KOMPAS.com - Mantan pebulu tangkis tunggal putra Malaysia, Mohd Hafiz Hashim, meyakini Viktor Axelsen (Denmark) akan menjadi salah satu pemain yang diuntungkan dari sistem skor 11x5 gim (best of five).
Menurut Hafiz, sistem skor ini akan disukai pebulu tangkis dengan kekuatan ofensif yang besar seperti Viktor Axelsen.
Sistem skor 11x5 bahkan diyakini bisa membantu Axelsen untuk untuk mendapatkan hasil lebih baik saat menghadapi pemain seperti Kento Momota (Jepang).
Viktor Axelsen memiliki rekor pertemuan 1-14 dari Kento Momota.
Kekalahan terakhir Axelsen dari Kento Momota adalah pada final Malaysia Masters, Januari lalu.
Mantan pebulu tangkis tunggal putra Malaysia, Mohd Hafiz Hashim, meyakni bahwa Viktor Axelsen (Denmark) akan menjadi salah satu pemain yang mendapat manfaat paling banyak dari sistem skor 11x5 gim (best of five).
Menurut Hafiz, sistem skor ini akan disukai Viktor Axelsen dan itu mungkin membantunya mendapatkan hasil lebih baik saat menghadapi Kento Momota (Jepang).
Baca juga: Presiden BWF Munculkan Lagi Wacana Ubah Skor di Tengah Pandemi Corona
Viktor Axelsen memiliki rekor pertemuan 1-14 dari Kento Momota.
Kekalahan terkini Axelsen dari Kento Momota adalah pada final Malaysia Masters, Januari lalu.
Bahkan, ia adalah salah satu pemain terakhir yang bermain dan menikmati format 7x5 yang diterapkan pada 2001-2002.
Hafiz mengalahkan rekan senegaranya, Lee Tsuen Seng 7-3, 7-1, 3-7, 7-8, 7-4 untuk meraih medali Commonwealth Games di Manchester.
Pertandingan tersebut adalah turnamen terakhir yang dia ikuti dalam sistem 7x5 ketika Federasi Bulu Tangkis Dunia menerapkan skor 15x3 untuk laga putra dan 11x3 untuk pertandingan tunggal putri serta ganda campuran.
Sistem skor 21x3 perkenalkan pada 2006.
"Sistem tujuh poin sangat cocok untuk saya dan saya berkembang. Sayang sekali mereka tidak memilikinya lagi," ujar Hafiz.
Pelatih tunggal putra nasional Malaysia, Hendrawan, mengatakan bahwa pertandingan berdurasi pendek adalah mimpi buruk baginya sebagai pemain.
Hendrawan muncul sebagai pahlawan dalam kemenangan 3-2 Indonesia atas Malaysia pada final Piala Thomas 2002.
Hendrawan mengungguli Roslin 8-7, 7-2, 7-1 saat menjadi tunggal ketiga yang membuat Indonesia meraih kemenangan kelima berturut-turut pada Piala Thomas.
Baca juga: Pemain Tunggal Putra Malaysia Siap jika Skor Diubah ke Sistem 11x5
"Kemenangan itu mengesankan karena bukan hanya gelar ketiga saya berturut-turut, tetapi juga yang kelima bagi Indonesia," kata Hendrawan.
"Secara keseluruhan, itu bukan tahun yang bagus. Format skor pendek adalah penyebab kejatuhan saya."
"Saya berharap untuk meraih gelar juara dunia (di Seville, Spanyol, pada 2001), tetapi ternyata menjadi bencana," aku Hendrawan.
"Saya masih ingat perjuangan sepanjang tahun. Saya tidak bisa mencapai satu perempat final pun dan peringkat saya berubah dari menjadi nomor 1 dunia menjadi ke-70."
"Selanjutnya, performa saya menurun dan mengakhiri harapan saya bermain pada Olimpiade Athena 2004. ”
Hendrawan yakin akan terjadi pergeseran dominasi jika sistem 11x5 diterapkan.
"Jika itu terjadi, kita akan melihat banyak perubahan. Akan ada banyak hasil mengejutkan dengan pemain baru membuat jalan mereka menuju puncak." (Delia Mustikasari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.