KOMPAS.com - Tim tunggal putra China merasa diuntungkan dengan penundaan Olimpiade Tokyo.
Ada dua pemain tunggal putra yang diandalkan China untuk bisa mempertahankan medali emas Olimpiade di sektor tunggal putra.
Harapan Malaysia terletak di pundak Chen Long dan Shi Yu Qi.
China selalu meraih emas tunggal putra sejak Olimpiade Beijing 2008 hingga Olimpiade Rio 2016.
China hanya tersingkir dari final saat Olimpiade Athena 2004.
Saat itu, Taufik Hidayat (Indonesia) mengalahkan Shon Seung-mo (Korea Selatan) untuk mempersembahkan medali emas.
Pada Olimpiade Beijing 2008 dan Olimpiade London 2012, keping medali emas menjadi milik Lin Dan.
Lin Dan meneruskan tradisi medali emas China setelah terakhir kali tunggal putra China, Ji Xinpeng, meraihnya pada Olimpiade Sydney 2000.
Chen Long sendiri adalah pemain tunggal putra China terakhir merengkuh medali emas setelah mengalahkan Lee Chong Wei (Malaysia) pada partai final tahun 2016.
Baca juga: Malaysia Masters 2020, Chen Long Tekuk Juara Bertahan yang Pincang
Pada Olimpiade Tokyo 2020, peluang China untuk merebut medali emas sedikit berkurang menyusul kehadiran Kento Momota (Jepang) dan Chou Tien Chen (Taiwan) yang saat ini masing-masing menduduki peringkat pertama dan kedua dunia.
Kebangkitan Viktor Axelsen (Denmark) yang menjuarai All England Open 2020 juga menjadi ancaman bagi tunggal putra China.
Selain itu, ada bintang muda yang mampu bersaing di level elite dunia yakni dua tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie.
Selanjutnya, ada Anders Antonsen (Denmark) dan Lee Zii Jia (Malaysia) yang tren penampilannya semakin menanjak.
Tentu saja ada kekhawatiran dari pihak China karena performa Chen Long (31) telah menurun dalam dua tahun terakhir.
Sementara itu, Shi Yu Qi (24) masih menemukan cara mengembalikan performa terbaiknya setelah keluar menjadi juara All England dan BWF World Tour Finals 2018.