Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ledakan Besar di Beirut Lebanon, Ini Fakta-fakta yang Terkumpul

Pemerintah setempat menyatakan, amonium nitrat berjumlah 2.750 ton menjadi penyebab insiden yang menewaskan setidaknya 135 orang dan melukai 5.000 lainnya.

Dilansir AFP Rabu (5/8/2020), berikut merupakan sejumlah fakta yang terhimpun berkenaan ledakan di Beirut, Lebanon.

Apa yang terjadi?

Ledakan pertama terjadi di pelabuhan sekitar pukul 18.00 waktu setempat, di mana awalnya terjadi percikan kecil sebelum hantaman kolosal terjadi.

Seismolog memerkirakan, insiden yang merontokkan bangunan di sekitar lokasi kejadian mempunyai kekuatan setara 3,3 magnitudo gempa bumi.

Dalam berbagai video amatir yang beredar, nampak awalnya asap membubung di pelabuhan dengan beberapa percikan api bermunculan.

Tak lama kemudian, ledakan besar terjadi. Menciptakan jamur raksasa dengan gelombang kejutnya mengempaskan warga di sekitar lokasi.

Mengapa ledakan besar terjadi?

Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab menerangkan, 2.750 amonium nitrat meledak yang disimpan di gudang, menciptakan "bencana di berbagai artian".

Bahan kimia seperti garam kristal tak berbau itu disebut menjadi "aktor" dari sejumlah kecelakaan industri selama beberapa dekade terakhir.

Jika dikombinasikan dengan bahan bakar seperti minyak, amonium nitrat bisa menjadi peledak yang banyak dipakai di industri konstruksi.

Namun, bahan tersebut juga menjadi bom rakitan, seperti yang dipakai dalam pengeboman Oklahoma City pada 19 April 1995, menyebabkan 168 orang tewas.

Dua pelaku, Timothy McVeigh dan Terry Nichols, menggunakan dua ton amonium nitrat dan dimasukkan ke dalam truk untuk diarahkan ke Gedung Federal Alfred P Murrah.

Sejak insiden itu, AS memperketat aturan kepemilikan, dengan gudang yang menyimpan hingga 2.000 pound akan masuk dalam target inspeksi.

Sementara di Uni Eropa, sejumlah negara anggota menerapkan ketentuan bahan itu harus dicampur dengan kalsium karbonat agar aman.

Mengapa bahan itu disimpan dalam gudang?

Sumber dari pihak keamanan mengungkapkan, amonium nitrat dalam jumlah sangat besar itu masuk ke Lebanon melalui kapal berbendera Moldova pada 2013.

Menurut keterangan firma hukum Baroudi & Associates, kapal bernama Rhosus tersebut terpaksa melempar sauh karena masalah teknis.

Kapal itu awalnya hanya sebentar berlabuh di pelabuhan. Namun otoritas setempat melakukan penyitaan setelah sebuah perusahaan Lebanon mengajukan gugatan hukum.

Pihak pelabuhan kemudian membongkar muatan berisi amonium nitrat, dan menempatkannya di gudang kumuh yang dindingnya retak.

Pada tahun lalu, pihak keamanan sempat menggelar investigasi setelah ada laporan bahwa di gudang tersebut tercium bau yang mencurigakan.

Dari hasil penyelidikan, didapatkan keputusan bahwa bahan kimia itu "berbahaya" dan harus dipindahkan. Namun, tak ada tindakan yang dilakukan.

Pekan ini, para pekerja melakukan perbaikan di gudang sehingga memunculkan spekulasi itulah penyebab ledakan dahsyat yang menggetarkan Beirut.

Siapa yang harus disalahkan?

Pihak pelabuhan dan bea cukai Lebanon sebenarnya tahu mengenai muatan tersebut. Mereka pun mengajukan peringatan. Tapi tak ada aksi yang terjadi.

PM Diab mengatakan bahwa kabar itu, berujung kepada tragedi memilukan tersebut, "tak bisa diterima" seraya menjanjikan investigasi.

Kemudian pada Rabu, pemerintah berniat memasukkan para pejabat yang bertanggung jawab dalam penanganan amonium nitrat sebagai tahanan rumah.

Situasi semakin membingungkan setelah Presiden AS Donald Trump sempat menyatakan, insiden itu adalah serangan setelah mengutip perkataan "jenderal".

Ketika dikonfirmasi, Pentagon menegaskan mereka tak mempunyai informasi apa pun dan meminta awak media mengklarifikasinya ke Gedung Putih.

Apa yang bakal terjadi kemudian?

Sebagai tanggapan awal, Dewan Keamanan Tertinggi Lebanon langsung mengumumkan ibu kota Beirut sebagai zona bencana, sekaligus status darurat selama dua pekan.

Presiden Michel Aoun kemudian menuturkan akan melepas dana sekitar 66 juta dollar AS (Rp 958 miliar) sebagai dana darurat.

Insiden tersebut terjadi di tengah krisis ekonomi yang melanda negara Teluk itu, dengan sektor kesehatan juga kewalahan di tengah virus corona.

Sejumlah negara seperti Perancis, Rusia, Iran, bahkan musuh besar mereka, Israel, menawarkan bantuan untuk memulihkan keadaan.

Rumah sakit mobil dari Qatar tim penyelamat dari Yunani, dan berbagai kebutuhan medis yang diberikan Kuwait mulai berdatangan.

https://www.kompas.com/global/read/2020/08/06/092743870/ledakan-besar-di-beirut-lebanon-ini-fakta-fakta-yang-terkumpul

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke