Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Ping Pertama ke Indonesia, Awal Masuknya Internet ke Tanah Air

Di masa sekarang, sebagian besar masyarakat menganggap ping sebagai kebiasaan untuk memulai chat.

Namun, ping pertama yang masuk ke Indonesia menjadi catatan sejarah tersendiri bagi perkembangan internet di tanah air.

Ping merupakan singkatan dari Packet Internet Network Groper. Ping sebenarnya berfungsi untuk mengecek status dalam sebuah jaringan berbasis transfer control protocol/internet protocol (TCP/IP).

IPTEKnet menjadi organisasi pertama di Indonesia yang terkoneksi ke internet dengan teknologi TCP/IP dan berhasil menerima ping dari luar negeri.

Ping itu dikirim oleh seseorang bernama Randy Bush dari Portland, Oregon, Amerika Serikat (AS) yang kemudian dilaporkan ke rekan-rekan di Natonal Science Foundation (NSF) Amerika Serikat.

Proses ini didokumentasikan di nsrc.org. Dalam laporan sambungan IP pertama Indonesia dari IPTEKnet tercatat leased line 64 Kbps membutuhkan waktu ping sekitar 750 ms dari Amerika Serikat.

Internet mengubah banyak hal di dunia, hingga menjadi kebutuhan dasar masyarakat urban.

Lantas, bagaimana sejarah perkembangan Internet di Indonesia?

Awalnya hanya dipakai akademisi

Semua bermula pada 1968, ketika Departemen Pertahanan AS meneliti dan mengembangkan jaringan yang disebut ARPAnet. Jaringan ini memungkinkan komputer dari berbagai merek dapat saling berkomunikasi.

Untuk meningkatkan jaringan fisik, ilmuwan di dunia mengembangkan protokol komunikasi yang disebut TCP/IP.

Khusus untuk situasi Indonesia yang dulunya jauh dari "pusat" internet, pengembangan berusaha dilakukan sejak 1983 oleh Pusat Ilmu Komputer Universitas Indonesia (UI).

Dilansir dari Harian Kompas, 21 Mei 1995, jaringan ini dinamakan UInet.


Sejak 1986, UInet berhasil menghubungkan UI, Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), dan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mengakses jaringan internet lokal.

Jaringan ke internet di lingkungan akademis terus berkembang hinga munculnya Jaringan Universitas Indonesia Terpadu (Juita) pada 15 Mei 1995, yang pengoperasiaannya dikhususkan untuk pengguna internal UI.

Saat itu, kecepatan untuk mengakses internet hanya 1200 bps (bit per detik) dan terbatas untuk surat elektronik atau email saja.

IPTEKnet

Pemerintah ingin membuat jaringan internet yang tidak terbatas pada kalangan akademisi saja. Maka, dirancanglah IPTEKnet.

IPTEKnet adalah suatu konsorsium dari beberapa lembaga penelitian, seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Pustaka Bogor (Litbang Departemen Pertanian), Pusdata (Departemen Perindustrian), Biro Pusat Statistik, PDII-LIPI, dan Litbang Departemen Kesehatan.

Lembaga tersebut merupakan enam simpul penyedia informasi di Indonesia.

Kerja sama juga dibentuk dengan Perpustakaan Nasional dan beberapa perguruan tinggi.

Dilansir dari laman resmi BPPT, tujuan dibentuknya IPTEKnet yakni mengembangkan prototipe, serta menjaga momentum koordinasi yang sudah terbangun antar simpul.

Rencananya, akan dibuat koneksi antarsimpul secara dial-up. BPPT ditetapkan sebagai pengoperasi Network Operation Centre (NOC) IPTEKnet.

Sistem semacam ini telah berjalan di negara maju seperti AS, di mana fasilitas komputer di negara tersebut menggunakan perangkat lunak local area network (LAN) yang kemudian dihubungkan dengan beberapa komputer atau PC.

Dengan sistem ini, IPTEKnet ingin menjangkau ke berbagai wilayah di Indonesia yang jaraknya berjauhan.

Dewan Riset Nasional (DRN) diberi tanggung jawab untuk mempersiapkan bantuan dan bimbingan tingkat kebijaksanaan IPTEKnet.

Melalui IPTEKnet, masyarakat juga diharapkan dapat memperolah informasi ilmu pengetahuan dan teknologi nasional maupun internasional dalam bidang industri, penelitian, statistik, bibliografi, dan jasa.

Fasilitas email serta akses ke jaringan internet global diharapkan dapat diakses lebih luas bagi masyarakat, tidak terbatas pada akademisi saja.

Melalui gerbang-gerbang lokal ini, biaya telepon untuk akses kita ke internet "pusat" diperhitungkan memakai pulsa lokal.

Keberhasilan IPTEKnet dalam sebuah jaringan TCP/IP, ditandai dengan ping yang masuk ke Indonesia pada 7 Juni 1994.


Internet komersial

Penyedia internet secara komersial di Indonesia dipelopori oleh Indo Internet pada September 1994.

Setelah Indonet, sampai akhir 1990-an berdiri sejumlah penyedia jasa Internet atau ISP antara lain PT Rahardjasa Internet (Radnet) pada 1995, Wasantara Network yang dikembangkan PT Pos Indonesia pada 1996, IndosatNet pada 1996, dan Telkomnet pada 1998.

Jalur lainnya untuk sampai ke Internet yakni melalui Indo gateway dan Kalawarta gateway dengan kecepatan 14,4 kbps.

Indo Gateway memiliki gerbang di Australia (Dialix) dan Amerika Serikat (UUnet), sedangkan Kalawarta masuk melalui Indonet yang dikelola Indo Internet.

Di jalur komersial, usaha yang digelar swasta tidak terlepas dari dukungan Telkom dan Indosat, yang menyediakan infrastruktur dan hubungan di dalam dan ke luar negeri.

Minat masyarakat pada internet komersial terbukti sangat besar.

PT Rahajasa Media Internet yang menjalankan Radnet melaporkan, dalam seminggu sejak peluncuran Rednet langsung mendapat 500 calon pelanggan.

Sementara, Direktur Sistelindo Mitralintas, Dikdik Hasan melaporkan mampu menjaring sekitar 1000 pengguna dalam tiga hari.

Dengan kecepatan internet tidak sampai 1 mbps itu, pengguna dikenakan tarif Rp 50.000 untuk akses selama 30 jam, bila lebih dari itu dikenakan tambahan Rp 2.000 perjam.

Internet hari ini

Internet yang awalnya hanya digunakan untuk akademisi, jadi program pemerintah, kemudian dikomersilkan, kini menjadi aspek penting dalam kehidupan masyarakat.

Berdasarkan data Global Statshot Report yang dipublikasi oleh HootSuite dan We Are Social, per Januari 2022 jumlah pengguna internet di Indonesia sendiri dilaporkan mencapai 204,7 juta jiwa dari total populasi 277,7 juta jiwa.

Artinya, sekitar 73,7 persen masyarakat Indonesia hidup dengan internet.

Hampir seluruh pengguna internet atau sebanyak 94,9 persen di antaranya, mengakses internet menggunakan smartphone atau ponsel yang bisa terkoneksi internet.

Persentase tersebut lebih tinggi dibanding pengguna yang menagakses internet dengan komputer atau PC yakni sebesar 62,9 persen.

Dari jumlah tersebut, rata-rata durasi internet pengguna di Indonesia mencapai 8 jam 8 menit setiap harinya.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/06/07/154848882/sejarah-ping-pertama-ke-indonesia-awal-masuknya-internet-ke-tanah-air

Terkini Lainnya

[HOAKS] Pesan Berantai soal Whatsapp Gold dan Video Martinelli

[HOAKS] Pesan Berantai soal Whatsapp Gold dan Video Martinelli

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Iptu Rudiana Ditetapkan Tersangka Kasus Pembunuhan Vina

[HOAKS] Iptu Rudiana Ditetapkan Tersangka Kasus Pembunuhan Vina

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Erupsi Gunung Ruang, Bukan Anak Krakatau

[KLARIFIKASI] Video Erupsi Gunung Ruang, Bukan Anak Krakatau

Hoaks atau Fakta
Sejarah Kepulauan Falkland yang Diperebutkan Inggris dan Argentina

Sejarah Kepulauan Falkland yang Diperebutkan Inggris dan Argentina

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] PSSI Putuskan Timnas Tidak Akan Ikut Piala AFF

[HOAKS] PSSI Putuskan Timnas Tidak Akan Ikut Piala AFF

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Lingkaran Merah pada Tabung Gas Elpiji 3 Kg Tanda Keamanan, Cek Faktanya

INFOGRAFIK: Hoaks Lingkaran Merah pada Tabung Gas Elpiji 3 Kg Tanda Keamanan, Cek Faktanya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Pengibaran Bendera Palestina di Milan Bukan Dilakukan Menteri Italia

INFOGRAFIK: Pengibaran Bendera Palestina di Milan Bukan Dilakukan Menteri Italia

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Zelensky dan Istrinya Berpose dengan Tumpukan Uang

[HOAKS] Foto Zelensky dan Istrinya Berpose dengan Tumpukan Uang

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks! Menag Minta Masyarakat Ikhlaskan Dana Haji untuk IKN

[VIDEO] Hoaks! Menag Minta Masyarakat Ikhlaskan Dana Haji untuk IKN

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Erupsi Gunung Tangkuban Parahu pada 11 Juni

[HOAKS] Erupsi Gunung Tangkuban Parahu pada 11 Juni

Hoaks atau Fakta
Kilas Balik Kecelakaan Pesawat Garuda DC-10 di Jepang pada 1996

Kilas Balik Kecelakaan Pesawat Garuda DC-10 di Jepang pada 1996

Sejarah dan Fakta
[KLARIFIKASI] Patung Lilin Paus Yohanes Paulus II, Bukan Jenazah yang Masih Utuh

[KLARIFIKASI] Patung Lilin Paus Yohanes Paulus II, Bukan Jenazah yang Masih Utuh

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Shah Rukh Khan Meninggal Dunia

[HOAKS] Shah Rukh Khan Meninggal Dunia

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Konten Satire soal Elon Musk Luncurkan Ponsel Pesaing iPhone

[KLARIFIKASI] Konten Satire soal Elon Musk Luncurkan Ponsel Pesaing iPhone

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Konten soal Khasiat Daun Calincing Gunakan Gambar Keliru

[KLARIFIKASI] Konten soal Khasiat Daun Calincing Gunakan Gambar Keliru

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke