KOMPAS.com - Greysia Polii menceritakan kisah di balik perubahan teknik servis yang kini menjadi senjata andalan pebulu tangkis andalan Indonesia di nomor ganda putri tersebut.
Servis atau pukulan permulaan kerap menjadi senjata ampuh bagi seorang pebulu tangkis untuk mendapatkan poin, tak terkecuali Greysia Polii.
Pada turnamen leg Asia di Thailand, Januari lalu, Greysia menunjukkan betapa pentingnya sebuah servis.
Bersama Apriyani Rahayu, Greysia berhasil meraih gelar juara Yonex Thailand Open lalu menembus Toyota Thailand Open.
Meski gagal mengukir prestasi pada BWF World Tour Finals 2020, pasangan Greysia/Apriyani menjadi salah satu wakil Indonesia dengan penampilan terbaik pada leg Asia.
Baca juga: Alasan PBSI Tarik Anthony, Praveen/Melati, dan Greysia/Apriyani dari Swiss Open
Pada ajang Thailand Open jilid I dan II, servis forehand yang dilakukan Greysia menjadi salah satu elemen penting pada performanya bersama Apriyani.
Pada setiap pertandingan yang mereka lakoni, servis Greysia Polii mampu membuat lawan kesulitan yang akhirnya berujung poin bagi pasangan Merah Putih.
Namun, sebelum menjadikan forehand serve sebagai senjata andalannya, siapa yang menyangka bahwa Greysia harus mengalami pergolakan batin dalam menentukan teknik servisnya.
Awalnya, Greysia tetap bertahan dengan servis backhand setelah mengalami cedera bahu pada 2011.
"Itu adalah kebanggaan bagi saya. Saya pikir, kenapa sebagai pemain profesional, saya tidak bisa melakukan servis," ungkap Greysia kepada BWF Media, dikutip KOMPAS.com pada Sabtu (20/2/2021).
Baca juga: Update Jadwal Turnamen BWF 2021, Indonesia Open dan Indonesia Masters Ditunda
Namun, pilihan Greysia Polii bertahan dengan backhand serve membuatnya tidak bisa melakukan servis secara sempurna dan kerap merasa gugup di lapangan.
"Saya sangat bodoh. Saya mengalami cedera patah bahu pada 2011 dan setelah itu saya tidak bisa melakukan servis backhand. Saya selalu frustrasi dengan kelemahan saya dalam servis. Saya terus mencoba, tapi tetap saja gugup," tuturnya.
Ketika menghadapi situasi tersebut, Eng Hian selaku pelatih ganda putri berkata kepada Greysia bahwa tidak masalah teknis servis apa yang ia gunakan, yang terpenting adalah poinnya.
"Setelah bertahun-tahun, saya menyadari bahwa saya harus menerima kelemahan ini. Untuk bermain di level profesional, saya harus menerimanya sebagai kelemahan dan kemudian membuat strategi ulang," kata Greysia.
Baca juga: Alasan Leo/Daniel Nyaman Berpasangan di Sektor Ganda Putra
"Pelatih saya bilang, yang penting adalah poinnya, bukan teknik servisnya," imbuh atlet berusia 33 tahun itu.
"Jadi, saya mengubah (servis) dari bulan pertama tahun lalu, dari Malaysia Masters," ujar Greysia.
Kini, Greysia Polii menjadi salah satu dari sedikit pemain ganda dengan teknik servis forehand tinggi.
"Itu (servis tinggi) tidak terlalu berisiko. Saya harus mempertajam servis, apakah rendah atau tinggi. Saya harus merasa nyaman dulu sebelum mencetak poin," ungkapnya.
"Pelatih mengatakan bahwa saya tidak perlu memikirkan apa yang dikatakan orang lain atau lawan saya. Saya hanya perlu memikirkan poin, dan itu sudah terbukti berkali-kali," ucap Greysia Polii.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.