Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Duka Warga Kota Guayaquil di Ekuador Mencari Jenazah Keluarga Mereka

Ketika Castillo pergi ke rumah duka untuk mengambil jenazah sang ayah, dia malah mendapatkan jasad yang salah di kota terbesar di Ekuador itu.

Hingga dua pekan berlalu, Castillo mengungkapkan, dia masih belum bisa mendapatkan kembali jasad sang ayah untuk dikebumikan secara layak.

Guayaquil, selain kota terbesar Ekuador, adalah ibu kota Provinsi Guayas, dan mencatatkan sekitar 70 persen dari total kasus virus corona yang mencapai 9.000.

Dilansir Al Jazeera, Minggu (19/4/2020), Castillo yang bekerja sebagai pekerja di pabrik plastik memutuskan untuk mengembalikan jenazah yang salah.

Kepada AFP, pria 31 tahun itu mengatakan, dia tidak menyalahkan rumah sakit atau rumah duka. Sebab, dia sudah melihat banyak mayat di pintu masuk.

"Saya hanya ingin mendapatkan ayah saya kembali. Jadi saya bisa memakamkannya secara Kristen, menaruh sebuket bunga di atasnya," kata dia.

Manuel, ayah Castillo, yang berusia 76 tahun adalah pasien dialisis. Dia meninggal pada 31 Maret karena mengalami penyumbatan kateter.

Dua hari setelah wafat, Castillo awalnya pergi ke Rumah Sakit Los Ceibos untuk menjemput jenazah ayahnya. Tetapi, dia dihadapkan pada setumpuk mayat.

Dia sampai harus membayar staf rumah sakit 150 dollar AS, sekitar Rp 2,3 juta, untuk bisa mendapatkan Manuel dari 170 jasad yang ditumpuk.

Ketika dia mendapatkan jasad yang salah, Castillo diminta oleh rumah sakit untuk mencari kembali di antara tumpukan mayat, termasuk yang menjadi korban Covid-19.

"Jika tak ada wabah ini, saya tentu akan mencarinya," ujar Castillo. Dia menolak karena takut terpapar penyakit tersebut.

"Tidak cukup tes"

Kekacauan di rumah sakit dan rumah duka, ditambah lockdown dari Pemerintah Ekuador, berarti banyak jenazah dibiarkan berhari-hari sebelum dievakuasi.

Quito, yang dalam beberapa hari terakhir mengumpulkan 1.400 jasad dari rumah maupun rumah sakit Guayaquil, memberi tahu pihak keluarga melalui situs mereka.

Pada April, hampir 6.700 orang meninggal, berdasarkan data dari otoritas. Namun, hampir sebagian besar korban tidak dites Covid-19.

Adapun menurut data dari Universitas Johns Hopkins, korban meninggal karena virus bernama resmi SARS-Cov-2 mencapai 425 orang.

Jurnalis Al Jazeera, Teresa Bo, melaporkan dari Buenos Aires bahwa pakar menyebutkan data di Amerika Latin tak realistis.

Sebabnya, pemerintah lokal dianggap belum cukup menggelar tes, dan menjadi tantangan utama bagi otoritas di kawasan tersebut.

"Lebih banyak data tentu akan memberikan gambaran bagi negara Amerika Latin mengenai apa yang sedang terjadi di negaranya," ulas Bo.

Di Guayaquil, dua pemakaman setempat diperlebar agar bisa menampung mereka yang meninggal. Castillo menuturkan, dia tak menemukan ayahnya di situs itu.

Padahal, dia sudah menjabarkan ciri-ciri ayahnya. Dia tak sendiri, ada banyak orang yang mengalami hal serupa dan menyalahkan Pemerintah Ekuador.

Pengacara Hector Vanegas mengatakan, keluarga kerabat yang meninggal berhak untuk mengetahui di mana jasad orang yang mereka kasihi berada.

"Para keluarga itu terus mengungkapkan bahwa mereka menerima jenazah dengan identitas yang salah, atau ada jasad pria, padahal seharusnya wanita," tuturnya.

Vanegas yang mewakili keluarga di Guayaquil menjelaskan, dia bersiap melayangkan gugatan pemerintah karena dianggap menimbulkan kebingungan.

Moises Valle, staf farmasi berusia 37 tahun, berujar, dia kehilangan ayahnya karena serangan jantung di Rumah Sakit Teodoro Maldonado Carbo.

Ketika Valle bermaksud mengurus perizinan untuk mengklaim jenazah ayahnya, dia mengetahui jasad sang ayah dibawa ke fasilitas lain.

Dia mengantongi izin untuk menjemput jenazah ayahnya di kota tetangga Duran. Dia bersiap untuk memakamkannya tanpa menggelar upacara.

https://www.kompas.com/global/read/2020/04/20/142815170/duka-warga-kota-guayaquil-di-ekuador-mencari-jenazah-keluarga-mereka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke