Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bagaimana Cara Kartini Berkirim Surat dengan Sahabat Pena di Belanda?

Kartini, yang menolak disebut dengan gelar kebangsawanannya, memiliki cita-cita untuk mengenyam pendidikan tinggi dan menjadi perempuan "modern".

Namun, ia harus tunduk pada norma-norma sosial yang berlaku pada zamannya, yakni menjadi seorang perempuan yang tinggal di rumah dan mengurus rumah tangga.

Meski demikian, Kartini tak begitu saja menyerah pada tuntutan kewajaran masyarakat.

Kartini memilih untuk membuka cakrawala bagi dirinya sendiri, dan ia melakukannya dengan sepucuk surat.

Cara Kartini berkirim surat

Sejarawan sekaligus pendiri Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali mengatakan, Kartini berkirim surat kepada sahabat penanya menggunakan layanan pos yang dimiliki oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Menurut Asep, jawatan pos di Hindia Belanda sudah berdiri sejak 1746. Saat itu, surat dari Hindia Belanda dikirim ke Belanda menggunakan kapal yang juga membawa hasil bumi, seperti rempah-rempah.

Asep mengatakan, layanan pos pada saat itu dapat diakses oleh semua kalangan, tidak terbatas untuk pejabat Pemerintah Hindia Belanda saja.

Namun, latar belakang Kartini yang berdarah ningrat membuatnya mampu lebih mudah mengakses layanan itu.

"Sebenarnya semua bisa akses asal punya uang. Karena pos itu sudah jadi bisnis. Jadi itu sudah jadi jawatan, jadi perusahaan. Maka pos ini, siapa pun bisa menggunakan asal dia punya uang, mampu untuk membayar jasa dari pengiriman itu," kata Asep saat dihubungi Kompas.com, Kamis (21/4/2022).

Asep menuturkan, surat menjadi medium yang dipilih Kartini untuk berkomunikasi dengan sahabatnya di luar negeri karena dengan surat ia bisa mengungkapkan apa saja secara lugas.

"Kartini mengungkapkan perasaannya, kekesalannya, protesnya itu lewat surat kepada teman-temannya. Karena cara itu yang paling ampuh. Orang enggak ada yang tahu tapi pesan bisa sampai," tuturnya.

Berdasarkan data yang dihimpun Kompaspedia, sampai di akhir usianya (1904) tercatat ada 246 surat tinggalan Kartini yang tersimpan di luar negeri.

Dari surat sejumlah itu, kemudian dianalisis 155 surat yang kemudian dicetak dan dipublikasikan sebagai buku Door Duisternis tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang.

Dari surat-suratnya Kartini membaca apa saja dengan teliti, sambil membuat catatan-catatan. Perhatiannya tak hanya semata soal emansipasi perempuan, tetapi juga masalah sosial umum.

Ia melihat perjuangan perempuan agar memperoleh kebebasan, otonomi, dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.

Kartini dari Jepara

Dikutip dari Kompaspedia, Kartini lahir 21 April 1879 di Mayong, Jepara. Ia merupakan perempuan berdarah ningrat Jawa.

Ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat adalah wedana Mayong, yang kemudian menjadi Bupati Jepara, sedangkan ibunya bernama MA Ngasirah.

Sang ibu merupakan seorang putri dari Nyai Hajjah Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Teluwakur, Jepara.

Kartini berasal dari keluarga ningrat yang telah bersentuhan dengan pendidikan ala Barat.

Oleh karena itu, pada 1885 Kartini disekolahkan di Europese Large School (ELS) yang membuatnya fasih berbahasa Belanda.

Namun, Kartini hanya bisa bersekolah sampai usia 12 tahun, karena ia harus menjalani masa pingitan atau "dikurung" di dalam rumah.

Setelah memasuki usia 16 tahun, Kartini dibebaskan dari masa pingitan. Kemudian, ia banyak belajar sendiri.

Lantaran menguasai bahasa Belanda, maka ia mulai belajar dan menulis surat kepada teman-temannya yang berasal dari Belanda.

Masa-masa dipingit ini digambarkan oleh Kartini dalam salah satu surat kepada kawan penanya di Belanda "seperti masuk kotak".

Isi surat Kartini

Kompas.com pada 21 April 2016 menulis, sejarawan Universitas Monash Dr Joost Cote (1995) menulis asal mula Kartini menjalin persahabatan pena.

Menurut Cote, korespondensi Kartini dengan sahabat pena di Belanda bermula dari bimbingan Marie Ovink-Soer, istri pegawai administrasi kolonial Hindia Belanda di Jawa Tengah.

Ovink-Soer pula yang mengenalkan Kartini kepada pergerakan feminisme di Belanda, termasuk jurnal "De Hollandshce Lelie".

Kepada jurnal itu, Kartini kemudian menulis bahwa dia mencari sahabat pena asal Belanda untuk bertukar pikiran. Pegawai pos di Belanda bernama Estella Zeehandelar pun menanggapi dan mengirim surat kepada Kartini. 

Kartini pun mengungkap alasannya ingin bertukar pikiran dengan sahabat pena, dalam surat balasannya kepada perempuan yang disapa Stella itu tertanggal 25 Mei 1899.


Berikut kutipan surat itu, seperti dikutip dari buku Surat-surat Kartini. Renungan tentang dan untuk Bangsanya (1979) yang diterjemahkan Sulastin Sutrisno:

"Saya ingin sekali berkenalan dengan seorang 'gadis modern', yang berani, yang mandiri, yang menarik hati saya sepenuhnya. Yang menempuh jalan hidupnya dengan langkah cepat, tegap, riang, dan gembira, penuh semangat dan keceriaan."

"Gadis yang selalu bekerja tidak hanya untuk kebahagiaan dirinya saja, tetapi juga berjuang untuk masyarakat luas, bekerja demi kebahagiaan banyak sesama manusia."

Selain bersahabat pena dengan Stella, Kartini juga menjalin jejaring pertemanan dengan sejumlah orang di Belanda melalui surat.

Di antara mereka adalah Rosa Abendanon yang di kemudian hari membukukan surat-surat yang dikirim Kartini.

Kemudian, Ir H H van Kol dan istrinya, Nyonya MCE Ovink, serta Dr N Adriani.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/04/22/091623082/bagaimana-cara-kartini-berkirim-surat-dengan-sahabat-pena-di-belanda

Terkini Lainnya

Ketika Konser David Bowie 'Menyatukan' Jerman Barat dan Timur...

Ketika Konser David Bowie "Menyatukan" Jerman Barat dan Timur...

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Undian Berhadiah Mengatasnamakan Bank Maluku Malut

[HOAKS] Undian Berhadiah Mengatasnamakan Bank Maluku Malut

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Beredar Manipulasi Konten Sule Promosi Judi Online

[VIDEO] Beredar Manipulasi Konten Sule Promosi Judi Online

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Penangkapan Linda Terkait Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

[HOAKS] Video Penangkapan Linda Terkait Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Kabar Penyanyi Dangdut Muchsin Alatas Berpulang

[HOAKS] Kabar Penyanyi Dangdut Muchsin Alatas Berpulang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Gurita Raksasa Terdampar di Pantai Bali

[HOAKS] Foto Gurita Raksasa Terdampar di Pantai Bali

Hoaks atau Fakta
AI dan Kekhawatiran atas Dampaknya terhadap Pemilu

AI dan Kekhawatiran atas Dampaknya terhadap Pemilu

Data dan Fakta
[VIDEO] Hoaks Mike Tyson Akan Beri 10 Juta Dollar ke Pria yang Nikahi Putrinya

[VIDEO] Hoaks Mike Tyson Akan Beri 10 Juta Dollar ke Pria yang Nikahi Putrinya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Henry Ford dan Mobil Pertamanya, Foto Hasil Manipulasi AI

INFOGRAFIK: Hoaks Henry Ford dan Mobil Pertamanya, Foto Hasil Manipulasi AI

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Makam Nabi Imran Dinarasikan Keliru sebagai Makam Nabi Adam dan Siti Hawa

INFOGRAFIK: Makam Nabi Imran Dinarasikan Keliru sebagai Makam Nabi Adam dan Siti Hawa

Hoaks atau Fakta
Jenis Air Kemasan di AS Tidak Ditentukan dari Warna Tutup Botol

Jenis Air Kemasan di AS Tidak Ditentukan dari Warna Tutup Botol

Hoaks atau Fakta
Kilas Balik Saat Indonesia Raih Piala Uber Pertama pada 1975

Kilas Balik Saat Indonesia Raih Piala Uber Pertama pada 1975

Sejarah dan Fakta
[KLARIFIKASI] Ronaldo Berikan Bola ke Penggemar Al Nassr, Bukan Anak Palestina

[KLARIFIKASI] Ronaldo Berikan Bola ke Penggemar Al Nassr, Bukan Anak Palestina

Hoaks atau Fakta
Manipulasi Foto Donald Trump Ditangkap Polisi

Manipulasi Foto Donald Trump Ditangkap Polisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bank Dunia Tuntut Diakhirinya Pertanian pada 2030

[HOAKS] Bank Dunia Tuntut Diakhirinya Pertanian pada 2030

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke