Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekalahan Tim Thomas di Final, 3 Hal Jadi Perhatian Masyarakat Pemerhati Bulu Tangkis Indonesia

Kompas.com - 18/05/2022, 08:00 WIB
Firzie A. Idris

Penulis

KOMPAS.com - Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) diharapkan untuk dapat melakukan pembenahan seusai tim Thomas Indonesia secara mengejutkan kalah 0-3 dari India di final Piala Thomas, Minggu (15/5/2022).

Tak hanya itu, PBSI juga dituntut untuk memperbaiki mekanisme rekrutmen pemain nasional dan meningkatkan keterbukaan.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Masyarakat Pemerhati Bulu Tangkis Indonesia (MPBI), Kurniadi, setelah pagelaran Piala Thomas tahun ini di mana Indonesia tak berhasil mempertahankan gelar juara.

"Hasil 0-3 di final Piala Thomas ini semoga membuat PBSI lebih terasa tersengat dibanding para pencinta bulu tangkis Tanah Air," ujarnya kepada Kompas.com pada awal pekan ini.

"Tersengat dan sedih bukan hanya karena tidak bisa mempertahankan Piala Thomas tetapi karena kekalahan 0-3 itu yang menyedihkan."

Baca juga: Pesan Coach Naga Api Usai Kekalahan Indonesia di Final Piala Thomas 2022

"Hasil ini juga menjadi kado kurang enak bagi HUT ke-71 PBSI pada Mei ini. Di mana saya yakin setiap kepengurusan PBSI pasti menginginkan banyak prestasi."

"Namun, yang tak kalah penting adalah memberi dasar perbaikan-perbaikan pada masa berikutnya mengikuti kemajuan dan perubahan situasi serta kondisi," lanjutnya.

Audiensi Masyarakat Pemerhati Bulu Tangkis Indonesia (MPBI) dengan PBSI pada Kamis (2/9/2021). Dok. MPBI Audiensi Masyarakat Pemerhati Bulu Tangkis Indonesia (MPBI) dengan PBSI pada Kamis (2/9/2021).

Kurniadi yakin bahwa para pengurus PP PBSI sudah mendapat banyak masukan pemikiran dan perbaikan sehingga tidak ingin dianggap MPBI "mengajari ikan berenang" terhadap PBSI.

Namun, ia mengkritisi kemauan dan ambisi perbaikan menyangkut semua hal agar jangan sampai ilmu dan pengetahuan para ahli di PBSI tak terealisasi karena tak mendapat goodwill dan dana mencukupi.

Pertama, Kurniadi berharap beberapa hal seperti penerapan sport science terkait fisik, taktik, mental, dan bahkan teknik bisa segera direalisasikan PBSI.

Kedua, menerapkan mekanisme rekrutmen pemain nasional dengan menjunjung aspek keadilan dan rasa hormat.

Adil karena membuka hak sama untuk semua atlet dan klub. PBSI juga didorong untuk membuat lebih banyak turnamen penentu masuk Pelatnas dan mengurangi jalur pantauan bakat yang sarat dengan subyektifitas.

Baca juga: Final Piala Thomas, Kekalahan Indonesia Jadi Bukti Sulitnya Mempertahankan Gelar Juara

Ia ingin agar peluang atlet yang "terkubur oleh pandemi" terutama atlet kelahiran 2002, tak tertutup. Setidaknya, mereka jangan dilarang untuk mengikuti PON.

Dirinya juga mengingatkan untuk menghargai mereka yang meraih prestasi di kejuaraan penentu masuk Pelatnas agar diprioritaskan ketimbang mereka yang tak ikut turnamen atau sudah gugur di awal.

Ketiga, ia juga menekankan kejujuran usia atlet yang berhak masuk pelatnas.

"Penerapan ketiga hal di atas punya syarat sangat penting, yakni keterbukaan," ujarnya.

"Hanya dengan keterbukaan, terutama kepada masyarakat dan media, yang akan menjadi pengingat dan pengontrol jalannya realisasi perbaikan oleh pengurus PBSI dan untuk memperkecil terjadinya polemik."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com