Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Carlos Kaiser, Pesepak Bola yang Tak Pernah Bermain Bola

KOMPAS.com - Menjadi pesepak bola profesional dan menikmati kehidupan glamor ala superstar adalah impian bagi banyak orang.

Akan tetapi, tidak banyak orang yang sanggup menggapai mimpi indah itu. Karena menjadi pesepak bola profesional membutuhkan talenta dan kerja keras.

Meski demikian, persyaratan tersebut rupanya tidak berlaku bagi Carlos Henrique Raposo atau lebih dikenal dengan nama julukannya, Carlos Kaiser.

Kaiser menghabiskan lebih dari dua dekade berkarier sebagai pesepak bola profesional dan menikmati segala privilese yang diperoleh dari profesi itu.

Tak hanya itu, klub yang mengontraknya pun bukan klub ecek-ecek. Kaiser telah melanglang buana di klub-klub besar Brasil, Amerika Serikat, hingga Eropa.

Semua itu ia lakukan tanpa pernah sekali pun bermain bola.

Kaiser mengakhiri karirnya pada usia 41 tahun dengan statistik mengesankan: bermain di lebih dari 10 klub papan atas dengan catatan nol penampilan, nol gol, dan nol umpan.

Kisah hidupnya yang unik diangkat menjadi sebuah film layar lebar dengan judul Kaiser: The Greatest Footballer Never to Play Football (2018). 

Kisah Carlos Kaiser

Dilansir dari FourFourTwo (FFT), 16 Desember 2016, kisah Carlos Kaiser menikmati hidup glamor bak superstar sepak bola tanpa pernah bermain bola tak ubahnya film Hollywood.

Carlos Henrique Raposo atau Carlos Kaiser lahir di Porto Alegre, Brasil pada 2 Juli 1963.

Kaiser mengatakan bahwa nama julukannya itu berasal dari kemiripannya dengan legenda sepak bola Jerman, Franz Beckenbauer, yang juga memiliki julukan serupa.

Selama 24 tahun berkarir sebagai pesepak bola, Kaiser pernah memperkuat sejumlah tim besar, seperti Botafogo dan Fluminense di Brasil. Ia juga pernah memperkuat klub sepak bola di Meksiko, Amerika Serikat, dan juga Perancis.

Kaiser juga menjalin berteman akrab dengan pemain-pemain besar di eranya, tentu saja hal itu dilakukan sembari menghindari keharusan bermain bola.

"Dia menginginkan bagian enaknya," kata Mauricio de Oliveira Anastacio, yang pernah satu klub dengan Kaiser di tim sepak bola America yang bermarkas di Rio De Janeiro, Brasil.

"Dia ingin berada di antara para pesepak bola, dia ingin dianggap sebagai pesepak bola, namun dia tidak ingin mengembang tanggung jawab seorang pesepak bola," ungkapnya.

Berkat kombinasi tipu muslihat dan pesonanya yang menawan, Kaiser berhasil memperoleh apa yang ia inginkan: Menikmati hidup glamor sebagai bintang lapangan hijau.

Saat diwawancarai oleh FFT, Kaiser secara terbuka mengakui bahwa ia memang tidak ingin bermain sepak bola.

"Saya tidak bermain. Saya benar-benar tidak bermain. Karena saya memang tidak ingin bermain," kata Kaiser.

Mengaku dipaksa ibu tirinya

Dilansir dari Daily Mirror, 3 Agustus 2018, Kaiser mengungkapkan bahwa segala penipuan yang ia lakukan itu tak pernah diniatkan sebelumnya.

Kaiser mengungkapkan, ia tidak pernah ingin menjadi pesepak bola profesional. Semua itu adalah keinginan dari ibu tirinya, yang ia sebut menculiknya saat masih bayi.

"Saya bukan seorang penjahat. Saya merasa menjadi korban. Saya selalu menganggap bahwa saya adalah anak adopsi, tapi saya kemudian tahu dari sepupu saya bahwa ibu tiri saya, Lina, telah menculik saya dari ibu kandung saya saat saat masih berusia tujuh hari," kata Kaiser.

Kaiser mengatakan, karena diculik tak lama setelah lahir, ibu kandungnya mengira bahwa dirinya telah meninggal dunia.

Menurut dia, ibu tirinya adalah seorang yang kejam yang memaksanya masuk sekolah sepak bola saat berusia 10 tahun.

"Saya melakukan yang saya bisa agar tidak perlu bermain, sejak saya berusia 10 tahun hingga tiba saatnya saya tak perlu bermain lagi. Psikolog mengatakan bahwa hal itu menjadi alasan saya melakukan hal-hal yang telah saya lakukan. Saya tidak pernah menjadi penjahat. Saya menganggap diri saya sebagai seorang penyintas," tuturnya.

Setelah dengan setengah hati menjalani pendidikan di akademi sepak bola milik klub Botafogo di Rio de Janeiro, Kaiser yang saat itu berusia 16 tahun ditawari masa percobaan di klub divisi satu Meksiko, Puebla FC.

Namun, ia gagal menampilkan performa yang diharapkan pelatih dan akhirnya dilepas tanpa pernah bermain sama sekali.

Kaiser kemudian bergabung untuk waktu singkat dengan klub Amerika Serikat, El Paso Patriots, sekali lagi tanpa pernah bermain sama sekali.

Merancang cara agar tidak perlu bermain

Usai kiprah singkatnya di AS, Kaiser pulang ke Brasil dan mengaku bahwa ia membantu klub Argentina, Independiente, memenangi gelar juara Copa dos Libertadores pada 1984.

Klaim Kaiser itu membuat klub-klub besar Brasil tertarik untuk meminangnya menjadi penggawa klub. Namun, upaya Kaiser untuk menarik minat klub-klub besar tidak hanya berhenti dengan sekadar klaim.

Ia menjelajah kelab-kelab malam eksklusif di Rio untuk mencari pesepakbola ternama.

Dengan kharismanya, ia menjalin pertemanan dengan Romario, Bebeto, Carlos Alberto, dan Zico yang saat itu dianggap sebagai "dewa lapangan hijau".


Kaiser meyakinkan nama-nama besar itu bahwa ia juga sama hebatnya seperti mereka.

"Dia sangat pandai berbicara sehingga ketika Anda membiarkannya membuka mulut, selesai sudah. Dia akan memikatmu. Anda tidak akan bisa mengelak," kata Bebeto.

Berkat kedekatannya dengan nama-nama besar di dunia sepak bola itu, Kaiser meyakinkan banyak klub untuk meminangnya, dimulai dari Botafogo kemudian Flamengo.

Setelah direkrut dan uang transfer diberikan, Kaiser mulai memikirkan bagaimana caranya agar ia tidak perlu merumput ke lapangan hijau.

"Kebanyakan pesepakbola memikirkan cara agar bisa masuk bangku pemain dan memenangi pertandingan, mencetak gol. Tapi saya adalah kebalikannya. Saya menghabiskan seluruh waktu saya merancang cara agar tidak perlu bermain" kata Kaiser.

Trik-trik yang dilakukan Kaiser

Cara-cara yang dilakukan Kaiser untuk menjadi pesepak bola tanpa perlu bermain bola terbilang unik, dan bahkan bisa dikatakan menggelitik.

Dilansir dari The Guardian, 25 April 2019, trik utama Kaiser mempertahankan karier palsunya sebagai pesepak bola profesional adalah berteman dengan orang-orang berpengaruh.

Kaiser akan berteman dengan tokoh-tokoh berpengaruh di setiap klub, dan menceritakan kepada mereka tentang kiprah sepak bolanya yang mengesankan.

Ia juga mendekati jurnalis, pemain, dan pemilik klub. Kaiser membangun jalinan kebohongan yang begitu rumit sehingga tidak ada yang bisa mengingat kebenaran tentang dirinya.

Dalam sesi latihan pertama Kaiser biasanya mengalami cedera otot yang membuatnya absen untuk waktu yang tidak ditentukan, di mana ia akan berkeliaran di klub dan menjadi teman curhat yang baik.

“Dia menciptakan suasana yang menyenangkan, bahagia, dan ringan,” kata Alexandre Torres, mantan pemain internasional Brasil dan putra Carlos Alberto, legenda Brasil yang menjalin pertemanan dengan Kaiser.

“Dia akan bercerita dan dia akan membuat para pemain bermimpi. Saya pikir itu sebabnya semua orang sangat menyukainya,” tuturnya.

Salah satu tim menjadi sangat frustrasi dengan alasan cedera yang selalu digunakan Kaiser sehingga mereka memanggil dukun. Kaiser dengan kasar mengatakan pada dukun itu bahwa ada beberapa hal yang bahkan tidak bisa disembuhkan ilmu hitam.

Kaiser akan melakukan apa saja agar tidak perlu bermain. Ia bahkan membayar anggota tim yang lebih muda untuk menekelnya saat latihan sehingga dia bisa memalsukan cedera.

Demi menegaskan sosoknya di tim, Kaiser juga memberi uang kepada penonton untuk menyanyikan namanya ketika pemilik klub hadir menyaksikan pertandingan.


Penipuan terbesar Kaiser

Aksi penipuan Kaiser yang paling terkenal – dan paling berbahaya – terjadi di Bangu, sebuah klub kecil di kawasan Rio de Janeiro, Brasil.

Klub itu dimiliki oleh Castor de Andrade, bichiero (bandar judi ilegal) yang disebut sebagai orang paling berbahaya di Brasil, dan teman baik presiden FIFA, João Havelange.

Ketika Kaiser tiba di Bangu, seperti biasa, ia mengeluh mengalami cedera otot.

Kendati demikian, Castor tetap mempertahankan Kaiser karena karismanya , dan aksesnya yang seolah tak terbatas ke wanita-wanita cantik. Dia sangat menyukai kepribadian Kaiser sehingga ingin melihat manifestasinya di lapangan.

Suatu akhir pekan pada pukul 4 dini hari di kelab malam Caligula, Kaiser mendengar kabar bahwa Castor telah mengirim perintah agar dia berada di bangku cadangan pada hari berikutnya. Kaiser panik sebelum diyakinkan oleh pelatih bahwa dia akan tetap sebagai pemain pengganti yang tidak bermain.

Bangu memulai pertandingan dengan buruk dan segera tertinggal 2-0. Castor mengirim pesan dari tribun penonton melalui walkie-talkie bahwa sudah waktunya untuk melepaskan kemampuan sesungguhnya dari sang bintang.

Kaiser punya dua pilihan. Dia bisa masuk lapangan, dan tewas karena kedoknya terbongkar; atau dia bisa menolak untuk bermain, yang sama-sama berisiko kematian.

Jadi dia mengimprovisasi opsi ketiga. Saat melakukan pemanasan, Kaiser mendengar seorang penggemar lawan memanggilnya "homo berambut panjang".

Ia memanfaatkan olok-olokan itu sebagai alasan untuk memulai perkelahian dengan pendukung tandang. Akibatnya, Kaiser diusir dari pertandingan sebelum masuk ke lapangan.

Kaiser kemudian dipanggil untuk menemui Castor setelah pertandingan. Ia lalu mengungkapkan alasan di balik tindakannya itu kepada sang pemilik klub

"Tuhan telah mengambil kedua orangtua saya, tetapi memberi saya Ayah lain yang mereka tuduh sebagai penjahat," kata Kaiser, secara tersirat menyanjung Castor.

“Jadi saya kehilangan akal dan pergi menghajar orang itu. Tapi jangan khawatir karena kontrak saya akan habis dalam seminggu dan saya akan pergi,” lanjutnya.

Mendengar kata-kata Kaiser, Castor memberinya kenaikan gaji dan perpanjangan kontrak.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/03/05/200457982/kisah-carlos-kaiser-pesepak-bola-yang-tak-pernah-bermain-bola

Terkini Lainnya

Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Data dan Fakta
Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Sejarah dan Fakta
Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi 'Online'

Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi "Online"

Hoaks atau Fakta
Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

Hoaks atau Fakta
Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Lionel Messi Kritik Marselino Ferdinan karena Bermain Egois

[HOAKS] Lionel Messi Kritik Marselino Ferdinan karena Bermain Egois

Hoaks atau Fakta
Beethoven Diyakini Tak Sepenuhnya Tuli Saat Debut 'Symphony No. 9'

Beethoven Diyakini Tak Sepenuhnya Tuli Saat Debut "Symphony No. 9"

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Guinea Mundur dari Babak Play-off Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Guinea Mundur dari Babak Play-off Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

Hoaks atau Fakta
Hoaks, Spongebob Squarepants Terinspirasi Kisah Tragis Bocah 9 Tahun

Hoaks, Spongebob Squarepants Terinspirasi Kisah Tragis Bocah 9 Tahun

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke