnya tidak banyak yang dapat Anda lakaukan. Anda tidak dapat menyelamatkan semua orang," ujar Gumende.

Profesor Salim Abdool Karim, seorang ahli epidemiologi terkemuka dunia dan mantan ketua bersama Komite Penasihat Menteri Afrika Selatan untuk Covid-19, percaya bahwa mutasi yang terkait dengan furin yang membuat varian Delta sangat berbahaya.

“Itu memungkinkan virus memasuki sel dengan lebih mudah, dan karenanya menyebar lebih cepat,” kata Karim.

"Varian ini sekitar 2 kali lebih menular dari pada varian lain yang menjadi perhatian," terangnya tentang varian Delta.

Pada Minggu (27/6/2021), Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengumumkan serangkaian pembatasan baru, termasuk pelarangan semua kegiatan penjualan dan acara minum alkohol bersama, serta perluasan jam malam, dari jam 9 malam hingga jam 4 pagi.

Menurut Gumende, seharusnya gelombang ketiga Covid-19 dapat dihindari dengan pengetatan aturan pencegahan lebih awal oleh pihak berwenang.

“Mereka tahu bahwa varian Delta menyebar ke seluruh India. Mereka seharusnya melarang penerbangan dari India ke Afrika Selatan,” ujarnya.

“Menunggu sampai virus menyebar tak terkendali telah memaksa kami untuk melakukan lockdown yang jauh lebih keras dari pada yang diperlukan,” katanya.

Selama konferensi pers pekan lalu, Perdana Menteri provinsi David Makhura mengatakan, “Kami sedang berjuang. Kami berada di bawah tekanan ekstrem. Pandemi ada di mana-mana.”

Situasi di Johannesburg telah diperparah setelah Rumah Sakit Akademik Charlotte Maxeke Johannesburg dengan 1.000 tempat tidur terpaksa ditutup, setelah kebakaran pada April.

Banyak orang yang percaya bahwa pihak berwenang turut bersalah dalam tragedi kebakaran itu.

“Di mana kesiapan sistem yang ada terkait ICU, oksigen, diagnostik dan pengobatan?” tweet Tlaleng Mofokeng, pelapor khusus PBB tentang hak atas kesehatan.

Beberapa fasilitas kesehatan besar di Johannesburg, seperti rumah sakit lapangan Nasrec dan Rumah Sakit AngloGold Ashanti, kosong.

“Ada banyak dokter dan perawat yang menganggur. Ini terlihat konyol bagi saya, bahwa pemerintah tidak bersiap sama sekali,” ucap Gumende.

Vaksin Covid-19

Menurut Karim, jalan keluar dari krisis Covid-19 sudah jelas bagi Afrika Selatan yang saat ini terdampak parah.

“Kenyataannya adalah bahwa vaksinasi adalah bagian yang sangat penting dalam upaya mengendalikan virus. Kami harus menggabungkan vaksinasi dengan beberapa tindakan pencegahan kesehatan di masyarakat kami,” ungkapnya.

Program vaksinasi Covid-19 pemerintahan Afrika Selatan terbilang lambat, meski Ramaphosa telah menjadi salah satu suara global terkemuka yang menyerukan pentingnya kesetaraan vaksin Covid-19 dan pengabaian paten produksi.

Afrika Selatan baru memberikan 2,9 juta dosis vaksin Covid-19 sejauh ini, meskipun telah menerima total 7,4 juta dosis vaksin. Kurang dari 5 persen populasi yang telah menerima dosis pertama.

Kritikus pemerintah, termasuk partai-partai oposisi, mengatakan peluncuran vaksin Covid-19 itu lambat karena perencanaan yang buruk oleh pemerintah.

Namun dalam pidato pada hari Minggu, Presiden Afrika Selatan itu mengaitkan lambatnya program vaksin karena masih banyaknya masyarakat yang ragu suntik vaksin.

“Masih banyak beredar informasi yang salah tentang vaksin Covid-19. Berita bohong tersebar di grup WhatsApp, di media sosial, dan dari mulut ke mulut tentang vaksin Covid-19, yang mengklaim bahwa vaksin itu tidak aman, dapat membuat Anda sakit, atau (vaksin) tidak berfungsi,” kata Ramaphosa.

https://www.kompas.com/global/read/2021/06/30/100833570/afrika-selatan-dalam-tekanan-ekstrem-varian-delta-saat-program-vaksin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke