Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Tuyul di Cirebon, hingga Cara Cek Minyak Bekas

Tersiar pula informasi keliru tentang hal-hal yang sedang ramai diberbincangkan. Mulai dari lelang barang pembalap MotoGP, hingga cara mengecek minyak goreng bekas.

Berikut ringkasan penelusuran fakta, dari berbagai informasi keliru yang beredar di media sosial sepanjang pekan ini:

Hoaks tuyul di Cirebon

Hoaks yang berkaitan dengan hal mistis, tersiar melalui sebuah video di media sosial.

Dalam video itu, nampak warga ramai mengerubungi sebuah benda kecil di dalam botol plastik yang diklaim sebagai penemuan tuyul di daerah Cirebon, Jawa Barat.

Ternyata, benda kecil di dalam botol plastik itu bukan tuyul, melainkan gantungan kunci.

Kapolsek Gunung Jati AKP Abdul Majid membenarkan peristiwa tersebut. Pihaknya mejelaskan, keramaian itu terjadi pada Jumat (25/3/2022) di Desa Buyut, Kecamatan Gunung Jati, Kota Cirebon, Jawa Barat sekitar pukul 13.30 WIB.

Majid mengonformasi bahwa benda yang ditemukan warga tersebut bukan tuyul.

"Terkait video tersebut yaitu diduga tuyul itu ternyata bukan tuyul. Hanya boneka gantungan kunci yang nemu di pinggir jalan," kata AKP Majid.

Ia menjelaskan, warga berinisial AKL sebelumnya menemukan boneka gantungan kunci di pinggir jalan dan memasukkannya ke dalam botol minuman. Ia kemudian menunjukkannya kepada masyarakat sekitar.

"Kemudian oleh masyarakat sekitar dilihat dan beranggapan bahwa boneka dalam botol tersebut bergerak yang diduga tuyul," ujar dia.

Demi mencegah kegaduhan, AKP Majid menyebut masyarakat telah membakar boneka itu.

Untuk membaca penelusuran fakta selengkapnya dapat dilihat di sini.

Klaim rebusan seledri sebagai pengganti terapi cuci darah

Tersiar narasi bahwa air rebusan daun seledri dapat digunakan sebagai terapi untuk penderita masalah ginjal.

Penderita masalah ginjal disebut tidak perlu melakukan cuci darah (hemodialisis) dan cukup mengonsumsi air rebusan daun seledri secara rutin.

Faktanya, seledri justru meningkatkan kadar kalium yang bisa berakibat fatal bagi pasien gagal ginjal.

Hal ini disampaikan oleh Dr Furqon Satria Adi Pradana Sp.JP, staf jantung dan pembuluh darah di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro, Klaten, Jawa Tengah.


Sebagai pencegahan, seledri mengandung kalium (sekitar 260 mg dalam 100 gram) yang bisa membantu menjaga tekanan darah, sehingga baik untuk mencegah penyakit ginjal.

Akan tetapi, ini tidak tepat sebagai pengganti terapi cuci darah.

"Tapi, pada pasien yang sudah mengalami gagal ginjal justru harus diet kalium rendah, karena removal (pembuangan) kalium di ginjal yang sudah rusak itu tidak berjalan lancar," kata Furqon dikutip dari Kompas.com, Sabtu (2/4/2022).

Kalium yang terlalu tinggi di darah membuat detak jantung melambat dan berpotensi menyebabkan aritmia letal (kematian akibat kondisi jantung menjadi ireguler).

Kalium yang tinggi umumnya dibuang dengan terapi renal replacement, seperti cuci darah/hemodialisis atau CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) dan CRRT (Continuous Renal Replacement Therapy).

"Jadi harap dibedakan pencegahan penyakit dan terapi pada penyakit yang sudah ada, misalnya gagal ginjal yang membutuhkan cuci darah," kata Furqon.

Kemenkeu dituding jual barang pebalap MotoGp milik penonton

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dituding melelang barang pebalap MotoGp Mandalika 2022 yang diberikan ke penonton.

Disebutkan bahwa salah satu barang yang dilelang yakni helm dari pebalap asal Spanyol, Aleix Espargaro. Bagaimanakah faktanya?

Betul bahwa Kemenku, melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) melelang barang pemberian pebalap MotoGP. Akan tetapi, barang itu bukan milik penonton.

Pebalap MotoGP memberikan sejumlah barang kepada Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Mandalika Grand Prix Association (MGPA), dan Kemenkeu.

Mereka secara khusus memberikan barang itu kepada Pemerintah Indonesia agar dilelang untuk tujuan amal.

"Jadi, barang yang diterima penonton tetap menjadi milik masing-masing dan tidak ada kaitan dengan lelang," kata staf khusus Kemenkeu Bidang Komunikasi Strategis, Yustinus Prastowo

Tidak ada barang miliki penonton dalam daftar barang yang akan dilelang Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Mataram.

Baca selengkapnya di sini.


Hoaks varian baru Covid-19 dari India tidak terdeteksi alat tes

Tersiar narasi mengenai tiga warga China yang terpapar varian baru Covid-19 dari India, tetapi tidak terdeteksi dengan alat tes.

Disebutkan bahwa warga China ini terpapar virus muatan rangkap tiga dari India dan baru deketahui setelah menjalani prosedur computed tomography (CT) scan.

Terkait tiga warga China yang terpapar virus dari India dengan narasi serupa, pernah dilaporkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC) pada April 2021.

Pada 22 dan 23 April 2021, tiga warga China terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka ada di antara penumpang pesawat yang baru terbang dari Nepal.

Mereka mendapat izin terbang ke Chongqing Municipality karena mengantongi hasi tes negatif sejak 17-19 April.

Ketika sampai di China mereka dites ulang dengan tes amplifikasi asam nukleat atau nucleic acid amplification test (NAAT) dan menunjukkan hasil positif.

Mereka diketahui tertular virus corona varian B.1.617, yang saat itu ditetapkan sebagai variants of interest (VOI) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurut laporan, varian ini terdiri dari tiga jenis, yakni B.1.617.1, B.1.617.2, dan B.1.617.3.

Adapun varian B.1.617.2 kemudian menyebar lebih masif, sehingga WHO menetapkannya sebagai variants of concern (VOC) dan menamainya dengan varian Delta.

Klaim mengenai varian ini baru terdeteksi ketika dilakukan CT scan juga keliru.

Faktanya, ketiga warga China tersebut sebelumnya sudah terkonfirmasi positif Covid-19, kemudian pemeriksaan CT scan baru dilakukan oleh otoritas kesehatan setempat untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Pada pengecekan CT scan di dada, ditemukan adanya lesi menular yang diklasifikasikan sebagai tipe umum Covid-19. CT scan ini dilakukan setelah pasien terbukti positif Covid-19.

Penelusuran fakta selengkapnya dapat dilihat di sini.


Hoaks cara cek minyak goreng bekas

Di tengah melambungnya harga minyak goreng, betedar narasi tentang cara mengecek minyak goreng limbah atau bekas.

Disebutkan, caranya dengan memasukkannya ke dalam kulkas selama dua jam. Jika muncul busa maka itu minyak bekas.

Cara lainnya yakni dengan menumis bawang putih dengan minyak tersebut. Jika bawang putih berubah merah, maka minyak yang dipakai merupakan minyak bekas.

Apakah cara itu benar?

Peneliti di Pusat Riset Kimia Maju Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yan Irawan menyampaikan cara paling mudah membedakan minyak goreng baru dan bekas dapat dilihat dari warna dan baunya.

Minyak goreng bekas dari kelapa sawit lebih cepat membeku, warna kuning kehitaman, dan berbau.

Memang untuk menguji minyak goreng baru atau bekas, memang bisa memasukkan minyak goreng ke kulkas. Namun, pembuktiannya tidak dengan adanya busa.

"Minyak goreng bekas akan cepat membeku pada udara dingin dikarenakan pada saat penggunaan minyak goreng biasanya suhu penggorengan berkisar 90-120 derajat celcius dan terjadi pada waktu yang lama atau berulang-ulang," ujar Yan.

Minyak yang beku akan tampak lebih putih, tetapi itu bukan busa.

Terkait busa, itu juga bisa mengidentifikasikan minyak goreng bekas. Namun caranya bukan dimasukkan ke kulkas.

"Jika membeli minyak goreng curah, coba dikocok-kocok dahulu. Jika berbuih harus dicurigai," kata dia.

Baca selanjutnya di sini.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/04/04/132605882/cek-fakta-sepekan-hoaks-tuyul-di-cirebon-hingga-cara-cek-minyak-bekas

Terkini Lainnya

INFOGRAFIK: Jokowi Klaim Indonesia Lampaui Target Penurunan Emisi Karbon, Cek Faktanya

INFOGRAFIK: Jokowi Klaim Indonesia Lampaui Target Penurunan Emisi Karbon, Cek Faktanya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Kesehatan Beredar Masif di Medsos, Simak Tips agar Tidak Tertipu

INFOGRAFIK: Hoaks Kesehatan Beredar Masif di Medsos, Simak Tips agar Tidak Tertipu

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Gambar Lumba-Lumba 'Pink' Dibuat dengan AI

[KLARIFIKASI] Gambar Lumba-Lumba "Pink" Dibuat dengan AI

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Benar YouTube Putar Ulang Iklan jika Pengguna Tak Menatap Layar

INFOGRAFIK: Tidak Benar YouTube Putar Ulang Iklan jika Pengguna Tak Menatap Layar

Hoaks atau Fakta
Apple Tidak Mengumumkan FaceTime Berbayar

Apple Tidak Mengumumkan FaceTime Berbayar

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Pekerja Membangun Piramida di Mesir

[HOAKS] Foto Pekerja Membangun Piramida di Mesir

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Sejarah Pengembangan F-117 Nighthawk, Pesawat Siluman Pertama

INFOGRAFIK: Sejarah Pengembangan F-117 Nighthawk, Pesawat Siluman Pertama

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pemain Liverpool Virgil van Dijk Siap Bela Timnas Indonesia

[HOAKS] Pemain Liverpool Virgil van Dijk Siap Bela Timnas Indonesia

Hoaks atau Fakta
Gempa yang Mencairkan Relasi Iran dengan Barat...

Gempa yang Mencairkan Relasi Iran dengan Barat...

Sejarah dan Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Kuliah di Eropa Utara Gratis karena Pajak 70 Persen?

CEK FAKTA: Benarkah Kuliah di Eropa Utara Gratis karena Pajak 70 Persen?

Hoaks atau Fakta
Lima Puluh Empat Tahun Lalu, Presiden Soekarno Wafat

Lima Puluh Empat Tahun Lalu, Presiden Soekarno Wafat

Sejarah dan Fakta
Pakar PBB Sebut Pemasok Senjata untuk Israel Berisiko Langgar HAM

Pakar PBB Sebut Pemasok Senjata untuk Israel Berisiko Langgar HAM

Data dan Fakta
[HOAKS] Gebyar Undian Mengatasnamakan Bank Lampung

[HOAKS] Gebyar Undian Mengatasnamakan Bank Lampung

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Informasi Keliru soal Kematian Joe Biden pada 2018

CEK FAKTA: Informasi Keliru soal Kematian Joe Biden pada 2018

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden dan Kapolri Tetapkan 4 Polisi Tersangka Kasus Pembunuhan Vina

[HOAKS] Presiden dan Kapolri Tetapkan 4 Polisi Tersangka Kasus Pembunuhan Vina

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke