Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Orangtua Harus Tahu, Remaja Rentan Alami 3 Jenis Gangguan Makan Ini

KOMPAS.com - Umumnya, jati diri individu mulai berkembang saat fase remaja, tidak terkecuali dengan gambaran fisik yang dianggap ideal oleh masyarakat. Apalagi, masifnya perkembangan teknologi dan media membuat sumber informasi lebih mudah didapat.

Media sosial kerap kali menggambarkan sosok ideal sebagai seseorang dengan bentuk tubuh tinggi dan langsing. Kuatnya pengaruh media, tak heran banyak remaja yang mendambakan fisik “ideal” tersebut.

Bahkan, tidak jarang demi mendapatkan bentuk tubuh yang ideal, para remaja justru berakhir menderita gangguan makan (eating disorder).

“Pada kasus gangguan makan, berarti ada penyimpangan perilaku makan. Terjadinya secara terus-menerus dan dalam periode waktu tertentu. Bentuk penyimpangannya bisa pada pola konsumsi dan penyerapan makanan,” ungkap Tiara Diah Sosialita, Psikolog pada webinar bertajuk “Eating Disorder: Waspadai Gangguan Makan pada Remaja” yang digelar Universitas Airlangga.

Tiara mengungkapkan, karakteristik gangguan makan ditandai dengan perilaku makan tidak wajar yang sering kali disertai gangguan emosi.

Penderita eating disorder bisa makan terlalu banyak atau terlalu sedikit. “Mereka juga terobsesi pada berat badan dan bentuk tubuh yang biasanya disertai emosi-emosi negatif,” jelasnya.

Diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, webinar tersebut turut membahas dampak eating disorder. Gangguan makan tidak hanya berdampak pada fisik, namun juga psikososial penderita. Menurut Tiara, terdapat tiga jenis gangguan makan yang sering diasosiasikan dengan remaja, yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosa, dan binge-eating (compulsive overeating).

Anorexia Nervosa

Penderita anorexia nervosa akan menghindari dan membatasi porsi makan secara berlebihan. Meski tubuh cenderung menunjukkan penurunan berat badan, penderita tetap menganggap tubuhnya tergolong gemuk.

“Hal ini menyebabkan penderita anorexia nervosa melakukan berbagai usaha untuk menurunkan berat badan. Mereka juga akan membatasi hubungan dan kegiatan sosial karena merasa cemas dan tidak nyaman dengan kondisi fisiknya,” tutur Tiara.

Bulimia Nervosa

Pada bulimia nervosa, penderita akan makan secara berlebihan untuk dimuntahkan kembali. “Mereka akan mengonsumsi segala jenis makanan dalam porsi banyak dan kesulitan untuk berhenti makan. Namun, mereka takut mengalami kenaikan berat badan, sehingga biasanya ada ‘kompensasi’ secara sembunyi-sembunyi,” jelas Tiara.

Tindakan kompensasi dari konsumsi makanan yang tak terkendali bisa bermacam-macam, seperti memuntahkan makanan, meminum obat pencahar, dan olahraga berlebihan. Berbeda dengan anorexia nervosa, penderita bulimia nervosa cenderung mampu mempertahankan berat badan normal.

Binge-Eating (makan berlebihan)

“Penderita binge-eating memiliki dorongan makan berlebihan yang tidak terkontrol. Tandanya ada keinginan makan secara banyak, terus-terusan, dan tidak terkendali,” terang dosen Departemen Psikologi UNAIR ini.

Remaja biasanya merasa tidak dapat mengontrol keinginan makan. Perilaku-perilaku tersebut biasanya akan diikuti dengan emosi negatif, seperti malu dan perasaan bersalah. Bila ada yang melarang, mereka akan makan secara diam-diam, walau tidak dalam kondisi lapar.

“Biasanya penderita makan untuk mengeluarkan emosi negatif. Penderita biasanya memiliki berat badan berlebihan, meskipun ada yang normal. Mereka pun tidak melakukan semacam kompensasi untuk menurunkan berat badan,” pungkas Tiara.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/05/31/150821971/orangtua-harus-tahu-remaja-rentan-alami-3-jenis-gangguan-makan-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke